6: Is It Just Dream?

13.5K 905 46
                                    

Author
Arlaya disana.

Air matanya turun deras menatap kekasihnya Devan ditangan seseorang berjaket hitam dan ia memakai topeng aneh di wajahnya.

"Any last words darling?" Tanya orang yang memegang kepala Devan yang sudah tak kuasa melawan dan tubuhnya yang penuh dengan darah karena luka tusuk.

"JANGAN!"

Dan...

Krek.

Arlaya menutup matanya seraya berteriak saat bunyi leher Devan yang dipatahkan begitu saja sehingga membuat Devan langsung lemas tak bernyawa ditangan lelaki misterius ini.

"DEVANNN!!"

Seketika Arlaya bangkit dari tidunya dengan keringat yang membasahi pelipisnya.

Nafasnya tak beraturan.

"Cuma mimpi Arlaya. Cuma mimpi." Ucapnya pada dirinya sendiri.

Ia melirik kearah jam dinding dan sekarang sudah pukul 3 pagi. Ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya untuk meminum segelas air karena ingin menyegarkan tenggorokannya yang butuh air.

Setelah sampai di dapur, ia mengambil segelas air dan mengisinya dengan air yang ada didalam galon. Lalu meminumnya sampai gelas itu pun kosong tak berisi.

Seusai segar kembali. Arlaya kembali kekamar dan melanjutkan tidur karena besok ia harus sekolah kembali.

Keesokan harinya...

Arlaya
Aku memasuki gerbang sekolah dengan cuacanya yang tak mendukung. Lorong sekolah penuh dengan wajah - wajah warga sekolah yang sedih dan terkejut secara bersamaan. Aku sama sekali tak mengerti karena mungkin aku belum tahu sebab mereka seperti tadi.

Dan setelah aku mendekati kelas, suara kepala sekolah yang berbicara menggunakan microphone pun memenuhi satu gedung.

"Turut berduka cita.. turut berduka cita, kita semua kehilangan satu murid kebanggan SMA Merdeka. Devanda Gilinsky kelas XI IPS 5, mohon doa dari kalian semua untuk Devan agar arwahnya diterima di sisi Tuhan yang maha esa dan keluarga yang ditinggalkan pun diberi ketabahan."

Seketika mulutku menganga lebar dan tangisanku pecah, aku meraskan pelukan dari Shenina dan Reyina yang datang setelah pengumuman selesai.

Mimpi itu. Mimpi semalam menjadi kenyataan. Sungguh rasanya jiwaku melayang begitu saja dan oksigen serasa pergi meninggalkan seluruh tubuhku.

"DEVAN!!" Teriakku kencang.

"Shuss Arlaya. Lo harus tenang ya, biarin Devan istirahat dan tenang."

Is it just Dream?

// O B S E S S E D //

Arlaya
Sepulang sekolah, aku dan Reyina juga Shenina pergi kerumah Devan untuk mengucapkan pesan terakhir kepada Devan.

Tangisku semakin pecah saat mobil milik Reyina berhenti tepat dirumah duka.

Aku turun ditemani mereka berdua, dan setelah menapakkan kaki kedalam pagar rumahnya. Aku disambut dengan  ibu Devan—tante Anaya.

Dengan tangis tante Anaya langsung memelukku dan menenangkanku yang terus menerus memanggil nama Devan

"Tenang ya Arl. Kita semua ngerasain yang kamu rasain sekarang juga, kita harus tabah dan ikhlas. Biarkan Devan tidur nyenyak sekarang." Ucap tante Anaya menenangkan.

Tak lama kemudian ayah Devan—om Satria datang dan berusaha membantu menenangkan aku dengan mengelus rambutku. Lalu ia berkata.

"Lebih baik sekarang kita makamkan Devan ma, sebelum hari makin gelap" ucap om Satria berkata pada tante Anaya.

Aku merasakan tante Anaya mengangguk. Lalu setelah itu tante Anaya melepaskan pelukanku dan berkata bahwa aku harus ikut untuk benar - benar mengucapkan kata perpisahan untuk Devan.

Didalam rumah milik Devan, sudah banyak tamu yang membacakan ayat - ayat suci untuk Devan. Dan aku semakin kaku saat melihat tubuh Devan yang tertutup kain.

Tubuhku duduk disebelahnya dan aku menyempatkan memegang tangannya yang dingin dan pucat lalu mengucapkan salam terakhir didalam hati.

"Devan, hai. Maaf kalo aku nangis disaat kamu udah nyenyak istirahat, tapi.. kenapa kamu buru - buru pergi saat kemarin kita baru ketemu dan seneng bareng - bareng? Aku masih butuh kamu Dev, Arly masih butuh Devan yang penyayang, Arly masih butuh Devan yang selalu baik ke Arly. Tapi kenapa Tuhan gak mau wujudin permintaan aku yang gak pengen kamu cepet - cepet pergi?,"

"Tapi sayangnya Arlaya gak punya kekuatan apa - apa buat bikin Devan buka mata dan nemenin aku disini, intinya. Terima kasih, terima kasih kamu Devanda Gilinsky yang udah mau jadi pacar kesayangan Arly untuk sekitar 3 tahun ini. Arly sayang Devan, selalu. Tante Anaya dan om Satria juga sayang sama Devan, kami semua bangga sama pencapaian Devan yang berhasil kamu raih. Okay for now, take rest. Love you Devanda."

Setelah itu aku membuka sedikit kain yang menutupi tubuhnya dan mencium dahinya kecil. Untuk benar - benar di hari terakhir aku bisa merasakan rasanya memegang tangannya dan menyentuhnya sebelum ia harus hilang dan tak pernah ada lagi di sekitar aku maupun orang lain.

Selamat tidur Devan. Take rest, sleep well.

// O B S E S S E D //

Devan 😩

Part 6 updated!!

Aku bener - bener gemetar nulis part ini. Serius. Devan pergi Arlaya sendiri.

VOMMENTS ❤️

Obsessed [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang