17. Pertamakali

710 52 1
                                        

Angin berhembus agak kencang hari ini dan awan hitam mulai tampak terus menghitam.

"Betzer! Betzer!" Morin memanggil penjaga di depan pintu gerbang ponpes namun tampaknya penjaga itu tidak merasa dipanggil.

"Oh iya. Gue lupa ini kan bukan lingkungan gue. Mana mungkin penjaga itu mengerti." Pikir Morin.

"Pak! Pak penjaga!" Panggil Morin sambil melambaikan tangan.

Akhirnya penjaga itu pun membukakan pintu gerbang dengan segera.

"Adik ini santriwati baru yang datang dari Jakarta kan?..Hmmm hhh..hh" Tanya penjaga itu sambil tertawa.

"Iya emang napa? Kok lu ketawa sih.?" Tanya Morin heran.

"Hhhhhh...tidak apa-apa. Silakan masuk adik sudah ditunggu sama Hajah Maryam di kantor." Jelas penjaga itu.

"Ok." Singkat Morin yang maen nyelonong aja ke dalam lingkungan ponpes. Ia pergi entah kemana arahnya sambil menyeret kopernya.

"Wow ternyata besar juga ponpes ini." Guman Morin.

"Hhhhhh...hhh..."
Tiba-tiba ada seseorang tertawa dari arah samping Morin.

Morin segera menoleh ke arah suara tawa itu.

"Hhhhh...lucu banget!"

"Hhahahhahh.."

Saat Morin menolehkan wajahnya dua orang yang berada di samping seseorang yang tertawa pelan tadi ikut tertawa, justru kali ini malah semakin terbahak-bahak.

"Apaan! Masih lucu yang aslinya." Balas Morin yang teringat akan kata-kata Lando.

"Apa yang kamu maksud aslinya itu ini?" Tanya tiba-tiba seseorang yang tertawa pelan tadi sambil menggendong seekor kucing putih yang tak sengaja melewatinya.

"Ha! Bener banget tuh, Lif!" Sahut salah satu dari kedua orang tadi.

"Kok kucing?" Tanya balik Morin yang heran kenapa harus kucing.

Segera Morin mengambil handphon yang ada dalam sakunya dan berkaca.

"Aaaa hahahha..hahahh..." Morin tertawa sendiri saat melihat pantulan dari cermin yang tampak wajah dengan coretan tinta seperti kucing dengan lingkaran besar dibagian pipi.

"Eehh tunggu.. tunggu. WAJAH GUE!!!!" Teriak Morin saat baru sadar kalau itu adalah wajahnya sendiri.

"Eh dia baru nyadar.." kata orang yang tadi.

"Haaa.." Morin menggerutu sambil menutupi wajahnya.

"Sudah. Sebaiknya kamu, Kelvin, daripada nertawain orang terus. Cepat pergi ke pasar sana!" Suruh seseorang yang daritadi diam.

"Sama Alif kan, Ham?" Tanya Kelvin mencari teman.

"Maaf Kelvin tapi saat ini rasanya aku lagi males." Tolak Alif.

"Ham! Ilham." Panggil Kelvin kearah Ilham dengan wajah memelas.

"Maaf. Kali ini kamu harus ajak yang lainya dulu." Jelas Ilham tersenyum.

"Baiklah. Aku pergi dulu! Assalamualaikum." Pamit Kelvin yang lalu pergi mencari teman sebelum akhirnya pergi ke pasar.

"Hem!" Morin berdehem dengan wajah yang masih ditutupi.

"Oh iya. Maaf. Sebaiknya kamu bersihkan muka kamu dulu, sana!" Seru Alif dengan suara agak lembut.

"Gue nggak tahu jalan ke toilet." Balas singkat Morin.

"Kalau begitu mari kita antar." Tawar Ilham.

"Ok. Tapi lu berdua jangan kertawain gue!" Suruh Morin dan membuka tangan yang menutupi wajahnya.

To be Better [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang