24: Why?

7.4K 419 6
                                    

Yuk Yuk dengerin yang diatas 👆🏻

Arlaya
Sabtu malam dengan alunan musik yang mengalun di piringan hitam yang ayah belikan untukku mewakili perasaanku yang sedang cukup stress karena tugas fisika yang diberikan bu Aini.

Ditengah - tengah sedang mengerjakan soal yang hampir selesai. Ponselku bergetar dan aku langsung membuka pesan yang terkirim.

Levin: Siap - siap ya? Aku jemput kamu 15 menit lagi.

Arlaya: Mau kemana?

Read.

Dengan malas. Akhirnya aku pun menyelesaikan tugas dan menutup buku, lalu menuruti perkataan Levin untuk bersiap - siap.

Akhirnya aku memakai kaus lengan panjang bewarna putih dan celana jeans dengan alas kaki Converse hitam yang agak kusam karena belum sempat aku cuci lagi.

Setelah itu aku turun dan izin pada bunda untuk pergi bersama Levin. Saat ditanya ingin kemana, aku pun menjawab tak tahu karena memang benar itu keadaanya. Levin tidak memberitahukan aku kemana kita akan pergi.

Hingga tak lama kemudian klakson mobil terdengar dari arah luar rumah.

"Kayaknya itu dia deh bun." Ucapku sambil berjalan kearah pintu. Namun sebelum sampai malah suara bel yang duluan berbunyi.

Kubuka pintu dan ternyata benar. Levin datang dengan balutan jaket jeans dan kaus putih.

Bunda yang ikut denganku pun langsung tersenyum hangat menyambut Levin

"Eh ada nak Levin. Apa kabar nak?" Tanya bunda.

"Alhamdullilah baik tan. Uhm aku kesini pengen ajak Arlaya keluar tante, boleh?" Balasnya dengan sopan.

"Boleh dong. Udah sana kalian jalan - jalan, Ajak terus aja Arlaya ya Vin? Dia sibuk terus sama tugas." Ucap bunda yang membuat aku malah malu.

"Ish bunda apa sih? Gak Vin bunda cuma bercanda." Balasku dan Levin hanya tertawa.

Akhirnya kami memutuskan untuk pergi setelah izin kepada bunda. Aku memasuki mobil Levin dan tak lupa memasang sit belt.

Tak lama mobil yang kita tumpangi berjalan meninggalkan rumah.

"Kita mau kemana sih?" Tanyaku padanya yang sedang menyetir.

"I wanna show you some place. Dan aku jamin kamu gak mau cepet - cepet pulang setelah kita sampai disana." Balasnya dan aku menaikkan satu alisku.

"Are you joking? Try me." Ucapku menantang.

"Alright. We will see." Balasnya sekali lagi lalu setelahnya mobil pun terasa sunyi karena sudah tidak ada lagi yang membuka obrolan.

Hingga satu belokkan ke kanan. Kami sampai pada suatu tempat yang sepi namun masih ada lampu yang menerangi.

"Vin, kamu serius? Tempat ini udah kayak tutup gitu loh." Ucapku meyakinkan dengan menatapnya yang sedang menekan tombol sit belt.

"Aku serius. Yuk." Ucapnya dan akhirnya aku ikut keluar dengannya dan kami berjalan beriringan memasuki tempat tersebut.

Levin mendorong pintu kaca yang tak terkunci dan menggengam tanganku memasuki tempat itu.

"Vin vin. Giliran dateng pas udah tutup." Ucap seseorang yang ternyata lelaki yang berumur 21 tahunan, mungkin. Dengan memakai kemeja yang sudah cukup berantakan.

"Eh abang, hehe sorry ya? Eh btw gue kesini bawa temen loh. Lo pasti bakal inget sama dia setelah liat wajahnya." Ucap Levin.

"Siapa emangnya?" Ucap lelaki itu dan setelah melihatnya. Aku langsung terkejut.

Obsessed [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang