2: Devan

32.6K 1.2K 8
                                        

Arlaya's POV
Sekitar pukul 05.15 bunda membangunkan ku untuk bersiap di hari pertamaku sekolah di Jakarta.

Namun sayangnya moodku hari ini tak baik karena masih ingin merasakan empuknya kasur dan memimpikan bahwa aku berenang bersama lumba - lumba di lautan.

Itu hanya mimpi namun aku malah ketagihan. Oke. Baik lupakan soal mimpiku dan sekelompok lumba - lumba tersebut.

So, welcome to reality.

Setelah mandi aku bersiap dengan seragam putih abu - abu yang masih segar karena baru saja kemarin pihak laundry di dekat rumah baruku mengirimkannya.

Lalu setelah semuanya siap, aku langsung turun kebawah untuk sarapan seraya membawa tas ranselku.

"Kenapa? Kok kurang semangat gini dihari pertama mau sekolah?" Tanya ayah seraya mengelus rambutku.

"Gak apa - apa yah." balasku seraya mengoleskan roti panggang dengan selai.

"Rumah baru, sekolah baru. Prestasi juga harus lebih baik ya Arl." tukas bunda menuangkan susu untukku.

Aku mengangguk seraya mengunyah roti yang sudah ku oles dengan selai.

Setelah sekitar 15 menit sarapan, aku bersiap dan masuk kemobil duluan karena ayah sempat tertinggal suatu barang di kamarnya dan bunda.

Selagi menunggu, kubuka ponselku dan membalas chat dari Devanda—kekasihku yang akan satu sekolah juga kali ini bersamaku.

Devanda: nanti kalo kamu udah dekat sekolah bilang ke aku ya?

Arlaya: kenapa gitu?

Devanda: kamu kan masih baru, nanti aku temenin ke ruangan kepala sekolah buat cari kelas baru kamu

Aku tersenyum menatap balasan yang Devanda berikan. Dia memang manis.

Arlaya: makasih ya Dev

Devanda: sama - sama cantik.

Lalu setelah itu ku taruh ponselku karena ayah sudah bersiap juga.

Mobil berjalan menyusuri jalanan Jakarta yang aku masih bingung.

Ya tentu saja, aku menghabiskan waktu SD dan Smp ku di New York. Tentu saja aku masih lugu tidak tahu menahu daerah Jakarta yang luas.

Sesaat gedung sekolah sudah terlihat dari kejauhan, aku langsung membuka ponselku dan memberi tahu Devan bahwa aku akan sampai.

Dan sesampainya di sekolah...

"Arlaya sekolah dulu yah." ucapku dan ayah mengangguk.

"Belajar yang pintar ya Arl, have fun your first day school." balas ayah lalu mencium dahiku.

Setelah itu aku langsung membuka pintu dan keluar dari mobil.

Dan disana lah aku bertemu dengan Devan. Banyak yang berubah darinya.

Ia semakin tinggi dan tentu saja selalu tampan dimataku.

"Selamat pagi Arly" ucapnya pertama kali menatapku setelah lama tak bertemu.

Arly, panggilan yang ia sebut 'panggilan kesayangan dari Devan'.  Aku tak pernah lupa dengan dia yang sering menyebutku seperti ini.

Aku tersenyum menatapnya dan berdua memasuki halaman sekolah yang sungguh tampak asing bagiku.

Semua orang tampak menatapku dengan berbagai macam tatapan.

Termasuk para murid laki - laki yang mencoba menggodaku dengan smirk yang menurutku menjijikan.

Obsessed [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang