16: Jaket Merah Maroon

9K 568 18
                                    

Arlaya
"Bun, Arlaya izin main kerumahnya Alavan ya? Ada yang mau aku pinjem soalnya." Izinku pada bunda yang sedang menonton Tv seraya memegang majalah ditangannya.

Bunda menoleh kearahku dan tersenyum lalu berkata.

"Kamu gak izin juga udah pasti bunda izinin Arl. Yaudah sana kamu main, emangnya kamu gak bosen berlama - lama dikamar sambil nonton series mulu? Kamu harus bersosialisasi juga ya." Balas bunda dan aku mengangguk seraya tersenyum, dan setelah mendapat izin dari bunda akhirnya aku keluar rumah.

Setelah keluar dari rumah, akhirnya aku langsung berjalan beberapa langkah dari rumah menuju rumahnya. Tak lupa membawa ponselku ditangan.

Saat tepat didepan pintu rumah Alavan, ku ketuk pintu rumahny dan tak beberapa lama kemdudian Alavan sendirilah yang membukanya. Dia tampak segar jika dilihat dari perawakannya hari ini.

"Hai." Ucapku menyapa seraya melebarkan senyumku.

"Hai." Balasnya dengan tak lupa membalas senyumanku.

"Uhm.. kebetulan pas kemarin gue main kesini kayaknya gue liat kasetnya The 1975, gue tertarik buat pinjem. Boleh gue pinjem?" Tanyaku dan dia membalas dengan anggukan dan senyum hangat.

Akhirnya Alavan mempersilakan aku masuk dan ia bilang bahwa ibunya sedang ada tugas pekerjaan di Bandung, jadi ya. Mau tak mau ia hanya sendiri dirumahnya. Dan sesampainya dikamarnya, Akhirnya aku pun dipersilakan masuk.

"Lo pilih aja sesuka lo." Ucapnya singkat dan aku mengangguk seraya memilih - milih kaset beberapa band yang ada aku ketahui, namun ada beberapa juga yang asing di diriku.

Namun karena aku kesini bukan karena benar - benar ingin meminjam barang kepadanya, akhirnya aku berusaha dengan cara meminta dibuatkan minum karena haus.

"Mmm.. AL, gue boleh minta minum gak? Entah kenapa tiba - tiba gue haus gini." Ucapku beralibi dan reaksi Alavan adalah ia menepuk dahinya seperti orang yang melupakan sesuatu pada umumnya.

"Eh iya, maaf gue lupa. Yaudah lo pilih - pilih aja dulu kasetnya, gue bikinin minum buat lo, oke?" Balasnya dan aku mengangguk.

Pada akhirnya Alavan keluar kamar seraya menutup pintu kamarnya dan setelah aku benar - benar yakin Alavan sudah dibawah. Perlahan aku bangkit dan berjalan kearah lemarinya dan menggeser pintu lemari miliknya. Dan setelah itu dengan berhati - hati aku menggeser beberapa hanger yang menggantungkan beberapa jaket miliknya. Namun akhirnya pengelihatanku berhenti pada jaket baseball bewarna merah tua dengan.. noda seperti darah di bagian lengannya. Aku mengerutkan dahi dan dengan cepat langsung membuka kamera, lalu memfoto jaket itu dan setelahnya aku menutup kembali lemari milik Alavan karena aku mendengar suara langkah kakinya yang berjalan kesini.

Dan setelahnya aku berpura - pura melihat cover belakang kaset milik 5 Second Of Summer yang baru.

"Udah ketemu apa yang mau lo pinjem? Eh iya ini minumnya." Ucapnya dan aku mengangguk seraya tersenyum. Padahal didalam lubuk hati terdalamku sedang panik karena takut ketahuan.

"Gue boleh pinjem yang ini?" Tanyaku dan ia mengangguk.

"Boleh, nih lu minum dulu. Haus kan tadi katanya?" Tawarnya dan aku mengangguk seraya mengambil gelas yang berisi sirup sirsak didalamnya.

Obsessed [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang