Hari ini adalah hari terakhir di laksanakan Ujian kenaikan kelas, sudah beberapa hari ini pikiran Bara berkecamuk. Bukan hanya karena soal-soal UKK yang membuatnya kebingungan, tetapi juga karena kesempatan yang dikatakan oleh papanya waktu malam itu dan juga sikap Gista yang beberapa hari ini sangat berbeda padanya.
Entah kenapa, Gista terlihat seperti yang menjauhinya. Setiap kali ia mengajak Gista berbicara, Gista hanya menjawabnya dengan singkat. Malahan, Gista jadi sering menghabiskan waktu dengan Lili dan teman-temannya yang lain, daripada dengannya. Apa mungkin karena Gista masih marah padanya, sejak kejadian di lapangan basket waktu itu?
Karena, ketika Bara meminta maaf pun Gista malah mengalihkan pembicaraan atau malah pergi begitu saja.
Jadi apa yang harus Bara lakukan sekarang?
Bara menghela napasnya berat, lalu kembali fokus untuk mengisi soal-soal UKK-nya. Masih banyak soal yang belum ia isi, tapi ia malah sempat-sempatnya melamun.
Sebisa mungkin ia fokus mengerjakan soal-soalnya, ia tidak boleh mendapatkan nilai kecil. Apalagi, sampai di bawah KKM.
45 menit kemudian, waktu mengerjakan soal sudah selesai. Semua siswa diminta untuk mengumpulkan semua kertas jawabannya ke meja pengawas. Bara yang memang sudah selesai 10 menit yang lalu, ikut mengumpulkannya ke depan.
"Karena, UKK-nya sudah berakhir. Jadi, kalian bisa pulang," ucap pengawas itu, sebelum pergi meninggalkan kelas.
"Jangan pada pulang dulu, ya, kita kumpul dulu buat bahas PORBAS Minggu depan," ucap Surya yang menjabat sebagai ketua kelas.
"Bahasnya nanti aja lah, Sur. Gue laper ini, mau ke kantin dulu," ujar Lingga sambil memegang perutnya yang berbunyi.
"Iya, otak gue perlu di refresh dulu ini setelah ngisi soal," tambah Dimas.
"Yaudah, deh. Gue kasih waktu 1 jam buat kalian istirahat, setelah itu kita kumpul di kelas lagi buat bahas PORBAS. Jangan ada yang kabur, ya!" ucap Surya yang disahuti 'Iya.' oleh semua teman-temannya.
Saat itu juga, mereka keluar kelas untuk menuju kantin. Mengisi perut yang mulai meraung meminta makan, setelah otaknya yang lelah berpikir mengisi soal ujian. Aneh, yang lelah berpikir adalah otak. Tetapi, yang diisi adalah perut. Dasar manusia.
Bara bangkit dari duduknya, lalu ikut keluar kelas mengejar Gista yang pergi bersama Lili tanpa bilang apa pun padanya. Padahal, Gista duduk di bangku belakangnya.
Ia harus menyelesaikan masalahnya dengan Gista saat ini juga, ia tak ingin terus-terusan seperti ini. Dibuat bingung dengan sikap Gista.
"Gista!" panggilnya saat di koridor sekolah, namun Gista seolah tak mendengar panggilan. Gadis itu, terus saja berjalan bersama Lili tanpa menoleh padanya sebentar saja.
"Gista tunggu."
"Gista!"
Bara menarik tangan Gista saat ia berada di belakangnya, membuat langkah Gista dan Lili terhenti saat itu juga.
"Bara, ada apa?" tanya Gista.
"Gue perlu ngomong sama lo," ucap Bara dengan kedua matanya yang menatap Gista intens.
"Mau ngomong apa?"
"Gue cuma mau ngomong berdua."
"Tapi, Gigi mau ke kantin sama Lili," ujar Gista.
"Gue cuma minta waktu sebentar, nggak lama," balas Bara, apa segitu tidak maunya Gista berbicara dengannya sampai selalu ada saja alasan ketika diminta berbicara.
"Kalau gitu, gue duluan ke kantin, ya, Gi," ucap Lili, tanpa mendengar jawaban Gista. Lili pergi begitu saja meninggalkan mereka.
Bara menatap Gista yang kini melihat kepergian Lili ke kantin, tanpa mengucapkan apa-apa. Bara menarik tangan Gista dan membawa Gista ke taman sekolah. Setibanya di taman, Bara melepas genggamannya dari tangan Gista. Lalu, duduk di bangku taman yang diikuti juga oleh Gista.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinyal 2G Gista ✓ [Belum Revisi]
Ficção AdolescenteGista Rajani Alveera, namanya. Cewek polos yang nggak pernah pacaran karena takut dicium trus hamil. Cewek yang suka manggut-manggut nggak ngerti kalau di suruh ini-itu, tetapi tetap dilakuin. Cewek yang selalu kepo dengan apa yang diucapkan orang y...