Stories 120: Silence

1.5K 203 7
                                    

Awalnya, aku adalah seorang pria normal. Tidak ada kelainan apapun atau keluhan yang ku miliki tentang diriku, tidak ada sama sekali. Aku juga tidak memiliki ketakutan (phobia) terhadap apapun. Aku tidak takut dengan darah, ketinggian atau sesuatu yang berlubang banyak yang menurut beberapa orang itu menjijikkan (Trypophobia) bagiku itu sama seperti hal normal, seperti saat membuat kopi atau memejamkan mata saat tidur. Itu normal bukan?

Tapi. Semenjak kejadian mengerikan itu, sekarang aku memiliki ketakutan sendiri yang mungkin untuk beberapa orang adalah hal yang konyol; itu adalah suara. 

Aku benar-benar ketakutan dengan suara. Suara disini maksudnya adalah suara apapun. Sungguh aku bukan bermaksud membuat lelucon atau hal yang mengada-ngada, itu benar. Aku benci dengan suara, itu seperti sebuah terror yang mengurungku, membawaku dan menarikku paksa ke dalam lubang yang sangat kecil. Kecil sekali, dengan tubuh sebesar ini aku seperti di paksa masuk ke dalam lubang kecil itu. Menyakitkan dan akan merobek dagingku hingga ke inti sell daging yang ku miliki. Berlebihan, namun itu lah yang ku rasakan tentang; Suara.

Kejadianya terjadi 2 bulan yang lalu, ketika aku baru saja keluar dari tempat perbelanjaan. Aku menenteng 2 kantong plastik dan membawanya di tanganku. Aku ingat, ketika aku berjalan; aku berhenti di simpang jalan menunggu lampu merah menjadi hijau. Saat itu, isteriku menelpon, suara berderingnya membuatku harus cepat-cepat mengangkatnya, kondisi di jalan saat itu penuh ramai, sesak sekali. Orang-orang tampak terburu-buru, aku mengangkat telepon isteriku dan dia berteriak marah kepadaku, bertanya ‘apakah aku membawa kunci mobilnya’ aku langsung ingat bila aku memang membawa kunci mobilnya bila aku tidak lupa, aku meletakkanya di bagian bawah almari. Namun, dia (isteriku) tetap berteriak dan mengatakan bila dia sudah membongkar hampir semua barang untuk mencarinya, namun tidak ada; jalanan semakin di penuhi orang-orang yang menunggu lampu menjadi hijau. Aku berpikir kembali apakah aku lupa menaruhnya dimana, dengan mencoba memikirkan setiap detail di otakku, tiba-tiba kerumunan orang mulai saling mendorong. Aku melirik lampu sudah menjadi hijau, Karena aku di baris depan dengan tangan penuh kantung kresek berat dan satu tanganku dalam posisi menelpon, aku melangkah lebih dulu. Aku ingat setiap detail kejadianya. Aku berjalan beberapa langkah, mungkin 4 sampai 5 langkah dan itu terjadi.

Aku masih menelpon, lalu suara-suara itu muncul. Itu adalah suara gemuruh orang berteriak—teriak seperti suara kesetanan, suara memekikkan itu bercampur dengan suara kasar isteriku yang masih marah, namun ada satu suara lain yang ku ingat; itu adalah suara ban mobil yang bergesek sangat keras dengan aspal. Suaranya keras sekali, lalu tiba-tiba.. aku melihat bayangan mobil mendekatiku. Mengantamku dan semuanya menjadi gelap total.

Aku pikir itu adalah bagian akhir ceritaku. Tapi, aku salah. Aku terbangun di sebuah kamar. Beberapa tubuhku di perban dan mereka menceritakan aku baru saja melewati masa kritis, memberiku selamat atau apapun itu. Aku tampak seperti pria tolol. Isteriku datang. Matanya bengkak seperti baru saja menangis. Dia meminta maaf dan terus mengucapkanya, ini adalah kesalahanya namun aku tidak merasa ini adalah salahnya ku pikir ini adalah kesalahanku, karena terlalu toledor.

Pada bagian ini lah aku mulai merasakanya.

Dokter mengatakan aku boleh pulang, istirahat di rumah lebih dari cukup. Aku mulai melangkah pelan bersama isteriku, dan suara-suara itu mulai muncul. Suara seorang pria tua yang terdengar seperti mengatakan; “Sebuah kemenangan untuk Chicago Returns” lalu suara dari wanita yang mengatakan “Pasien 657 butuh perawatan medis, tolong panggilkan dokter Cellers” awalnya 6 hingga 8 suara, namun seiring detik dan waktu berjalan. Suara-suara itu semakin jelas dan keras di telingaku. Mereka mengatakan “Bom Iraq” -“Ekonomi Asia mengancam Eropa” , “Seharusnya aku berselingkuh dengan suami temanku” lalu teriakan memuakkan yang terdengar seperti “Apakah otakmu tertinggal di aspal. Tidak kah kau melihat??! rem bung!!”

Creepy HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang