28. Libur sekolah yang hampa

1.1K 122 0
                                    

"Kamu nggak sakit, kan, Gi?" tanya Mica yang membuat Gista mengalihkan pandangannya pada calon kakak iparnya itu.

"Nggak kak, Gigi nggak sakit," jawabnya, pelan.

"Sudah satu Minggu ini kakak lihat kamu murung terus, Gi. Kamu kenapa?" tanya lagi Mica bingung, tidak biasanya Gista tidak semangat seperti itu. Biasanya, Gista selalu terlihat ceria.

Gista tak menjawab pertanyaan itu, rasanya dadanya sesak sekali. Ingin mengatakan tidak apa-apa, tetapi Gista tidak pandai berbohong. Sedikit saja ia berbohong, maka lawan bicaranya akan tahu jika dirinya bohong. Dan, Gista tak pernah mau menyakiti hati orang lain karena ia telah berbohong.

Sama seperti apa yang dilakukan Gista pada Bara, ketika berbohong dengan pura-pura memutuskannya untuk kelancaran rencana mereka membuat kejutan. Gista saat itu, harus dengan sangat terpaksa berbohong pada Bara.

"Gi," panggil Mica saat Gista hanya diam saja.

"Gigi putus sama Bara, Kak," ucapnya sambil menundukkan kepalanya.

"Lho, kok, bisa?" tanya Mica kaget mendengar pernyataan itu.

"Gigi yang salah, waktu itu Gigi kerjain Bara dengan pura-pura putusin Bara. Karena, mau kasih kejutan ulang tahun buat, Bara. Tapi, kayaknya Bara kecewa dan sakit hati waktu Gigi putusin. Sampai akhirnya, Bara beneran putusin Gigi saat tau kalau Gigi cuma kerjain dia sama teman-teman," jawabnya menjelaskan apa yang terjadi, dan itu berhasil membuat air matanya menetes lagi.

Mica duduk mendekati Gista, lalu memeluknya. Ini pasti berat bagi, Gista. Bara adalah cinta pertamanya, yang membuat Gista merasa bahagia. Tetapi, Gista juga harus merasa sakit hati karena cinta pertamanya.

"Kamu udah jelasin semuanya sama dia?" tanya Mica yang dibalas dengan anggukan, Gista.

"Bara nggak suka dibercandain kayak gitu, kak. Katanya perasaan dia nggak se-bercanda itu, dia beneran cinta sama Gigi. Tapi, Gigi malah lukai hati dia dengan pura-pura putusin dia," ujar Gista, tangisnya kembali pecah saat mengingat kejadian itu. Sangat sakit rasanya, sakit yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

"Ssstthh ... Jangan nangis, Gi," ucap Mica sambil mengelus punggung Gista, mencoba untuk menenangkannya.

"Gigi cinta sama Bara, kak. Cuma Bara yang berhasil membuat Gigi jatuh cinta."

"Ketika kamu jatuh cinta, kamu juga harus siap untuk merasakan sakit hatinya, Gi. Karena, cinta itu tidak hanya memberikan bahagia aja, tapi ada sakitnya juga," ujar Mica, untuk masalah apa yang dirasakan Gista sekarang. Ini memang cukup sakit, apalagi Gista baru merasakan cinta untuk yang pertama kalinya.

"Bara sangat baik sama Gigi, kak. Sangking baiknya, dia selalu kesal kalau Gigi bikin dia khawatir, dia akan marah kalau Gigi mau aja dimanfaatin orang. Meskipun kadang Bara itu nyebelin, tapi dia itu selalu perhatian sama, Gigi," ucap Gista, ia tak menyesal sudah mengenal Bara. Malah ia sangat bersyukur bisa mengenal, Bara. Yang ia sesali hanya satu, di saat ada seseorang yang benar-benar mencintainya. Ia malah membuatnya sakit, karena candaannya.

Mica melepaskan pelukannya, lalu menghapus air mata yang membasahi wajah Gista. Baru kali ini, ia melihat calon adik iparnya itu menangis seperti ini. Apalagi, karena cinta pertamanya.

"Kamu harus kuat, nggak boleh sedih berlarut-larut. Ingat, Gi. Kalau dia masih cinta sama kamu dan dia adalah jodoh kamu, pasti suatu saat nanti. Dia akan kembali pada kamu." Meski Gista hanya calon adik iparnya, tetapi Mica sangat menyayanginya. Gista sudah ia anggap sebagai adik kandung sendiri.

"Jangan nangis lagi, ya." Gista mengangguk sebagai jawaban, ia bersyukur masih ada orang yang peduli dan menyayanginya.

"Jangan bilang ke Bang Gege kalau Gigi nangis, ya, kak. Apalagi, karena cowok. Gigi nggak mau Bang Gege khawatir," pinta Gista, ia tak ingin membebani Genta dengan masalahnya. Selama ini ia sudah cukup merepotkan Genta, jadi ia tak ingin menambah kerepotan Genta lagi dengan masalahnya.

Sinyal 2G Gista ✓ [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang