Stories 54: I Miss My Brain Tumor

4.7K 414 38
                                    

Aku menatap toples dihadapanku. Dibalik dinding kacanya, mengapung di dalam cairan kental kekuningan adalah segumpal sel kanker yang balik menatapku. Selama berjam - jam aku bertanya - tanya apakah gumpalan ini memiliki pikiran sendiri. Tumor otak yang memiliki otak- kedengarannya memang gila. Aku telah membuat dokterku berjanji untuk tidak membuang gumpalan tumor itu. Paling tidak jangan sekarang. Sampai aku punya cukup waktu untuk mengucapkan selamat tinggal.

Tumor otak sangat sulit untuk dideteksi. Seperti jenis - jenis kanker lainnya, tumor otak dapat dikenali dengan berbagai macam gejala seperti rasa pusing dan sakit kepala, kejang - kejang, bahkan halusinasi. Masing - masing orang mengalami gejala yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak terbatas hanya pada ukuran otak, ukuran dan lokasi tumor itu di kepala, kebiasaan memakai obat - obatan, apakah pasien pernah mengalami cedera di kepala sebelumnya, riwayat kesehatan dan juga faktor keberuntungan. Tumor di kepalaku berada di bagian depan otakku dengan diamater sekitar 1,8 inci seperti yang dikatakan oleh dokter yang memeriksaku. Pacarku Briony beranggapan bahwa 1,8 inci adalah luar biasa besar untuk sebuah tumor.

Tidak ada riwayat kanker di keluargaku dan aku tidak pernah menduga bahwa aku akan terkena kanker. Sejujurnya aku mengira bahwa gejala - gejala yang kualami hanya bersifat sementara saja. Dalam beberapa hal, aku mungkin benar, namun apa yang kualami saat tumor itu masih berada di dalam kepalaku akan mempengaruhiku selamanya.

Gejala awal yang kualami adalah halusinasi pendengaran.

Saat itu aku sedang berbelanja di sebuah Department Store.

"Daun selada itu sepertinya sedang kelaparan." Aku mendengar seseorang berkata.

Aku mengalihkan pandangan dari pucuk daun selada yang kupegang ke kasir di sebelahku. Wajahnya terfokus pada kain pel yang sedang digunakannya untuk membersihkan lantai.

"Maaf, anda tadi bilang apa?" tanyaku.

Dia menatapku dan aku bisa melihat pantulan wajahku yang tampak kebingungan di anting - anting yang menggantung di hidungnya.

"Apa?" dia balas bertanya.

"Tadi kau bilang apa tentang daun seladanya?" tanyaku lagi.

"Saya tidak bicara apa - apa" dia tampak kebingungan.

"Benarkah?"

"Iya. Pak, apa anda baik - baik saja? Wajah anda sangat pucat."

"Aku...aku baik - baik saja. Kurasa aku hanya salah de-"

Sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku, semuanya menjadi gelap saat aku roboh dan pingsan.

Dalam keadaan tidak sadarkan diri aku bermimpi. Di dalam mimpiku aku sedang berlari dalam kegelapan yang sepertinya tak berujung. Sesuat usedang mengejarku tapi aku tidak tahu apa itu. Sesekali aku akan sekilas melihat mahluk itu. Siluetnya tampak seperti manusia tapi bentuk kepalanya sangat aneh. Akhirnya kakiku mulai terasa terlalu lelah untuk berlari dan aku langsung terkulai lemas dan jatuh ke lantai. Saat aku menoleh untuk melihat siapa yang mengejarku aku mendapati bahwa dia adalah kasir pusat perbelanjaan itu tapi di kepalanya tampak sebuah mulut besar yang dipenuhi oleh gigi. Rahangnya yang besar terbuka lebar dan aku merasa seakan - akan ada ratusan jarum - jarum kecil mengoyak leherku.

Lalu kegelapan kembali menutupiku, digantikan oleh cahaya putih yang membanjiri seluruh penglihatanku. Bunyi langkah kaki monster itu teragantikan oleh bunyi 'bip bip' dari mesin yang memonitori detak jantungku. Seorang wanita yang memakai seragam putih dan seorang wanita yang memakai gaun biru berdiri di di kiri kananku.

Creepy HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang