Hari Minggu di rumah Gista ramai sekali, dua hari yang lalu teman-teman sekelasnya berunding untuk main bersama. Jarang-jarang mereka bisa main bersama, apalagi satu kelas. Untuk itu, mereka merencanakan untuk kumpul sambil makan-makan.
Di mulai hari apa, jam berapa, di mana. Mereka merencanakannya sebaik mungkin, hingga akhirnya mereka sepakat di hari minggu, pukul 10 pagi, di rumah Gista. Awalnya Gista menolak, tapi setelah di bujuk dengan berbagai cara contohnya dengan di suap satu lusin coklat dari teman sekelasnya. Merasa tertarik dengan selusin coklat, akhirnya Gista pun menyetujui rencana mereka. Dan, Alhamdulillah nya ... Genta mengijinkan teman-temannya berkunjung ke rumah.
Tak hanya teman-temannya saja yang meramaikan halaman belakang rumahnya sekarang, tapi ada juga wali kelas mereka yang sengaja di ajak juga.
Dan, sekarang mereka sedang di bagi-bagi tugas oleh wali kelasnya. Ada yang di suruh menggelar tikar untuk tempat duduk mereka nanti, memotong bawang, mengulek bumbu, siapkan alat memasak. Semuanya di perintahkan untuk saling membantu satu sama lain, tidak boleh ada yang tidak ikut sibuk hari ini.
"Mengerti semuanya?" tanya Bu Anggika setelah memberitahu siapa saja dan apa tugasnya pada mereka semua.
"Mengerti, Bu." jawab mereka serentak.
"Yasudah, kita mulai tugas kita dari sekarang." ucap Bu Anggika, yang membuat mereka semua memulai tugasnya masing-masing.
Semuanya menunjukkan kekompakan mereka masing-masing, entah itu yang cowok ataupun yang cewek. Mereka sama-sama kompak.
"Gista." panggilan itu, membuat si empunya nama menoleh ke sumber suara.
"Eh, iya Bu?"
"Ibu mau minta tolong sama kamu, tolong cuci berasnya. Soalnya ini kan rumah kamu, Ibu nggak enak kalau nyuruh yang lain masuk ke rumah kamu buat cuci berasnya. Jadi, kamu aja. Nggak apa-apa kan?" ujar Bu Anggika menjelaskan tujuannya memanggil Gista.
"Nggak apa-apa kok, Bu. Cuma nyuci beras aja kan, Bu?" ucap Gista tak keberatan.
"Iya, jangan lupa sampai bersih." Gista mengangguk mengerti, lalu masuk ke dalam rumahnya sambil membawa beras yang sempat di berikan Bu Anggika padanya.
Sedangkan, Bu Anggika melanjutkan tugas Gista tadi yang memotong tomat, bawang dan cabe rawit.
Di sisi lain, Bara sedang berusaha membakar arang untuk membakar ikan nanti. Ia terus mengipas-ngipas arang yang sudah di bakar dengan api di bantu oleh Dino, Panji dan Jono. Sahabat karibnya.
"Padahal, nggak usah pakek arang buat bakar ikan." ujar Jono yang sudah pegal rasanya ketika harus mengipas-ngipas arang itu, sama seperti yang di lakukan bara.
"Kalau nggak pakek arang, trus pakek apa dong, bambuang?" tanya Panji.
"Nih, temen kita ada Bara. Tinggal taro aja ikannya di punggung si Bara." jawabnya.
"Lo kira gue, Bara api!"
"Receh lo, Jon." cibir Dino yang sedang galau karena lagi marahan dengan Lili.
"Dih, gue nggak ngelawak." ujar Jono.
"Lo dari pada bengong gitu, mendingan bantuin gue ngerok ikan masuk angin ini pakek bumbu kunyit, Din." ujar Panji yang sedari tadi melumuri ikan dengan bumbu sendirian, sedangkan Dino yang di beri tugas sama dengannya malah melamun.
"Ikan masuk angin? Baru denger gue, emang ada?" tanya Jono.
"Ada! Ini buktinya, ikannya kembung. Berarti dia masuk angin." jawab Panji yang langsung mendapat toyoran di kepalanya dari Jono.
"Itu namanya ikan kembung, bukan ikan masuk angin. Mana bisa ikan masuk angin, lah hidupnya juga di air." balas Jono dan Panji hanya mengangkat kedua bahunya acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinyal 2G Gista ✓ [Belum Revisi]
Teen FictionGista Rajani Alveera, namanya. Cewek polos yang nggak pernah pacaran karena takut dicium trus hamil. Cewek yang suka manggut-manggut nggak ngerti kalau di suruh ini-itu, tetapi tetap dilakuin. Cewek yang selalu kepo dengan apa yang diucapkan orang y...