11: Knock Knock

11.8K 723 11
                                    

Arlaya
Bunda dan ayah keluar untuk menghadiri acara pernikahan anak teman bunda. Aku izin tak ikut karena tugas sekolahku masih cukup banyak dan aku bilang bahwa harus benar - benar mengerjakannya sekarang walau tadi bunda sudah memaksa untuk ikut.

Dan disinilah aku sendirian dengan tumpukan tugas yang cukup banyak.

Sebenarnya aku takut sendirian. Sendirian adalah salah satu kelemahanku, apalagi ditambah cuaca malam ini yang tidak mendukung.

Petir - petir akan memulai membunyikan suaranya. Untuk mengurangi rasa takut, aku menyalakan lagu dari ponselku dan mendengarkan lagu yang pernah Devan nyanyikan untukku. Dia mengcover lagu ini dan aku menyimpannya.

~Flashback~

Author
Arlaya bukan di mood yang baik malam itu. Dia benci karena seakan - akan orang disekitarnya tidak mempedulikan dan tidak membutuhkan dia lagi.

Air matanya turun dan ia menyembunyikan wajahnya di bantal dan beberapa detik kemudian. Ponselnya bergetar.

Arlaya bangkit dan menatap ponselnya.

Devan
is calling you...

Lalu ia langsung menggeser layar ponselnya seraya mengusap air matanya.

"Halo." Ucapnya dengan suara yang serak dan ia juga sedang flu saat ini.

"Arly nangis ya?" Tanya Devan to the point.

"Gak. Aku gak apa - apa, cuman lagi flu." Balas Arlaya.

"Jangan bohong Arl."

Dengan tiba - tiba Arlaya malah memperkencang suara tangisannya.

"Lho kok malah tambah nangis sih? Kamu kenapa?" Tanya Devan mencoba untuk selembut dan sesabar mungkin.

"Arlaya capek, aku ngerasa orang - orang udah gak peduli lagi sama aku. Aku ngerasa orang - orang udah gak butuh Arlaya lagi." Jelas Arlaya dengan sesegukkan.

"Hey hey, kamu bilang apa sih. Siapa bilang orang - orang gak butuhin Arlaya lagi? Aku masih butuh kamu, orang tua kamu juga masih butuhin kamu." Jawab Devan.

Arlaya tersenyum kecil mendengar suara Devan yang menenangkan.

Setelah itu mereka memutuskan hubungan teleponnya dengan secara sepihak. Dan Devan berkata kepada Arlaya untuk tidak mematikan ponselnya dahulu.

Arlaya menunggu beberapa menit untuk Devan. Tak lama kemudian ponselnya berbunyi karena pesan masuk.

Devan mengirimkan pesan suara dan Arlaya langsung membuka voicenotes yang dikirimkan oleh lelaki itu.

Suara gitar mewakili voicenotes yang Devan berikan.

Your hand fits in mine like it's made just for me
But bear this mind it was meant to be
And I'm joining up the dots with the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me.

I know you've never loved the crinkles by your eyes when you smile
You've never loved your stomach or your thighs
The dimples in your back at the bottom of your spine
But I'll love them endlessly.

Obsessed [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang