32. Bukankah cinta butuh...

7.3K 326 0
                                    


Biasakan vote sebelum baca ya.

***

"Ibu! Aku pul..." Teriakan Rose berhenti, begitu matanya bertemu dengan manik mata seseorang yang dirindukan serta dicarinya selama ini.

"A..Amanda!" Teriaknya sontak berlari menuju orang yang dipanggilnya Amanda lalu memeluknya erat. Mengabaikan Ethan dan ibunya yang ada diruangan itu.

"Where you go, i really miss you Amanda" Ucapnya sedih.

"Sorry, i'll telling to you. But, can you bring me to your room, i'm very tired" Ringis Amanda.

"O...oke, lewat sini" Ucap Amanda seraya menunjukan jalan untuk kekamarnya.

Sebenarnya, alasan Amanda tidak ingin menceritakannya di tempat itu adalah karena kehadiran Ethan Teman Reiner. Tapi mengapa Ethan terlihat biasa saja saat melihat Amanda. Apa ia tidak mengenalnya atau ada alasan lain.

Begitu Rose dan Amanda meninggalkan Ethan dan ibunya diruangan itu. Ethan langsung pamit pada ibu Amanda dengan alasan pekerjaan.

*

**

Drrt...

"Halo..." Sahut seseorang diseberang sana.

"Ck. Suaramu terdengar muram kawan"

"Jangan membuang-buang waktuku! Ada apa kau menelponku"

"Apa aku membuang-buang waktumu mencari seseorang?, Amanda mungkin" Goda Ethan, sengaja mempermainkan emosi Reiner.

"Dari mana kau tau?"

Walaupun Ethan tidak melihat ekspresi Reiner, tapibia tau kalau saat ini Reiner tengah mengeritkan dahinya penasaran.

"Wow. Jadi tebakanku benar?" Ucapnya dengan nada pura-pura terkejut.

"Shit.."

Tut! Tut!

Sambungan diputuskan secara sepihak oleh Reiner bersamaan umpatannya tadi.

Ethan terkekeh, kemudian fokus mengemudikan mobilnya. Dia sengaja tidak memberitahukan keberadaan Amanda dirumah Rose, karena dia ingin melihat Reiner berjuang sendiri mendapatkan Amanda kembali, itu saja. Bukankah cinta butuh perjuangan.

***

Amanda memuntahkan isi perutnya dikamar mandi. Akhir-akhir ini setiap makanan yang ia makan selalu saja keluar kembali dari dalam mulutnya. Rose yang melihatnya merasa curiga.

Apa ia hamil, batinnya.

Rose mendekati Amanda yang berada dikamar mandi.

"Amanda bagaimana kalau kita kedokter saja?" Saran Rose.

"Tidak. Aku tidak apa-apa"

Amanda menyeka mulutnya, lalu berjalan kembali kemeja makan, untuk melanjutkan makannya. Namun baru saja ia memasukan sedikit makanan, ia berlari lagi kekamar mandi memuntahkan makanannya.

"Ini tidak benar Amanda, kau harus kerumah sakit, sepertinya kau hamil"

Ucapan Rose membuatnya menoleh dan membeku seketika.

"ha...hamil?"

Amanda mengelus perutnya yang rata."Itu, ti...tidak...mungkin"ucapnya lirih. Memang benar tanggal menstruasinya sudah lewat, dan ia baru menyadarinya.

"Rose boleh kau temani aku ke apotik? Aku ingin memastikannya."

Rose tersenyum kemudian mendekat kearah Amanda dan menggengam tanganya."jika kau benar hamil dan pria itu tidak ingin bertanggung jawab, aku berjanji akan menghajarnya"

Amanda balas tersenyum, ia memang sudah menceritakan semuanya kepada Rose, "hmm, terima kasih. Tapi sepertinya aku yang akan merawatnya sendiri"

Rose menegang."kenapa?"seru Rose.

"Aku tidak ingin ia repot-repot mengurus ibu hamil sepertiku. Lagipula aku tidak yakin ia mau mengakuinya" Ucap Amanda lirih.

Rose meghela nafas."Terserah kau saja, ayo!"

Rose menarik tangan Amanda, mereka akan ke apotik untuk membeli alat tes kehamilan.

"Kalian mau kemana?" Tanya Jasmine yang sepertinya sedang tergesa-gesa.

"Mau ke apotik, kalau ibu mau kemana?" Tanya Rose mengernyit.

"Ibu mau menjenguk teman di rimah sakit, dan sepertinya ibu akan menginap, jadi jaga rumah baik-baik oke"

Begitu Jasmine selesai berucap, ia pun membuka pintu, dan pergi meninggalkan Rose dan juga Amanda.

"Kita mau naik apa ke apotik?" Tanya Amanda.

Rose memiringkan kepalanya, lalu mengetuk-ngetuk dagunya seraya berpikir.

"Ethan..." Ucapnya kemudian, dengan tersenyum kearah Amanda.

***

LOUB✔️️(book 2: Mafia Lovers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang