Bara berdiri di depan pintu pagar rumah Gista, seperti janjinya kemarin. Ia akan menjemput Gista jam 4 sore, dan ia sudah menunggu Gista selama 5 menit. Ia tidak bisa menghubungi Gista, karena Gista tak memakai ponsel sejak ponselnya rusak, jadi ia lebih memilih menunggu saja.
Hingga 3 menit kemudian, akhirnya yang ditunggu-tunggunya itu keluar juga. Gista berjalan menghampirinya setelah mengunci pagarnya, dengan senyumannya yang mengembang.
"Hai," sapa Gista.
"Hai, juga," balasnya sambil tersenyum.
"Kita pergi sekarang?"
Bara menganggukkan kepalanya, lalu menarik tangan Gista menuju ke motornya. Ia mengambil satu helm, dan langsung memakainya pada kepala Gista. "Mulai dari jam 4 ini sampai 9 jam ke depan. Kita itu pacaran," ucapnya yang diangguki Gista, hanya 9 jam saja.
"Gue minta selama 9 jam kita harus senang-senang, tertawa bahagia, nggak boleh sedih-sedih. Lupakan masalah yang terjadi pada kita sebelumnya, pikirkan seolah-olah kita itu emang baik-baik aja. Pokoknya, selama 9 jam kita harus bahagia. Lo setuju?" Gista kembali menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Oke, kalau gitu kita berangkat sekarang," ucap Bara sambil memakai helm full face-nya dan menaiki motornya.
"Naik."
Gista pun naik ke atas motornya Bara dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Bara sebagai pegangan. Bara tersenyum, lalu menyalakan motornya dan menancapkan gas motornya untuk segera pergi dari rumah Gista.
---
Tempat pertama yang dikunjungi Bara dan Gista adalah, pantai. Bara sengaja membawa Gista ke sana, karena tempat itu adalah tempat kali pertamanya Bara mengetahui perasaan Gista. Di mana Gista jujur tentang jantungnya yang sering berdetak lebih kencang ketika bersama Bara. Dan, Bara menyukai kejujuran Gista yang itu.
Sore ini cukup ramai yang berkunjung ke pantai itu, mungkin karena hari weekend dan hari terakhir libur panjang. Jadi, orang-orang menghabiskan waktu terakhir liburnya di sana.
Dan, sekarang keduanya itu berjalan-jalan di pesisir pantai dengan kedua tangan yang saling bertautan. Mereka saling menggenggam, seolah mereka tak ingin berjauhan apalagi saling melepaskan.
"Lo tau nggak, Gi. Kalau gue itu suka pantai," ucap Bara yang membuat Gista menoleh padanya.
"Oh, ya. Kenapa?" tanya Gista.
"Karena, gue suka lo," jawab Bara yang membuat Gista menyerinyitkan dahinya heran.
"Huh, maksudnya gimana?" tanya lagi Gista.
"Iya, gue suka pantai karena gue suka lo," ucap Bara yang membuat Gista yang semakin heran.
"Hubungannya apa? Kok, bisa suka pantai, tapi alasannya karena suka Gigi, sih?" bingung Gista.
Bara tersenyum saat melihat raut wajah kebingungan Gista, lalu ia berhenti melangkah yang membuat Gista ikut berhenti melangkah juga.
"Ada hubungannya," ujar Bara.
"Apa?"
"Di pantai ini gue bisa tau kalau lo itu, jatuh cinta sama gue. Gue suka saat lo jujur tentang jantung lo yang selalu berdetak kencang ketika bersama gue, waktu malam itu di sini. Maka dari itu, gue suka pantai ini karena gue suka lo," jelas Bara yang membuat senyum Gista mengembang, jika mengingat kejadian itu. Rasanya, sekarang Gista malu sendiri. Kenapa ia begitu polos saat itu? Sampai-sampai ia menjelaskan apa yang dirasakannya pada Bara secara rinci.
"Gigi polos banget kayaknya, ya, sampai-sampai jelasin semuanya sama Bara waktu itu. Jadi malu," ucap Gista yang membuat Bara terkekeh mendengarnya.
"Ya, lo emang polos. Dan, kepolosan lo itu kadang suka bikin gue kesel, khawatir, sama seneng juga, sih. Dan, gue paling suka dengan kepolosan lo yang itu. Yang jujur tentang perasaan lo, itu sumpah lo polos banget," jelas Bara masih dengan kekehannya, yang membuat Gista mengerucutkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinyal 2G Gista ✓ [Belum Revisi]
Teen FictionGista Rajani Alveera, namanya. Cewek polos yang nggak pernah pacaran karena takut dicium trus hamil. Cewek yang suka manggut-manggut nggak ngerti kalau di suruh ini-itu, tetapi tetap dilakuin. Cewek yang selalu kepo dengan apa yang diucapkan orang y...