Morin melihat lantai sekilingnya dan ternyata ia baru sadar bahwa lantainya kotor karena baju yang ia pakai juga kotor.
"Emm..Maaf ya. Lantainya jadi kotor karena gue." Ucap Morin sambil pasang wajah melas agar ia tidak disuruh mengepel lantai masjid.
"Iya. Tidak apa-apa kali ini aku maafkan. Tapi lainkali kalau mau masuk masjid pastikan pakaianmu bersih." Kata Kelvin menasehati Morin yang tengah berdiri dihadapanya.
"Assalamu'alaikum!" Tiba-tiba seseorang datang mengagetkan keduanya.
Sontak saja Morin dan Kelvin menoleh bersamaan.
"Waalaikumsalam, Alif." Balas Kelvin.
"Iya. Waalaikumsalam." Sahut Morin agak terlambat.
"Emm Kelvin kamu lihat peci Ilham yang ketinggalan di dalam masjid nggak?" Tanya Alif tanpa basa-basi karena ia tahu kalau peci itu akan dikenakan Ilham untuk sholat.
"Iya. Tadi aku lihat terus aku taruh diatas rak ." Jawab Kelvin yang teringat bahwa saat ia bersih-bersih ia melihat sebuah peci yang sudah familiar di ingatanya. Lalu ia menaruhnya diatas rak tempat Al-Quran dan juga mukena, sebelum akhirnya ia kembali membersihkan masjid.
"Bisa tolong ambilin nggak? Soalnya aku mau masuk takut nanti mengotori masjid." Pinta Alif.
"Iya. Tunggu sebentar ya." Sanggup Kelvin, lalu masuk kedalam masjid untuk mengambil peci Ilham yang tertinggal.
****
"Morin! Kamu ngapain disini? Berdiri dengan baju basah dan mengotori lantai seperti itu?" Tanya Alif sambil melihat lantai sekeliling tempat Morin berdiri kotor karena air hujan yang menetes dari baju Morin."Iya. Maaf aku tau kok." Balas Morin dingin.
"Terus kenapa masih berdiri disini? Kamu nggak tersesat kan?" Tanya Alif menebak alasan Morin berada di masjid ini.
"Hmm,.. sebenarnya gue tersesat sih." Jawab Morin dengan muka murung.
"Kamu tersesat?! Kenapa nggak bilang daritadi?" Sahut Kelvin yang baru saja keluar dari dalam masjid membawa peci ditanganya.
"Iya. Tadi gue mau bilang tapi lo terus ngungkit kesalahan gue." Balas Morin dingin.
"Ya udah sekarang aku anterin kamu ya? Kemana?" Tawar Kelvin dengan wajah senang.
"Hm-" Morin berpikir dulu.
"Ke asrama santriwati kan? Biar aku saja yang mengantarnya, kalau kamu yang nganter takut jadi tersesat ke jalan setan. Sebaiknya kamu antar peci itu ke Ilham segera soalnya mau dipake buat sholat." Jelas Alif.
"Iya, setuju tuh biar Alif baba yang nganter gue." Morin pun menyetujui penjelasan Alif barusan.
"Ya udah deh. Hati-hati jangan kemakan omongan sendiri." Dumel Kelvin yang kemudian buru-buru mengantarkan peci Ilham.
"Ini kamu pakai saja payungnya!" Kata Alif yang menyerahkan payung kepada Morin tanpa menatap wajah Morin sedikitpun.
"Nggak usah kan gue udah basah. Percuma pake payung segala." Ucap Morin.
"Kamu pasti sudah diberitahu oleh umma kan,bagaimana cara berbicara yang sopan kepada orang lain?" Tanya Alif datar.
"Iya, maaf lagi."
"Sebaiknya kamu menghormati perkataan umma."
"Iya iya. Ayo guruan!" Ajak Morin yang sudah tidak tahan lagi diceramahi dengan orang yang seumuran dengannya.
"Yakin kamu nggak pake payung?" Tanya Alif yang masih tidak menatap Morin.
"Nggak." Singkat Morin.
KAMU SEDANG MEMBACA
To be Better [END]
RomancePada awalnya Morin tak ingin melakukan hal yang sejatinya dibenci oleh semua orang namun, mau bagaimana lagi. Sesuatu telah membuatnya tertekan sehingga pilihan satu-satunya untuk bersenang-senang adalah dengan mengikuti jejak Lando, sang kakak yang...