Gista keluar dari toilet setelah urusannya selesai, dengan malas ia berjalan menuju kelasnya. Teramat malas ia melangkah, sampai-sampai ia menghabiskan waktu setengah jam untuk sampai di kelasnya. Padahal, jarak kelas dan toilet tidak terlalu jauh.
Masih dengan malas, Gista membuka pintu kelasnya.
Dorrr
"SURPRISE!" teriak seisi kelas membuat Gista terkejut. Bagaimana tidak terkejut, saat keluar kelas tadi semua teman-temannya asyik dengan kegiatannya masing-masing. Dan, barusan semuanya kompak mengagetinya.
"Happy birthday to you, Happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you ..." nyanyi semua teman-teman sekelas Gista, semuanya menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
"Ini siapa yang lagi ulang tahun?" tanya Gista, yang membuat mereka semua berhenti bernyanyi.
"Ya, lo lah, Gi," jawab Lili yang sekarang tampak bersahabat lagi dengannya tidak seperti dua hari yang lalu, marah padanya hanya karena cangkir hiasnya pecah.
"Jangan bilang lo nggak tau, kalau hari ini lo ultah?" ucap Dino, yang sudah kembali baik juga padanya.
"Bukannya Gigi nggak tau. Tapi, ultah Gigi, kan, udah kelewat," ujar Gista membuat yang lainnya jadi bingung.
"Lah, ini gimana, sih. Li ini bener kagak hari ultahnya, Gigi? Jangan sampai nggak bener, kita udah capek-capek nyusun rencana buat jahilin dia selama tiga hari," ucap salah satu teman mereka, membuat dahi Gista menyerinyit. Selama tiga hari ia dijahilin? Jahilin gimana?
"Jahilin Gigi gimana?" tanya Gista penasaran.
"Yang nyulik motor lo itu, kita semua. Biar sekali-sekali lo berani naik kendaraan umum, terus kita nyuruh Lili buat pura-pura marah sama lo, biar lo nggak ada temennya. Terakhir, kita pura-pura cuek sama lo. Nggak ada yang ngajak lo ngobrol," jawab salah satu teman Gista yang lainnya.
"Terus sikap aneh Bara ke Gigi, cuma pura-pura atas rencana kalian juga?" tanya lagi Gista yang kini membuat semua orang tidak mengerti, sedangkan Bara hanya berdoa di dalam hati agar Gista tidak polos-polos amat jadi orang.
"Sikap aneh Bara kayak gimana maksud lo?" tanya Jono, teman sebangkunya Bara.
"Ya, aneh, tiba-tiba baik banget sama Gigi. Mau nganterin Gigi pulang waktu motor Gigi ilang, padahal Gigi nggak minta tolong buat nganterin. Terus, ngasih Gigi roti dan minuman waktu Gigi pingsan, nggak mau dibayar lagi waktu Gigi mau ganti uangnya. Terakhir, Bara ngasih pinjam ponselnya ke Gigi buat main game masak-masakan. Bahkan, Bara menghapus satu game tembak-tembakan kesayangannya karena memori ponselnya nggak cukup waktu Gigi mau download game," jawab Gista terlalu jujur, membuat semua teman sekelasnya merasa tak percaya. Serentak saja semua orang menoleh pada Bara.
Dan, Bara ingin sekali menghilang saat itu juga. Kenapa Gista harus terlahir dengan tingkat kepolosan yang melebihi batas normal? Apa harus Gista membeberkan sikap aneh Bara yang tiba-tiba baik padanya itu.
"Ngapain lo semua ngeliatin gue?" tanya Bara, berusaha tenang seperti tidak tahu apa-apa.
"Sejak kapan lo mau nebengin orang, tanpa ada unsur paksaan lebih dulu?" tanya Jono, karena yang ia tahu Bara memang tidak pernah mau memberikan tebengan kepada siapapun itu.
"Gue tau, sih, lo nggak pelit, Bar. Tapi, yang gue tau lo nggak pernah ngasih cewek roti atau makanan yang lainnya secara percuma," tambah Panji.
"Dan, sejak kapan lo mau pinjemin ponsel lo ke orang lain? Gue rasa lo nggak pernah mau, deh. Terus kenapa sama Gista lo ngasih?" tanya Dino, bahkan semua orang pun bertanya-tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinyal 2G Gista ✓ [Belum Revisi]
Novela JuvenilGista Rajani Alveera, namanya. Cewek polos yang nggak pernah pacaran karena takut dicium trus hamil. Cewek yang suka manggut-manggut nggak ngerti kalau di suruh ini-itu, tetapi tetap dilakuin. Cewek yang selalu kepo dengan apa yang diucapkan orang y...