Arlaya
Pintu kamarku terketuk saat aku sedang memakan ice cream oreo seraya menonton serial Netflix di laptopku."Arlaya?" Suara bunda mewakili ketukan pintu tadi.
Aku segera mempause film yang sedang berjalan itu dan menatap kearah bunda yang sudah membuka pintunya. Lalu ia berjalan kearahku dan duduk tepat didepanku.
"Kamu bisa belanja bulanan gak Arl? Soalnya bunda ada urusan nih. Sahabat bunda lahiran." Ucap bunda dan tentu saja aku mengangguk, karena aku sudah terbiasa disuruh belanja bulanan seperti ini lagi.
"Oh boleh bun, list belanjaannya?" Tanyaku seraya menyondongkan tanganku kepada bunda untuk memberikan list belanjaannya dan ia langsung memberikan kertas putih berisikan barang - barang kebutuhan.
Aku mengangguk dan setelah itu bersiap dengan mematikan laptopku dan berganti baju. Aku hanya memakai kaos bergaris dan jaket hoodie bewarna hitam lalu jeans bewarna biru tua, tak lupa untuk alas kaki hanya berlapiskan sandal.
Setelah siap, aku turun dan izin seraya membawa kunci mobil. Lalu setelah itu aku langsung pergi membawa mobil menuju supermarket tujuan.
Sekitar 20 menit, akhirnya aku sampai di supermarket. Aku turun di keadaan yang mendung mendekati hujan, lalu dengan cepat aku mengunci mobil dan masuk untuk segera berbelanja.
Pertama, aku membawa troli barangku menuju tempat sayur dan buah. Lalu membaca list yang diberikan bunda dan mengambil apa yang ditulis secukupnya. Dan di kebutuhan selanjutnya aku juga mengambil secukupnya, termasuk juga camilan yang sebenarnya tak ada di list. Tetapi bunda pasti sudah hafal jika aku ini suka memakan camilan.
Setelah semuanya sudah selesai, aku langsung bergegas berjalan menuju kasir untuk segera membayar. Lalu setelahnya aku keluar kasir dengan membawa troli belanjaan karena plastik belanja yang kubawa ini cukup banyak.
Dan saat aku menapakkan kaki keluar, dengan tiba - tiba hujan deras turun. Aku langsung berlari cepat seraya mendorong troli belanjaan menuju ke mobil.
Setelah sampai didepan mobil, aku langsung membuka kuncinya dan berjalan kearah bagasi untuk memasukkan semua belanjaan kedalam bagasi. Dan setelah menutup bagasi, aku langsung masuk kedalam kursi kemudi dan mengunci pintu mobil lalu menarik nafas karena cukup kelelahan berburu - buru seperti tadi.
Sebelum menjalankan mobil untuk kembali kerumah, entah kenapa ada rasa untuk tidak pulang terburu - buru dan aku hanya menyenderkan kepalaku di jendela mobil seraya menikmati lagu dari radio dan sekaligus menikmati suara derasnya hujan diluar. Aku menutup mataku sejenak dan tak lama kemudian aku merasakan bahwa ada sentuhan dirambutku, dengan cepat aku membuka mataku dan melihat kearah samping.
Aku terkejut. Sungguh terkejut, aku melihat Devan disini. Dia tersenyum kearahku.
Wajahnya bersih, tidak seperti saat terakhir kali aku melihatnya. Ia memakai kemeja putih yang sangat bersih dan aku bisa mencium parfum yang biasanya dia pakai semasa ia hidup.
Aku bergegas untuk memeluknya namun ia berkata.
"Jangan peluk aku. Aku akan hilang kalau kamu peluk." Ucapnya dengan suara yang aku rindukan. Aku mengerutkan dahi seraya berkata pada diri sendiri, mengapa ia terlihat nyata?.
"Tapi kenapa Dev? Kenapa aku gak bisa peluk kamu?" Tanyaku padanya.
"Kalaupun aku bisa, aku bakal peluk kamu Arl. Tapi ini gak bisa, aku gak bisa maksain kehendak." Balasnya.
Aku pun mengangguk dan menurut. Daripada ia hilang terlalu cepat, lebih baik aku turuti kemauannya.
"Gimana kabar kamu? Is everything okay?" Tanyanya seraya tersenyum dan mengelus pipiku, aku membalas sentuhannya dan ini terasa benar - benar nyata.
"Aku baik, tapi kenapa aku gak bisa peluk kamu saat kamu pun bisa sentuh aku Dev?" Tanyaku menatapnya dan ia hanya mengangkat bahu tanda tak tahu.
"Aku gak tau." Balasnya dan aku kembali bersandar di telapak tangannya yang menyentuh pipiku.
Hening beberapa saat, namun akhirnya Devan kembali membuka suara.
"Arl?" Ucapnya.
"Hmm?" Aku membalas.
"Apa kamu udah ngelupain aku dan beralih ke laki - laki lain? Kalaupun iya, tolong sampaikan ini ya ke dia. Sampaikan kalo aku mohon supaya dia gak nyakitin perempuan baik kayak kamu, karena kamu perempuan yang gak cocok untuk disakitin. Aku mau kamu tetep bahagia walau yang bahagiaiin kamu sekarang itu bukan aku." Jelasnya.
"Of course not. Aku gak bisa beralih dari kamu secepat itu Dev, lagi juga aku pun gak bisa. Terror yang pernah aku kasih tahu kamu itu masih terus ngikutin aku, dan aku masih gak tau jalan untuk cari tahu siapa dia. Bahkan kemarin kejadian dari orang itu pun terulang dan kali ini dia ngelukain Reyina." Balasku.
Dia tersenyum lembut, sangat amat lembut.
"Dev aku kangen." Ucapku sekali lagi.
Devan menangguk.
"Aku tahu dan aku pun iya. Aku pengen rasanya hidup lagi dan temenin kamu seperti sebelum aku pergi, tapi aku gak bisa apa - apa Arl. Seperti yang tadi aku bilang, aku gak bisa maksain kehendak." Balasnya.
"Dan aku mohon sama kamu ya Arl. Kamu harus bahagia, kamu harus bahagia tanpa aku di samping kamu lagi. Kamu harus bahagia walau lelaki itu bukan aku lagi." Devan berkata lagi.
Tak lama kemudian, Devan izin pergi dan aku berkata padanya untuk sering - sering datang seperti ini lagi. Datang menemuiku dengan keadaan nyata seperti ini lagi. Dan ia membalas agar berusaha untuk menemui aku lagi seperti yang aku minta.
Setelah itu aku tersenyum melihat ia yang tiba - tiba hilang dan tak ada lagi didepanku seperti tadi. Aku tak ingin menangis lagi karena ia berkata aku harus bahagia.
Aku masih butuh Devan untuk jangka waktu yang lama, aku sungguh merindukan sosok Devan yang aku cintai dan tak bisa aku lupakan sebegitu cepat.
Dan aku juga berdoa agar Tuhan memberikan petunjuk untuk menemukan siapa pembunuhnya dan pelakunya pun diberikan balasan setimpal karena telah menghilangkan orang yang aku sayang.
// O B S E S S E D //
Part 12 update!!
Siapa yang disini kangen Devan?
Aku sebagai author pun kangen sama Devan. Si cogan paket komplit sekaligus kapten basket kesayangan murid SMA Merdeka.
VOMMENTS ❤️

KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed [COMPLETE]
Novela JuvenilObsesi, adalah keinginan akan sesuatu disertai usaha keras bahkan terkesan memaksa untuk mencapai keinginannya itu. Obsesi merupakan sebuah keinginan yang disertai tindakan emosi yang tidak terkendali atau berlebihan serta tidak beralasan untuk mewu...