Morin tetaplah Morin Si Traublemaker. Walaupun dia sedang berada di ponpes yang lokasinya jauh dari rumahnya, kejahilannya tetap ada bersamanya.
Hari ini Hjh. Maryam sedang pergi menghadiri rapat antar pengurus ponpes bersama kedua putrannya yang menyebalkan bagi Morin.
Bukannya mempelajari buku panduan menjadi santri di ponpes ini. Morin justru menghabiskan waktunnya untuk membuat prank kepada semua santriwati.
Morin berjalan menuju dapur untuk mendapatkan beberapa makanan. Namun belum saja Morin masuk untuk menyelinap. Terlihat seseorang sedang masak di dapur.
'Aduh kalo gini caranya gue nggak bisa masuk dong. Gimana caranya coba, mengalihkan perhatiannya?'
Morin berfikir keras untuk menemukan cara agar ia bisa leluasa masuk kedalam dapur untuk mengambil bahan prank.Morin mengitari dapur sambil mencari ide. Tiba-tiba saja pandangan Morin tertuju pada sekumpulan ayam yang dikurung dalam kandang dibelakang dapur.
Morin mengendap-endap mengambil batu yang berada diatas kurungan tersebut dan membuka kandangnya, sehingga ayam-ayam yang ada didalamnya pun berhamburan keluar.Karena ayam-ayam itu bersuara berisik, datanglah Mira, wanita sudah agak tua yang menjadi tukang masak di ponpes ini, kini ia sedang mencoba menangkap ayam-ayam tersebut. Sedangkan Morin telah menyelinap kedalam dapur sejak mendengar suara langkah Mira.
Morin mengambil seluruh buah yang ada dalam kulkas besar. Ia melubangi masing-masing buah tersebut lalu mengisinya dengan beras yang setiap ujungnya diwarnai hitam, sehingga terlihat seperti belatung. Setelah semua buah telah terisi. Morin segera mengambil tas plastik lalu memasukan buah-buah tersebut kedalamnya.
Morin segera pergi meninggalkan dapur saat dirasa Mira sudah selesai mengurus ayam-ayam tersebut.
Mira melangkah masuk dapur dengan perasaan terheran-heran. Pertama, kenapa ayam-ayam tersebut keluar dari kandangnya. Kedua saat Mira ingin mengambil buah-buahan yang ada didalam kulkas, ia terkejut saat disadarinya buah-buahan tersebut sudah habis.
"Allahu Akbar! Ada apa dengan hari ini? Kemana hilangnya semua buah yang ada didalam sini? Aku ingat betul tadi pagi baru aku isi. "
Tanya Mira kepada dirinya sendiri. Ia menggaruk-garuk tengkuknya yang merasa seakan merinding. Namun akhirnya ia tetap melanjukan pekerjaannya, yaitu memasak makanan untuk makan malam.
****
Morin menenteng kresek yang berisi buah-buahan tadi menuju ke para santriwati yang sedang bersantai di teras asrama masing-masing."Assalamu'alaikum! Ini aku ada sedikit buah untuk kalian. Tolong diterima ya?"
Morin membagikan seluruh buah tersebut kepada masing-masing santriwati yang sedang bersantai di teras.Dengan senang hati mereka semua menerima buah pemberian Morin. Namun saat semuanya akan memakan buah tersebut.
"AAaaaa! Belatung! " Semua meneriakan hal yang sama dan langsung melemparkan buah tersebut ke tanah.
Morin hanya tertawa terbahak-bahak saat melihat kejadian tersebut. Santriwati yang tak terima akan hal itu segera mengejar Morin.
"MORIN!!! Kesini kamu!!"
Morin segera berlari saat para santriwati mengejarnya. Ia ingin memanjat pohon namun tak ada waktu, ia hanya bisa berlari entah kemana tanpa tujuan.
'Mungkin gue harus ngumpet nih. Tapi dimana?' Morin terus mencari tempat ngumpet, dimana para santriwati tersebut tidak berani menginjakan kakinya.
Lalu Morin pun memutuskan untuk menuju asrama laki-laki. Namun masih saja para santriwati tersebut terdengar mengejar Morin.
Tak disangka Morin sampai di toilet. Tanpa berpikir panjang Morin langsung memasuki sebuah ruangan disekitar asrama laki-laki tersebut untuk menghindari kejaran para santriwati.
Sesampainya di belakang pintu masuk, Morin mengintip dari lubang diatas pintu untuk memastikan bahwa para santriwati sudah tidak tampak mengejarnya lagi.'Ngomong-ngomong ini tempat apaan ya?' Pikir Morin, ia memandangi atap diatasnya. Pandangan itu tak berakhir disana, ia memutar tubuhnya untuk mengetahui lebih lanjut tempat apa yang sekarang ia tempati.
'Ha?! Kok ada washtuffel sih? Apa jangan-jangan ini toilet?' Morin tercengang saat melihat isi dari ruangan tersebut.
Kriiek
Salah satu pintu toilet tiba-tiba terbuka. Jantung Morin berdegup kencang dan menutup matanya dengan telapak tangan.
"Jangan deket gue setan.Pergiiii..ii.... Aduh harus baca apa ini... "
Morin masih menutup matanya karena takut kalau-kalau itu adalah setan. Ia mengayun-ayunkan tanganya yang sebelah untuk mengusir dugaannya tersebut."Baca basmalah. "
"Ha?! Kok setan bisa ngomong sih...apa jangan-jangan..setan santri nih.. "
"Hei! Nggak ada setan yang keluar siang-siang."
Morin membuka matanya dan ternyata itu bukanlah setan melainkan Kelvin yang kini tengah menahan tawa.
"Huft. Ternyata kamu, aku kira setan."
"Iya. Kamu ngapain bisa sampai sini? Kamu tidak sedang tersesat kan? "
"Tidak aku hanya ngumpet dari ayam." Jelas Morin seraya tersenyum manis. Sedangkan Kelvin hanya ber'oh ria.
"Aku balik dulu ya? Hehe." Morin bergegas keluar dari toilet dengan tawa garingnya.
Karena dirasa suasana diluar masih belum aman.
Morin mencari cara agar tidak ketahuan saat dia berjalan keluar dari asrama ini.Lalu dilihatnya ada beberapa pakaian santri yang sedang dijemur di halaman. Morin pun mengambil dua sarung dan sebuah peci yang ada disana tanpa permisi, ia memakai peci dan memakai sarung tersebut. Satu sarung ia kenakan untuk bawahan dan satunya lagi ia kenakan untuk menutupi kepala.
Ia berjalan keluar dari asrama laki-laki tanpa diketahui oleh siapapun.
Morin menuju asramanya sendiri, namun saat baru sampai di depan batas asrama seseorang menegurnya."Eh! Kamu mau kemana?" Seorang santriwati yang sangat Morin kenal baru saja menegurnya dari belakang.
"Ya..Mau balik lah." Morin lupa bahwa saat ini ia dalam penyamaran. Ia pun segera mengubah suaranya sebelum Lulu mendekatinya.
"Hem! Maksudku aku mau balik."
"Tapi arah kamu salah. Asrama santri ada disebelah sana!"
"Oh iya. Aku tahu. Aku sekarang harus ke kantor. Soalnya tadi ada panggilan dari guru."
"Oh begitu. Yasudah, aku pergi dulu ya? Assalamualaikum?"
"Waalaikumsalam."
Tanpa rasa curiga Lulu berlalu begitu saja meninggalkan Morin yang masih gemetaran menutupi samarannya tersebut."Huft. Untung saja Lulu nggak sepintar Alif."
Morin menghela nafas lega saat Lulu sudah tak terlihat.
Ia pun melanjutkan perjalanannya untuk mencari tempat yang damai untuk beristirahat.****
Sedaritadi Morin terus berjalan mencari tempat yang ia ingingkan. Lalu tiba-tiba saja ia melihat ada rumah yang berada tak jauh dibelakang kantor.Karena dilihat rumah itu sepi. Akhirnya Morin menyusup kedalamnya dengan memanjat pagar besi. Bagi Morin itu adalah hal yang mudah untuk dilakukan.
Dengan sekejap saja Morin berhasil menyelinap masuk ke halaman rumah tersebut.
Kini Morin tinggal cari jalan untuk masuk kedalam rumah. Selama Morin mencari pintu masuk, ia melihat ada jendela yang terbuka, namun jaraknya dari tanah agak jauh.
Tapi bukan Morin namanya kalau tidak bisa mencari ide. Ia mengambil batu bata yang ada disana dan menyusunnya hingga akhirnya dengan sedikit usaha, Morin sampai didalam rumah.
______________ Bersambung
Please VOMENT Gays!!
"Terimakasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
To be Better [END]
RomancePada awalnya Morin tak ingin melakukan hal yang sejatinya dibenci oleh semua orang namun, mau bagaimana lagi. Sesuatu telah membuatnya tertekan sehingga pilihan satu-satunya untuk bersenang-senang adalah dengan mengikuti jejak Lando, sang kakak yang...