9: Kue Vanilla

12.9K 787 15
                                        

Arlaya
Reyina dan Shenina disini. Mereka bilang sih ingin berkunjung, namun lebih tepatnya mereka menghabiskan camilan yang bunda simpan di kabinet dapur.

"Ih sumpah ya Arl, gak nyesel gue dateng kerumah lu kalo kayak gini." Ucap Reyina yang sedang memakan kripik balado.

"Iya. Kalo gak ada makanan juga kalian gak bakal dateng kan?" Balasku meledek.

"Tau aja." Tukas Shenina membalas.

Tak lama kemudian bel rumah berbunyi dari arah pintu. Aku izin pada mereka untuk membukakan pintu.

Aku membuka pintu dan disana aku melihat Alavan dengan membawa piring berisikan satu buah kue vanilla dengan buah stroberi sebagai hiasannya.

"Hai." Ucapnya tersenyum, senyumnya terlihat gugup dan kaku.

"Eh iya, hai." Balasku.

"Uhm.. ini, mama gue kebetulan bikin kue vanilla. Dia bikin dua loyang, terus karena kebanyakan akhirnya dia nyuruh gue buat kasih ke rumah lo," Jelasnya dan aku mengangguk. Lalu ia memberikan sepiring kue vanilla yang ia pegang.

"Kasih piringnya nanti aja." Lanjutnya lalu ia pamit pulang dan sebelumnya aku berkata terima kasih dan menyampaikan salam untuk orang tuanya.

Kututup pintu dan kembali ke dapur menemui Reyina dan Shenina yang sedang bercanda karena ponselnya masing - masing.

"Ya Allah, Arlaya gak usah repot - repot dong sampe di orderin kue vanilla gini. Jadi enak," Ceplos Shenina seraya tertawa.

"Lho emangnya kue ini buat lo berdua, geer ih Shenina." Balasku meledek dan dia memanyunkan bibirnya, itu cukup menghiburku.

"Gue bercanda, nih makan aja. Gue ambilin piringnya buat kalian." Lanjutku seraya berjalan kearah kabinet untuk mengambil piring untuk mereka memakan kuenya.

Shenina memotong kuenya terlebih dahulu dan di piring yang sudah aku sediakan.

"Eh eh gue udah ngetap stroberi yang besar. Bodo amat!" Ucap Reyina yang protes hanya untuk satu stroberi.

"Ih gak mau ya. Gue yang potong, gue juga yang bisa milih stroberi mana aja." Balas Shenina.

Aku menggelengkan kepala menatap mereka, dan aku pun berjalan ke arah kulkas dan memberikan stroberi segar yang bunda beli kemarin di supermarket.

"Nih stroberi nih, ribut aja sih kalian." Tukasku dan mereka pun tersenyum menatap stroberi yang aku berikan.

Ponselku bergetar. Menandakan adanya pesan masuk.

Aku membukanya.

Alavan: Arlaya.

Aku mengerutkan dahi. Lalu berbicara pada Shenina dan Reyina.

"Ada yang ngasih nomor gue ke Alavan?" Tanyaku, namun mereka menggeleng. Lalu siapa?

Aku pun kembali mengetikkan jariku pada layar ponsel.

Arlaya: Iya, kenapa?

Selang beberapa detik...

Alavan: Besok mama gue dinas ke Medan dan dia nyuruh gue buat belanja bulanan, kebetulan juga pembantu gue lagi pulang kampung. Uhm.. lo bisa nemenin gue?

Alavan: Karena gue tahu lo pasti ngerti sama urusan belanja kayak gini.

Aku mengerutkan dahi dan berpikir sejenak. Setelah itu aku mengetikkan sesuatu lagi untuk membalasnya, hitung - hitung untuk mengucapkan terima kasih juga atas kue yang tadi ia berikan.

Arlaya: Boleh. Hitung - hitung juga gue mau bilang terima kasih sama kue yang lo kasih.

1 detik...

2 detik...

Alavan: Oke. Besok gue jemput lo jam setengah 11 ya.

Alavan: Thanks Arl.

Aku tak membalasnya lagi dan melanjutkan mengobrol dengan Shenina dan Reyina yang sekarang sibuk memakan kue pemberian Alavan.

Dan setelah itu kami melanjutkan marathon menonton film horror bersama di ruang tamu rumahku.

// O B S E S S E D //

Keesokan Harinya...

Alavan benar - benar menepati janjinya untuk menjemput pukul setengah 11. Dan dikarenakan aku hanya menemaninya saja, pakaian yang kukenakan juga tak terlalu merepotkan karena udara Jakarta sangat panas hari ini. Aku tak ingin mandi keringat nantinya.

Jarak dari rumah ke supermarket tak begitu jauh, jadi tak banyak waktu yang tersia - siakan.

Selama didalam supermarket, kita hanya bercanda tawa karena lelucon yang Alavan buat. Bahkan ada saat dimana kita berdebat karena hanya mempeributkan satu brand snack yang berbeda rasanya sampai orang - orang disekitar kita pun menatap dengan bingung.

Cukup seru menemaninya hari ini. Rasanya aku juga ingin merasakan keadaan sama seperti tadi dengan Devan jika mungkin ia masih bernafas dan sosoknya masih ada di dunia. Namun cepat - cepat aku langsung menghilangkan pikiran tak mungkin yang sempat terpintas dipikiranku. Lagi juga aku yakin bahwa Devan sudah tenang di tempat peristirahatannya. Devan bahagia disana.

// O B S E S S E D //

Aloha peeps!

3K readers WOW!! Semakin hari ga nyangka sama kalian yang masih setia nungguin update-an Obsessed dan mau ngevote dan comments. TERIMA KASIH!! ❤️

Eh iya, mungkin kalian mau liat karakter visual dari casting Obsessed? Comments aja di part ini, nanti aku bakal kasih tau foto - fotonya dan nama lengkap mereka, oke? 👌🏻 (bilang aja "aku mau")

VOMMENTS ❤️

Obsessed [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang