Bara berjalan menuju gerbang sekolah barunya, di mana ia melihat seorang gadis berkuncir dua yang sama-sama memakai seragam putih-biru sepertinya tengah berdiri sendiri sambil memegang pagar besi. Di saat peserta didik baru lain berlarian memasuki sekolah, gadis itu malah diam saja di gerbang sekolah.
"Hey, lo ngapain diem aja di sini? Kegiatan MOS-nya mau dimulai tau," ucap Bara, bukannya menjawab gadis itu malah menundukkan kepalanya takut.
"Lo kenapa, sih?" tanya Bara, tetapi masih tak mendapatkan jawaban.
"Eh, nggak usah takut sama gue. Gue bukan setan, gue juga sama, kok, kayak lo. Peserta didik baru, liat, tuh, gue aja masih pakek seragam SMP," ujar Bara saat melihat gadis itu ketakutan saat di hampiri olehnya.
Gadis itu mendongkakkan kepalanya menatap Bara, yang membuat Bara terdiam saat itu juga. Gadis itu ... Ia cukup tahu siapa gadis itu. Yang sekarang di pikirannya adalah, kenapa gadis itu bisa daftar ke sekolah yang sama seperti Bara? Dari sekian banyak sekolah yang ada di Jakarta, kenapa mereka bisa satu sekolah lagi? Padahal, sebelumnya sekolah mereka berada di Bandung. Tetapi, saat pindah ke Jakarta mereka sama-sama masuk ke sekolah yang sama.
"Lo kenapa masih ada di sini?" tanya lagi Bara.
"Gigi nggak tau harus kemana? Gigi nggak punya temen di sini, Gigi juga baru di sini," jawabnya, kedua matanya sudah berkaca-kaca karena sedari tadi ia tidak tahu harus apa. Saat hendak bertanya pun, orang-orang tampak seperti tidak peduli padanya.
"Lo masuk kelas pahlawan apa selama MOS?"
"Raden Ajeng Kartini."
"Gue juga masuk kelas pahlawan itu, ayo ikutin gue," ajak Bara, yang langsung diangguki oleh gadis itu.
Bara pun berjalan lebih dulu, yang langsung diikuti oleh gadis itu. Gadis itu, berdecak kagum saat melihat lingkungan sekolahnya yang baru. Dari depan saja terlihat bagus tadi, dan ketika masuk ke dalam bagusnya berkali-kali lipat.
"Lain kali kalau nggak tau, harus berani tanya. Jangan diem aja kayak tadi," ucap Bara membuka pembicaraan.
"Tadi Gigi mau tanya, tapi lihat muka orang yang jutek-jutek jadi nggak berani. Takutnya, nanti Gigi malah di kerjain," ujar gadis itu, untungnya saja ada Bara yang menghampirinya dan mau mengajaknya masuk bersama.
"Tapi lo juga nggak boleh diem aja di sana, nanti kalau ada panitia MOS lihat. Nanti, disangkanya lo telat. Bisa-bisa lo di hukum," balas Bara.
"Iya, besok-besok nggak lagi, deh," ucapnya yang langsung diangguki Bara.
Lima menit kemudian, mereka sampai di ruang kelas yang depan pintunya terdapat nama pahlawan R.A Kartini. Itu, artinya ruang kelas mereka saat mengikuti MOS ada di sana.
Mereka pun masuk ke dalam ruang kelas itu, dan ternyata sudah banyak murid-murid baru dari berbagai SMP yang sudah duduk di bangku masing-masing.
"Bangkunya udah pada penuh," ucap gadis itu.
"Ada satu bangku lagi, tuh, di belakang, lo nggak apa-apa sebangku sama gue?" tanya Bara, karena biasanya murid perempuan paling tidak mau satu bangku dengan murid laki-laki. Tidak tahu alasannya apa, padahal murid laki-laki mau satu bangku sama siapa aja tak masalah.
"Nggak apa-apa, deh, lagian nggak ada bangku lagi," jawabnya, yang langsung diangguki Bara.
Mereka pun berjalan menuju bangku yang ada di belakang, hampir semua mata menatap ke arah mereka. Gadis itu, merasa risih saat melihat tatapan-tatapan itu. Namun, Bara memilih bodo amat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinyal 2G Gista ✓ [Belum Revisi]
Novela JuvenilGista Rajani Alveera, namanya. Cewek polos yang nggak pernah pacaran karena takut dicium trus hamil. Cewek yang suka manggut-manggut nggak ngerti kalau di suruh ini-itu, tetapi tetap dilakuin. Cewek yang selalu kepo dengan apa yang diucapkan orang y...