29: Forgive Quentin

5.8K 336 5
                                    

Arlaya
Aku turun untuk sarapan dan sesampainya di meja aku melihat hanya bunda yang sedang menyiapkan makanan.

"Ayah kemana bun?" Tanyaku pada bunda.

"Sepedaan pagi sama pak Farris keliling komplek." Balas bunda dan aku mengangguk.

Saat aku benar - benar sudah menempatkan diri di kursi. Bunda memberiku sepiring sarapan dan sebelum memakannya aku tak lupa meminum air putih.

Sebelum makan aku menanyakan hal yang sempat kupikirkan sebelum tidur semalam.

"Uhm bun, Arlaya boleh minta satu hal?" Tanyaku pada bunda yang menyesap teh mint miliknya.

"Iya boleh, kenapa Arl?" Balas bunda seraya menaruh cangkirnya.

Aku diam beberapa saat dan akhirnya kembali berucap.

"Bunda inget Quentin, yang waktu itu pernah.. bunda tau kan apa?" Ucapku dan bunda mengangguk. Aku tak ingin membicarakannya lagi.

"Kemarin ada berita dia kritis karena ditusuk sama orang yang gak dikenal, sekarang dia masih koma tapi dia udah boleh di jenguk umum. Dan yang aku pengen minta, b-boleh g-gak kalo aku jenguk dia? Ya aku tau yang dilakuin dia itu kelewat batas tap-" penjelasanku terpotong oleh bunda.

"Sayang, kamu gak perlu minta izin tentu aja bakal bunda izinin Arl. Kamu tahu apa? Niat kamu barusan udah bikin bunda bangga, bunda bangga karena ternyata kamu bukan orang yang pedendam. Boleh Arl, yuk bunda anter." Balas bunda tersenyum lebar seraya mengelus rambutku. Aku mengangguk dan menerima tawaran bunda untuk menemaniku kerumah sakit untuk menjenguk Quentin.

Akhirnya aku sarapan dengan tenang, karena sebelumnya aku merasa takut jika bunda tidak mengizinkanku karena kelakuan buruk Quentin waktu itu. Tapi ternyata jawaban yang bunda adalah kebalikannya.

Setelah makan aku bersiap - bersiap untuk pergi dan tak lupa membaca ulang pesan yang Reyina berikan untuk informasi tentang rumah sakit dimana Quentin dirawat dan tak lupa nomor kamarnya.

"Rumah sakit Citra Kasih, lantai 3, kamar Florence no 155." -Reyina.

// O B S E S S E D //

Sebelum menuju kerumah sakit, bunda sempat memberhentikan mobil untuk membeli buah untuk Quentin dan sekarang dipangkuanku sudah terdapat parsel berisikan buah - buahan.

Sesampainya dirumah sakit, bunda memarkirkan mobil dan kami turun lalu berjalan masuk kedalam gedung rumah sakit beriringan.

Kami menaiki lift dan aku sempat mencari - cari kamar bernomorkan 155. Dan akhirnya berhasil, disana bisa kulihat wanita paruh baya yang kuyakini adalah ibu dari Quentin yang sedang membaca buku dengan kacamata bacanya.

"Selamat pagi tante." Sapaku dan wanita ini menengok lalu melihatku dengan sedikit bingung.

"Pagi." Balasnya.

"Saya Arlaya tante, t-teman satu sekolah Quentin." Ucapku lagi dan wajah yang diberikan ibu Quentin berubah menjadi terkejut, mungkin karena ia tahu ulah Quentin waktu itu yang menyebabkan aku juga ada didalam masalahnya.

"Oh iya. Saya tahu kamu, nak Arlaya. Karena saya baru lihat kamu, jadi saya ingin meminta maaf atas kesalahan Quentin yang mungkin tak enak diingat, saya tak tahu harus melakukan apalagi untuk meminta maaf sama kamu." Ucapnya dengan nada yang lemah.

Aku sungguh merasa iba dengan semua nada meminta maafnya. Menurutku Quentin sangat sangat beruntung mempunyai ibu yang baik sepertinya.

Obsessed [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang