22: Jam Kosong

7.2K 410 21
                                        

Arlaya
Kamis siang menuju pulang sekolah, kami mendapat jam kosong karena guru - guru sedang mengadakan rapat. Cukup membosankan karena biasanya jika rapat seluruh murid Sma Merdeka dapat waktu pulang cepat. Namun tidak untuk hari ini.

"Gue mau ketoilet ah, ada yang mau nemenin?" Tanyaku pada Reyina dan Shenina yang sedang mabar game di ponsel mereka.

"Gak bisa Arl, lagi dikejar - kejar ini kita. Lu sendiri atau sama siapa kek gitu." Balas Reyina dan aku memutar bola mataku dan beranjak keluar untuk pergi ketoilet. Sendiri.

Dan akhirnya aku benar - benar ketoilet sendiri dengan keadaan yang cukup ramai karena seluruh kelas sedang jam kosong.

Setelah menyelesaikan urusanku di toilet, aku keluar dari kubik toilet seraya membenarkan tatanan rok yang sedang kupakai dan berjalan menuju kaca.

Saat sedang berkaca aku menatap Quentin si pembuat onar Sma Merdeka datang mendekatiku. Ia ikut masuk kedalam toilet dan dengan sengaja mengunci pintunya, aku diam kaku tak tahu harus bagaimana dengan ia yang tak berhenti menyeringai.

"Hai cantik, sendirian?" Ucapnya dan aku tak membalas, aku benar - benar kaku namun mencoba sebisa mungkin untuk berani.

Dengan tiba - tiba ia menggapai tubuhku dan memojokkan diriku pada dinding keramik yang dingin. Tangannya dengan kuat mencengkram bahuku dan tatapan tajam seperti layaknya dia adalah singa yang lapar.

"Kok gak jawab? Takut ya? Gue gak gigit kok." Ucapnya sekali lagi dengan mendekatkan mulutnya kearah kupingku.

"M-mau ngapain lo?" Dengan spontan aku berkata dengan gemetar.

"Mau ngapain ya? Enaknya ngapain nih kalo sama cewek cantik kayak lo?" Balasnya dan dengan frontal dia mencium bibirku kasar dan melumatnya. Aku mencoba memukul tubuhnya dan berteriak walau sulit.

Hingga satu hentakkan, pintu toilet terbuka dan menampakkan sosok Alavan disana. Alavan maju dan menarik baju Quentin lalu membawanya keluar toilet dan melemparkan tubuhnya hingga terdengar suara benturan karena kepala Quentin yang membentur cukup keras.

Dan mulai lah keributan di kesepian. Dengan tangisan aku mencoba memberhentikan Alavan yang tidak berhenti memukuli Quentin yang sudah lemah.

"Van udah!" Ucapku kencang seraya menangis dan tak lama kemudian banyak guru - guru dan mengerubungi pertengkaran Quentin dan Alavan. Mereka mencoba melerai dan hasilnya pun berhasil.

Quentin yang sudah lemah karena pukulan bertubi - tubi dari Alavan pun terpaksa harus di bawa ke UKS untuk diobati.

Aku dibawa oleh Shenina dan Reyina menuju kelas.

Dan dikelas aku langsung memeluk Shenina dengan erat karena trauma terhadap pelakuan Quentin.

"Kenapa sih? Coba lu ceritain pelan - pelan Arl." Ucap Reyina yang sedang mengelus rambutku.

Aku menggeleng tanda tidak ingin bercerita sekarang.

"Yaudah gak apa - apa jangan cerita sekarang, sekarang lo tenangin diri dan tarik nafas yang banyak ya?" Ucap Shenina dan aku mengangguk seraya melepas pelukan darinya dan menarik nafas untuk melegakan pikiran.

Hingga akhirnya bu Nani—guru BK pun datang dan mengajakku untuk kekantornya untuk mendapat penjelasan untuk kejadian tadi.

Sesampainya dikantor miliknya aku dipersilakan duduk dan ditawarkan minum karena katanya untuk menetralkan nafasku yang sedang tak beraturan.

"Oke, bisa kita mulai nak?" Tanyanya dan aku mengangguk.

Bu Nani mengangguk.

"Jadi sebenarnya ada apa sehingga menyebabkan mereka bertengkar?" Tanyanya.

Aku mulai menceritakan dari awal mulai hingga Quentin masuk dan melakukan hal yang tak patut dilakukan lelaki manapun kepada perempuan manapun.

"Oke tenang ya Arl, pihak sekolah sedang berusaha memberikan hukuman yang setara untuk yang apa dilakukan nak Quentin. Baik nak Arlaya ini saja yang ingin ibu tanyakan, terima kasih atas kejujuranmu ya nak, nah sekarang kamu boleh kembali kekelas." Ucapnya dan aku mengangguk.

"Baik bu saya permisi." Balasku dan dibalas ramah dengan bu Nani.

Aku keluar dari ruangannya dan kembali ke kelas untuk merapihkan barang - barang karena bel pulang akan berdering 5 menit lagi.

Dilain tempat...

Seraya menunggu bunda menjemput, aku pergi ke kelas Alavan untuk sekedar mengucapkan terima kasih karena ia telah membantu.

"Alavan!" Panggilku saat ia keluar dari kelasnya seraya membawa tas ranselnya.

Ia menengok dan tersenyum dengan luka lebam di bagian pinggir bibirnya karena Quentin sempat memukulnya tadi.

"Uhm... gue mau bilang terima kasih karena lo udah mau bantu gue. Mungkin kalo gak ada lo si Quentin bakal ngelakuin lebih dari itu sama gue." Ucapku tersenyum kearahnya.

"Iya sama - sama lagi juga itu emang tugas laki - laki buat ngelindungin perempuan dari orang brengsek kayak si Quentin." Balasnya dengan senyum.

Akhirnya kita berjalan beriringan menuju pagar sekolah.

"Terus? Akhirnya gimana tadi pas lagi di kantor guru?" Tanyaku.

"Gue dapet skors seminggu." Balasnya dan mataku melebar. Ah ini semua salahku.

"Duh duh duh maaf Van, ah gue jadi merasa bersalah nih. Gara - gara gue kan jadinya kayak gini."

"Gak Arl, jangan nyalahin lo terus ah. Kan ini emang udah jadi peraturan sekolah dari lama, gue pantes kok dapetin semuanya." Balasnya dan aku masih merasa tak enak walau begitu juga.

Akhirnya aku pamit untuk pulang duluan karena mobil bunda sudah tepat didepan sekolah.

Dimobil saat aku membuka pintu, aku langsung disambut dengan tatapan khawatir dari bunda. Ah mungkin bunda dapat kabar dari sekolah.

"Are you okay? What he did to you?" Tanya bunda.

Aku menggeleng dan diam seraya menunduk.

"Okay. Gak apa - apa kalo kamu trauma cerita, bunda ngerti. Sekarang kamu istirahat aja ya? Nanti bunda bangunin kalo udah sampe rumah." Ucap bunda dan aku mengangguk dan mulai memejamkan mata.

Kenapa hidupku selalu tertimpa masalah yang tak baik ya Tuhan?

Huh bodoh juga aku jika menyalahkan semua ini kepada Tuhan. Tapi yang jelas hari ini adalah hari paling berantakan yang pernah ada.

Semoga Quentin mendapatkan hukuman yang setimpal. Kalau perlu ia dikeluarkan saja dari sekolah agar aku tak perlu melihat wajah memuakkannya lagi. Aku benci dia.

// O B S E S S E D //

Finally update!!!

Finally update!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini Quentin.

Yuk yang mau ngehujat silakan karena akupun kesel sama dia. 😂

VOMMENTS ❤️

Obsessed [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang