Stories 41: The Wound that Wouldn't Heal

5K 567 15
                                    

Aku memiliki masa kecil yang fantastis. Orang tuaku ahli bedah, jadi aku selalu dimanja. Musim panas aku habiskan di pantai dan kapal pesiar, sedangkan musim dingin kuhabiskan untuk bermain ski.

Aku adalah pemain sepak bola yang sangat baik. Bahkan, sepak bola adalah hidupku. Sebagai senior di sekolah menengah, aku telah menerima beasiswa ke universitas untuk jurusan atletik. Terlepas dari keinginan orang tuaku untuk mengikuti jejak mereka sebagai dokter, aku selalu ingin menjadi atlet dan menguji keterampilanku di bidang olahraga. Namun, suatu hari aku dikejutkan oleh cedera yang nyaris mengandaskan impianku.

Pada saat pertandingan mewakili sekolah, aku mendapat luka yang sangat dalam pada kaki kananku. Itu sangat mengerikan. Aku terpaksa beristirahat sekitar tiga minggu, tetapi aku diperkirakan dapat pulih sepenuhnya dan melanjutkan olahraga favoritku.

Proses penyembuhan ini membuat tubuhku sangat lelah setiap malam. Aku biasanya pergi tidur setelah makan malam dan bangun saat siang. Sejak kejadian itu, aku seringkali bermimpi tentang seekor anjing yang menggerogoti kakiku. Entah bagaimana, setelah sebulan, lukaku tak kunjung sembuh dan aku masih sukar berjalan.

Aku dibawa ke dokter-dokter terbaik. Aku mendapat diagnosa kedua, ketiga, dan keempat, tetapi tidak ada yang bisa menjelaskan mengapa lukaku tak kunjung sembuh. Padahal fisikku dalam kondisi prima dan aku sendiri belum pernah mengalami masalah penyembuhan sebelumnya. Tidak ada infeksi di lukaku.

Kadang kala, aku bangun dan menemukan bentuk luka yang terlihat sedikit berbeda dari malam sebelumnya. Aku awalnya sangat percaya diri bahwa aku akan sembuh sepenuhnya, namun sepertinya jelas tidak ada proses penyembuhan yang terjadi. Aku sangat terpukul.

Suatu malam, aku makan malam sendirian karena orang tuaku sedang keluar untuk suatu acara. Ibuku memasak steak dengan kentang tumbuk untukku, beserta segelas susu. Aku tidak lapar, tetapi aku tidak ingin menyinggung perasaannya, jadi aku menyembunyikan makanan itu di dasar tong sampah dan menuangkan susu ke wastafel. Akupun tertidur sebelum mereka pulang.

Hingga di tengah malam, aku terjaga karena rasa sakit yang membakar di kakiku. Aku langsung terbangun dan duduk dengan cepat.

Berdiri di samping tempat tidurku, ayahku memegang pisau bedah dan tengah mengorek-ngorek lukaku hingga kembali berdarah.

Dia menatapku dan berkata.

“Kau tidak meminum susumu malam ini ya?”

Creepy HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang