7 . Disidang

944 62 0
                                        

Sinar mentari memasuki celah kamar gadis troublemaker, matanya sedikit demi sedikit terbuka karena sinar tersebut. Tangan gadis itu menutup mulutnya yang baru saja menguap.

Karena hari sudah pagi gadis itu mencoba bangun dan duduk sejenak di mulut ranjangnya. Matanya kini sudah sempurna terbuka, namun dirasa kepalanya sedikit berat. Tangan gadis itu memegang keningnya untuk menyangga kepalanya.

'Wah kayaknya gue demam nih. Gue masuk sekolah nggak ya?...'

"Masuk ajalah. Gue mau liat reaksi princess buaya itu," setelah dipikir-pikir, akhirnya Morin memutuskan untuk masuk sekolah hari ini, walaupun tubuhnya sedikit lemas untuk berjalan. Ia segera mandi dan memakai seragam hari ini.

Setelah dirinya siap untuk berangkat ke sekolah, ia pun segera turun kebawah untuk sarapan.

****
Sebuah koper hitam telah berada disamping tubuh seseorang yang juga telah berpenampilan rapi, itu mendakan bahwa lelaki tersebut sudah siap untuk pergi berbisnis di Singapura. Namun sebelum itu ia ingin bertemu putrinya terlebih dahulu.

Beberapa menit kemudian Morin turun dari tangga, ia terkejut saat melihat ayahnya akan pergi membawa sebuah koper.

"Loh. Ayah mau pergi kemana?" tanya Morin saat telah berada didepan Andi.

"Ayah mau ke Singapura, Sayang."

Morin hanya ber'oh ria.

"Pergi aja jauh-jauh sekalian nggak usah pulang," lirih Morin pelan sedikit memalingkan wajahnya. Sebenarnya ia masih agak kesal dengan kejadian semalam.

"Apa katamu,Sayang?" tanya Andi yg melihat anaknya berguman.

"Nggak. Ayah pergi jauh-jauh kalo pulang, jangan lupa beliin Morin oleh-oleh yang banyak ya," jawab Morin sambil tersenyum sampai matanya terlihat sipit.

"Iya. Ya udah ayah pergi dulu ya? Jaga diri kalian baik-baik," ucap Andi yang memeluk ketiga anaknya bergantian. Setelah itu ia pergi menuju bandara bersama supir pribadinya.

Ketiganya menuju ruang makan untuk sarapan pagi setelah mobil ayah mereka sudah ta terlihat lagi.

Saat tiba di ruang makam, ketiganya terkejut melihat ada seorang wanita berkuncir kuda dan memakai celemek di tubuhnya. Wanita itu terlihat sedang menata sarapan untuk mereka bertiga.

"Lo siapa? Gue nggak pernah liat lo disini?" tanya Morin dengan nada mengejutkan sehingga membuat wanita tersebut menolehkan wajahnya.

"Perkenalkan nama saya Nora, keponakan dari pak Wandi atau sahabat kecil ibu kalian dulunya. Jadi saya tinggal disini sebenernya menunggu tahun kuliah baru," jelas Nora sambil tersenyum.

"Terus, kenapa anda menyiapkan sarapan untuk kami? Ibu mana?" tanya Ranu.

"Daripada saya hanya istirahat disini kan mending saya membantu pekerjaan Mbak Inar selama ia bekerja di butik."

"Oh.. jadi bunda belum pulang," lirih Morin.

"Ayo silakan dimakan sebelum dingin."

Ketiganya segera mengambil tempat duduknya masing-masing dan segera sarapan bersama Nora.
****
Seperti biasanya, Lando mengeluarkan mobilnya dari garasi dan menungu Morin menghampirinya untuk berangkat sekolah bersama. Sedangkan Ranu sedang menunggu temannya datang.

Beberapa menit kemudian Morin datang, namun kali ini ia berniat untuk naik bus ke sekolah dibanding berangkat bersama kakanya.

"Gue naik bus aja ya!"
Morin berlari menuju halte bus tanpa menghiaraukan kakaknya yang sudah menunggunya sejak tadi didalam mobil.

To be Better [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang