7: I Met A Superhero

13.3K 824 20
                                    

SEBELUM BACA PART INI. Lebih baik play video diatas ☝🏻 ya, biar feelnya dapet. Hahah (untuk yang mau aja) not gonna force.

Enjoy part 7 ❤️

// O B S E S S E D //

Ini sekitar 2 minggu setelah Devan pergi meninggalkan dunia. Aku kosong tanpa nya, bahkan terkadang aku ditegur guru karena aku yang selalu tak fokus disetiap pelajaran.

Sabtu pagi kali ini cukup cerah. Membuat aku sedikit semangat, walau sedikit.

Kuambil gitar yang bersandar pas diselebah kasurku dan perlahan kupetik beberapa chord dan perlahan menyanyikan lagu milik penyanyi favorit Devan. Lauv yang berjudul Superhero.

I met a superhero
I lost him
I want him back
He did things to me that no one else could
And I miss that

Aku mengganti lirik yang tadinya 'her' manjadi 'him' karena memang terlintas di pikiranku bahwa memang lagu ini menggambarkan sesosok Devan yang selalu menjadi penolong seperti Superhero.

Oh
Don't wanna talk about it
Oooh
I was so wrong about it
Oooh
Can't do a thing about it now
Now

'Cause they say if you love him let him go
And they say if it's meant to be you'll know
Know

I met a superhero
I lost him
I want him back
He did things to me that no one else could
And I miss that
Yeah.

Setelah itu aku mendengar tepukkan tangan dari arah pintu kamar. Itu ayah, dia tersenyum dan menghampiriku.

"Halo anak manis." Ucap ayah mengelus rambutku halus.

Aku hanya tersenyum kecil dan kembali memainkan chord gitar dengan asal.

"Ikut ayah yuk." Tawar ayah seraya masih mengelus rambutku.

"Kemana?" Tanyaku menoleh kearahnya.

"Udah pokoknya sekarang kamu ganti baju, ayah tunggu dibawah." Ucap ayah terakhir dan ia langsung meninggalkan kamarku dengan aku yang kebingungan.

Akhirnya aku menuruti permintaan ayah, kuletakkan gitar ditempat semula dan mengganti bajuku dengan pakaian yang simple namun cocok untuk berpergian keluar.

Setelah siap. Aku turun kebawah seraya membawa tas selempang dan menemui ayah yang sedang memainkan ponselnya di ruang tamu.

Ayah menoleh kearahku dan tersenyum lalu bangkit dari duduknya seraya memasukkan ponselnya kedalam kantung celananya.

"Bunda, Arlaya udah siap nih." Panggil ayah ke bunda.

"Oh oke," balas bunda menghampiri kami dari arah dapur.

"Yuk." Lanjut bunda.

Setelah itu kami keluar beriringan seraya menunggu bunda mengunci pintu. Lalu kami memasuki mobil bersama, seperti biasa aku duduk dibelakang sendiri karena memang aku anak tunggal.

Aku masih belum tahu kemana ayah dan bunda akan membawaku, yang jelas di perjalanan tak ada yang membuka mulut dan hanya bunyi radio dengan volume yang sangat kecil lalu bunyi kendaraan lain dari arah luar.

Mobil ayah berhenti di depan toko bunga.

Sebentar...

Toko bunga? Untuk siapa.

Setelah itu bunda keluar dari mobil dan beberapa menit kemudian ia kembali membawa bunga Matahari kesukaanku.

Lalu setelah itu mobil kembali berjalan dan betapa terkejutnya aku melihat pintu masuk itu dari kejauhan. Itu pintu masuk menuju makam Devan.

"Kenapa perlu di rahasiaiin sih yah, bun." Ucapku.

"Little surprise, Devan pasti kangen karena kamu gak jengukin selama 2 minggu ini," Balas bunda.

"Ini, kamu pegang ya. Kasih ke Devan nanti." Lanjut bunda memberikan bunga yang tadi ia beli.

Sesampainya di parkiran. Mobil ayah berhenti dan kami keluar bersamaan, lalu berjalan beberapa langkah dan berhenti tepat didepan nisan milik Devan.

"Halo Devan." Ucapku mengelus batu nisan miliknya seraya menaruh bunga yang tadi bunda beli tepat didepan nisannya.

Sebelum aku mulai mengobrol sedikit soal keseharianku dengan Devan, ayah sempat mempimpin doa untuk Devan.

"Devan, hai. Lagi apa? Arly kangen Devan," ucapku seraya tersenyum kecil dan masih terus mengelus batu nisan dengan ukiran namanya disana.

"Eh iya yang harus kamu tau hari ini, Lauv mau kesini konser kesini lho. Sayangnya kamu udah jauh dari dunia, mungkin kalo kamu disini kita bakalan nonton konsernya bareng." Lanjutku seraya tertawa kecil, rasanya aku hanya berbicara pada angin namun hanya dengan cara ini lah aku menyampaikan apa yang aku ingin sampaikan dengan Devan.

Setelah sedikit cerita dengan Devan, akhirnya aku dan ayah juga bunda memutuskan pulang karena cuaca sudah mendung dan gerimis mulai turun. Sebelum pergi aku mencium batu nisan Devan lalu mengucapkan selamat tinggal.

"Daah Devan, secepatnya aku bakal balik lagi dan cerita banyak sama kamu. Arly sayang Devan." Ucapku terakhir sebelum kami benar - benar meninggalkan tempat pemakaman.

Di mobil aku merasa jauh lebih lega karena bisa bercerita banyak dengan Devan meski ia tak mungkin juga bisa membalas semua ceritaku. Tapi aku harap ia bisa mendengarkannya.

// O B S E S S E D //

Part 7 updated!!

Yang comment 'Next' sudah dituruti ya permintaannya.

Vomments kalian berharga buat aku. Mungkin semakin kalian sering Vomments, bakalan semangat juga akunya buat nulis.

VOMMENTS ❤️

Eh iya kalian yang mau follow ig aku, diperbolehkan ya.

Ig: @qanitasbrna

Kalian boleh follow dan tentunya aku bakal followback, kalian tinggal comment aja gini

"Obsessed Reader" pasti bakalan aku followback for sure. Thank you 😘

Obsessed [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang