Ketiganya duduk di kursi yang ada di sana. Tangan mereka masing-masing membalik piring yang masih tengkurap di atas meja makan.
Inar mengambil nasi dan sayur untuk dirinya sendiri. Lalu ia mengambil piring putrinya yang masih kosong dengan nasi dan lauk pauk kesukaan Morin.
"Tante ambilin ya," tawar Inar kepada Titan yang piringnya juga masih terlihat kosong.
"Nggak usah, Tante. Biar saya ambil sendiri aja," balas Titan lalu mengambil makanan untuk mengisi piringnya.
Semua orang yang ada di sana memakan makanannya kecuali Morin yang sedaritadi memang tak nafsu untuk makan. Ia hanya memandangi makanan yang sebelumnya sudah diambilkan oleh ibundanya.
"Morin! Dimakan! Jangan hanya diliatin!" lirih Inar.
"Iya," singkat Morin malas.
Lalu Morin menyendok makanannya dengan malas.
"Makasih, Tante. Titan pulang dulu," ucap Titan setelah menghabiskan makanan.
Tiba-tiba Morin berdiri dan langsung lari menuju kamarnya tanpa menghabiskan makananya.
"Morin!" pekik Inar yg melangkah hendak ke kamarMorin, namun Titan menahan tangannya.
"Biar saya aja, Tante."
Mendengar Titan mengucapkan kalimat tersebut, Inar pun mengangguk setuju. Ia kembali ke meja makan untuk membersihkan piring kotor yang masih ada diatas meja.
Sedangkan Titan berlajalan menuju kamar Morin yang berada di lantai atas.
****
Morin menutup keras pintunya. Ia mengambil sepasang sarung tinju yang berada tak jauh dari ranjangnya."Menyebalkan! Kenapa semua orang menganggap gue lemah! Gue bukan anak manja! Ih!" ketus Morin sambil memukul-mukul tembok kamarnya sendiri.
Tok..tok tok
Tiba-tiba suara pintu Morin diketuk berkali-kali. Ia pun menghentikan aktivitas tinjunya tersebut.
'Itu pasti Bunda. Biarin aja deh!' kata Morin dalam hati.
"Morin?" seseorang memanggil Morin dari luar kamarnya.
"Lho suara bunda kok jadi kayak laki sih," ucap Morin.
Morin penasaran dengan seseorang yang mengetuk pintunya itu. Akhirnya ia pun segera melepas sarung tinjunya dan berjalan membukakan pintu.
Cklek..
"Titan!"
Wajahnya terkejut saat ia mengetahui bahwa Titan telah berdiri depannya dengan wajah smirknya."Masuk!"
Morin membalikan badan agar Titan bisa ikut masuk."Lo suka boxing?" tanya Titan seketika melihat sarung tinju dibawa Morin.
"Ya seperti itulah."
Morin melempar sarung tinjunya ke lantai lalu duduk di sofa kecil yang cukup panjang. Titan yang semula berdiri pun ikut duduk disamping Morin."Kenapa lo nggak ke pesta?" tanya Morin.
"Gua udah bosen. Tiap weekend ada pesta di rumah temen-temen gua."
"Asik dong."
"Nggak juga."
"Daripada gue. Udah lama gue nggak pernah ke acara pesta."
"Kalo gitu gua bakal ngadain acara pesta setelah kelulusan nanti. Dan lo harus dateng."
"Beneran?"
KAMU SEDANG MEMBACA
To be Better [END]
RomancePada awalnya Morin tak ingin melakukan hal yang sejatinya dibenci oleh semua orang namun, mau bagaimana lagi. Sesuatu telah membuatnya tertekan sehingga pilihan satu-satunya untuk bersenang-senang adalah dengan mengikuti jejak Lando, sang kakak yang...