6. Sang Malaikat

916 65 0
                                        

Tanpa berpikir panjang sekaligus penasaran terhadap siapa lelaki yang telah menyelamatkannya dari waria. Gadis itu langsung memeluk erat lelaki tersebut.

"Udah dia udah pergi kok," lelaki itu membalas pelukan Morin seraya menenangkannya.

Kritik..kritik..

Tiba-tiba butiran air hujan turun menjatuhi keduanya, membuat Morin melepaskan pelukan itu lalu menatap wajah lelaki yang telah menyelamatkanya beberapa menit yang lalu.

"Lo! Anak baru di sekolah yang tadi siang kan?!"
Morin terkejut mengetahui bahwa yang menolongnya barusan adalah seseorang yang baru saja ia temui waktu akan pulang sekolah.

"Iya. Kenalin,nama gua Titan!" ucap Titan seraya berdiri dan memberikan telapak tangannya kearah Morin yang masih terduduk.

"Gue Morin," ucap Morin seraya mengambil tangan Titan dan berdiri.

Karena hujan semakin deras, Titan membuka jaketnya lalu mengenakannya seperti halnya payung.

"Ayo kita pergi dari sini," ajak Titan yg sudah memayungi Morin dengan jaketnya itu.

Morin merasa tersipu dengan apa yg telah dilakukan Titan kepadanya. Morin menganggukkan kepala, lalu berjalan bersama Titan dibawah payung jaket.

'Oooh dia tak hanya tampan tapi juga baik sekali, romantis lagi. Duuh..gue bisa jatuh hati nih,' batin Morin sambil menatap wajah Titan yang sedang berjalan bersamanya.

Karena hujan semakin deras diikuti angin yang bertiup kencang, keduanya berhenti di depan kafe untuk berteduh.

"Bagaimana bisa lo dikejar bencong kayak tadi," tanya Titan agak menahan tawa.

"Tadi gue nggak sengaja nyeburin batu disamping bencong itu. Eh tau-tau dia ikutan basah."

"Hahaha lo tuh troublemaker tapi anehnya lo kok takut ama bencong sih."

"Gue jijiklah. Mending dikejar pocong daripada dikejar bencong."

"Oh yes."

"Lo pindahan dari SMA mana? Gue nggak pernah liat lo ada di sekitar sini?"

"Gue pindahan dari Amerika. Yah itu juga karena bokap gue ada urusan bisnis disini."

"Oh..terus,kok lo bisa lancar bahasa Indonesia sih?"

"Dulunya gua tinggal disini sampai lulus SMP. Terus bokap gua pindah ke Amerika."

Morin hanya ber'oh ria.

"Hujanya makin deras nih. Lo mau ke rumah gua dulu nggak? Rumah gua deket dari sini," tawar Titan.

"Makasih. Gue pulang naik taksi aja," singkat Morin sambil tersenyum.

"Tapi, sepertinya nggak akan ada taksi yang bakal lewat."

"Gue yakin nanti juga bakalan ada yang taksi lewat kok. Sebaiknya lo pulang aja, soalnya nanti malah bokap lo khawatir."

"Oke, gue bakal pulang. Tapi, lo bakal baik-baik aja kan?"

"Iya."

"Jangan nangis lagi 'ya! Gue pulang dulu," ucap Titan sambil mengusap pipi Morin.
Sedangkan Morin hanya bisa menatap Titan yang sedang tersenyum di depannya. Ia tak tahu harus membalas apa, karena sekarang rasanya mulutnya tak bisa berkata apa-apa sedangkan jantungnya berdegup semakin kencang.

"Da, Morin!"
Titan tersenyum dan melambaikan tangannya. Morin pun hanya tersenyum kecil dan melambaikan tangannya sampai akhirnya punggung Titan sudah tak terlihat lagi.

To be Better [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang