15: Nina

9.6K 578 12
                                    

Arlaya
Jam istirahat sudah selesai beberapa menit yang lalu dan sekarang bu Rini—guru Kimia sedang mempersiapkan bukunya untuk mengajar dikelas.

Dan sebelum belajar aku merasakan ponselku bergetar.

Aku melihat kondisi sebelum membukanya dan setelah itu aku melihat pesan baru dan membacanya.

Uknown Number : Ini Arlaya anak 11 Mipa 4 kan ya?

Arlaya : Iya. Ini siapa ya?

Uknown Number : Gue Nina temen basketnya Devan waktu itu, nanti pulang sekolah lu mau ikut gue? Ada yang mau gue omongin,

Uknown Number : Soal Devan.

Aku mengira - ngira sebelum akhirnya mengiyakan.

Arlaya : Boleh. Gue harus nunggu dimana?

Uknown Number : Tunggu gue di kelas lo aja, nanti gue kesana setelah bel.

Arlaya : Oke.

Setelah itu aku mengunci ponselku dan tak lupa menyalakan airplane mode.

Oke ini aneh, mengapa orang ini baru mulai berbicara soal Devan setelah kematiannya sudah di jauh - jauh hari? Tapi mungkin saja ini akan menjadi penting dan bisa saja ini akan menjadi petunjuk untuk mencari keberadaan pembunuhnya. Walau kemungkinan ini akan sulit.

Setelah 3 jam pelajaran Kimia, akhirnya bel pulang sekolah berbunyi dan aku langsung bergegas merapihkan buku lalu duluan keluar karena harus menepati janji Nina.

Aku keluar ke kelas dan melihat ke sekeliling dan menemukan gadis berambut pendek dan diikat. Gadis itu menyadari kehadiranku pun langsung berdiri tegak dari punggungnya yang bersender pada dinding sebelumnya.

"Nina kan ya?" Tanyaku dan dia tersenyum menangguk lalu aku membalas senyumannya. Kalau boleh aku jujur, dia sungguh cantik dengan warna kulitnya yang kecoklatan dan gayanya yang sedikit tomboy jika dilihat.

"Iya. Salam kenal ya Arl." Balasnya menjulurkan tangannya untuk berkenalan dan aku tentu saja membalas jabatannya.

Lalu setelah berkenalan, akhirnya kami berjalan menyusuri lorong dan mengobrol sedikit.

"Kok lu kenal gue? Devan yang ngenalin atau gimana?" Tanyaku padanya yang sedang mengunyah permen karet.

"Kita semua tau lo. Tentu saja, Devan itu cowok most wanted Sma Merdeka. Bahkan status famousnya dia itu gak cuma di sekitaran Merdeka aja. Anak sekolah lain pun tau kalo Devan famous, nah makanya itu. Tanpa Devan ngenalin pun kita udah tau." Jelasnya, bagus. Aku benci jika orang - orang mengetahuiku dengan cara seperti ini. Aku tak pernah bangga jika Devan itu famous sekali pun, aku sayang Devan lagi juga bukan karena dia terkenal.

Setelah itu aku bungkam, Nina juga. Sama bungkamnya seperti aku. Kami bungkam sampai didepan mobilnya dan kami masuk lalu Nina menyuruhku meletakkan tas di jok belakang.

Dan akhirnya mobil yang Nina berjalan keluar dari parkiran sekolah, aku masih belum tahu kemana Nina akan membawa aku pergi yang jelas hanya butuh penjelasan darinya tentang Devan.

Kami memesan makanan cepat saji di restoran dan setelah itu mobil Nina kembali berjalan menuju bukit yang sepi namun indah dilihat.

"Oke, gue tau lo anggap gue creepy karena ngajakkin lo ketempat kayak ginian. Tapi disinilah tempat teraman buat ngomongin masalah serius kayak gini." Jelasnya, dan aku bingung sekarang.

"Maksudnya?" Tanyaku.

"Oke pertama, gue deket sama Devan. Gak hanya kita satu eskul, tapi rumah kita juga satu komplek. Gue harap lo gak beranggapan negatif sama gue sama Devan kalo selama ini kita deket tanpa lo tau, dia adalah orang yang cerita kalo lo itu sedang dalam kesulitan karena di terror sama orang yang lo maupun Devan gak tau sampe sekarang, kan?" Jelasnya dan aku mengangguk seraya memakan burger yang baru saja kami beli.

"Gue disini coba bantu lo, oke? Gue disini coba wakilin Devan buat bantu lo cari siapa pembunuh Devan dan yang nerror lo itu selama ini siapa. Oke, daripada gue kebanyakan bacot ngomongin ini, now lets go to the point." Lanjutnya dan aku mengangguk  lagi dan lagi.

"Ayah gue polisi dan dia yang bantu - bantu cari yang mungkin bisa jadi barang bukti soal pembunuhan Devan. Dan gue nemuin ini sebagai satu barang bukti yang ayah gue ambil," Nina memberhentikan ucapannya dan membuka dash board mobilnya dan mengambil satu barang yang terdapat dalam plastik.

Kuambil barang yang Nina berikan, ini adalah sebuah pin dengan logo eskul baseball di Sma Merdeka. Aku mengerutkan dahi seraya menatap Nina.

"Oke, gue tau lo bingung. Tapi sebenernya eskul baseball di sekolah itu udah gak ada sebelum lo masuk kesini dan gue perhatiin murid sekolah kita udah gak ada yang pake barang dengan logo ini. Selain.. Alavan, gue juga ragu buat bilang ini. Tapi ya cuma dia yang masih simpen dan pakai pin ini di tali tasnya dia." Jelas Nina dan aku menggeleng tak percaya, Alavan terlihat seperti anak normal yang tak mungkin melakukan hal seperti ini padaku dan Devan seperti ini.

Aku masih menatapi pin berlogo ini. Tapi bagaimana mereka bisa menemukan ini disaat tante Anaya berkata bahwa si pembunuh melakukan aksinya dengan bersih?

"But wait, gimana polisi dapetin ini? Bukannya kata tante Anaya si pembunuh ngelakuin aksinya bersih?" Tanyaku pada Nina dan dia mengangkat bahunya tanda tak tahu.

"Bisa aja dengan gak sengaja pin itu jatuh pas dia lagi ngabisin nyawa Devan." Balasnya seraya mengunyah burger miliknya.

Setelah itu aku dan Nina diam dengan pikiran masing - masing. Setelah itu aku ada ide yang bisa saja berhasil untuk mencari tahu.

"Gue punya ide, gimana kalo gue kerumah Alavan dengan cara pura - pura pinjem sesuatu sama dia? Kebetulan rumah kita juga deketan." Ucapku dan Nina mengangguk.

"Gue setuju, lo coba aja dulu. Call me when you need help, okay?" Ucapnya dan aku mengangguk.

Setelah itu aku izin untuk membawa pin ini untuk menjadi bukti pencarianku.

Aku sungguh berterima kasih kepada Nina yang dengan senang hati ingin membantu aku memecahkan masalah pencarian Devan. Meski ada rasa tak yakin, tapi jika aku hanya diam. Kapan masalah terror ini akan selesai?

// O B S E S S E D //

Hello hello! Obsessed update! Yok dibaca dan kayaknya aku memutuskan untuk mengakhiri cerita ini disekitaran chapter 20-21 an nantinya (kalo inget dan banyak ide, ehe)

I feel grateful, i feel thankful with all of you guys my 13K readers ❤️ sayang kelyan so much.

VOMMENTS ❤️

Obsessed [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang