Part12

20.8K 1K 0
                                    


bukannya disuatu hubungan itu harus ada yang namanya kepercayaan?

-Aria

Setelah Gara mengantar Aria pulang, ia pun melajukan motornya. Setibanya di rumah, Gara masuk tanpa memberi salam dan pergi langsung menuju ke kamarnya.

Gara masih terbayang-bayang dengan perkataan Aria tadi. Rega? Siapa dia? Perasaan di sekolah gak ada yang namanya Rega. Atau mungkin Rega anak baru?

Tring

Ponsel Gara berbunyi menandakan pesan masuk. Saat ia buka ternyata isinya foto dan disitu terlihat seorang cowo mencium pipi Aria dengan posisi berpelukan.

"Bangsat?!" teriak Gara sambil meninju dinding kamarnya.

Sebentar, foto yang di kirimkan seseorang itu terlihat sangat tidak di sengaja. Bagaimana tidak, jelas-jelas foto itu diambil di tempat umum.

"Jangan emosi Gara, positif" gumamnya pada diri sendiri.

***

"Anak kambing bangun lo" teriak Davi dari lantai bawah.

"Kalau adek kamu kambing, kamu apaan?" tanya Bimo sang Ayah.

"Manusia pah, kalau si Aria kan spesies langkah"

Ketika Aria hendak mengagetkan Davi, justru ia kaget sendiri dengan ucapan Davi. Tiba-tiba saja ada sebuah ide yang melintas di kepala Aria.

"Halo Gara, tadi si Davi ngehina lo, katanya lo lemah" ucap Aria mengagetkan Davi.

"Apaandah gak ada Gar" keluh Davi sambil mengambil ponsel Aria.

Setelah Davi berhasil mengambil ponsel Aria, ternyata Aria menelpon Gara beneran namun tak kunjung diangkat.

"Pucet dah tu muka, makannya jangan ngatain gue" ucap Aria dengan muka kebanggannya.

"Diem lo, gue bunuh juga lama-lama" decak Davi.

"Bunuh aja, palingan juga ntr lo yang digantung sama Gara" ucap Aria yang membuat kedua orangtuanya terkekeh.

"Kenapa jadi Davi sih yang dipojokin, tau deh Mah Pah Davi pergi" ucap Davi menyalimi kedua tangan orangtuanya.

"Bang, gue ikut" teriak Aria sambil berlari kecil menyusul Davi.

"Enak aja. Kalo mau lo di bannya" ucap Davi dengan raut muka yang masih sama.

"Lo bareng gue" ucap Gara yang mengagetkan kedua Kakak beradek ini.

"Gue mau mati anjir" kaget Davi yang tadinya masih kesal malah sekarang tambah kesal.

"Gara? Sejak kapan disini?" tanya Aria yang masih kaget.

"Daritadi" ucap Gara santai tanpa dosa.

"Yauda Gar gue titip Aria ya" ucap Davi langsung menancapkan gasnya.

Kini Gara dan Aria terjebak dalam suasana keheningan. Aria menatap ke arah muka Gara. Terlihat jelas bahwa muka Gara hari ini tak seindah kemarin.

"Gar?" ucap Aria membuyarkan keheningan diantara mereka.

Gara yang tersadar dari keheningannya pun langsung menarik Aria menuju ke motornya.

Aria yang masih binggung dengan perubahan sikap Gara hanya bisa diam memikirkan penyebab Gara berubah menjadi dingin begini.

"Gar, lo ada masalah ya?" Aria memberanikan diri bertanya kepada Gara.

Gara yang sudah tidak bisa menahan api cemburunya pun langsung mengeluarkan ponselnya dan memberikannya kepada Aria.

Aria kaget ketika Gara memberikan ponselnya yang di dalamnya terdapat dirinya bersama Rega sedang berpelukan.

"Lo cemburu ya?" Bukannya menjelaskan Aria justru menanyakan pertanyaan yang saat ini Gara rasain.

"Menurut lo?" Gara menjawabnya dengan berbalik bertanya.

"Jangan cemburu dong, itu kemarin gue jatuh trus si Rega yang bantuin. Nah disitu gue gada ciuman. Tapi Rega ngebisikin kalau lo nyuruh gue ketemu di taman belakang deket gudang" ucap Aria panjang lebar menjelaskan kejadian kemarin.

"Percaya dong Gar, bukannya disuatu hubungan itu harus ada yang namanya kepercayaan?" ucap Aria.

Gara masih diam belum memberikan jawaban jika ia percaya atau tidak. Yang jelas dari aura mata Aria tidak ada kebohongan.

Gara lalu mengambil helm yang memang sengaja ia bawa dua lalu satunya ia pasangkan di kepala Aria.

"Gue percaya" bisik Gara di sela-sela ia memasangkan helmnya di kepala Aria.

***

GARA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang