8. Karenanya

881 63 0
                                    

Setelah beberapa jam pelajaran berlalu dengan rasa bosan karena gurunya Ritman yang mengajar kesusastraan.

"Rin! Shut!" panggil Ketty pelan sambil menekan Morin yang sedang tidur pulas, dengan penggarisnya.

"Aaa... apaan sih?" Morin pun terbangun sambil menguap.

"Liat tuh jam," bisik Ketty.

"Hhmm ... iya ntar..." balas Morin kembali tertidur.
Seharian ini Morin memang tertidur selama pelajaran, karena dirasa kepalanya pusing.

Tet..tet..tet..

Ahirnya bel pulang sekolah pun berdering. Ritman pun memberi salam kepada semua muridnya di kelas. Setelah itu semua siswa berhamburan untuk pulang.

Semua murid keluar kelas kecuali Ketty dan Loli. Keduanya ingin segera pulang seperti yang lainnya, tapi satu sahabatnya belum juga bangun.

"Morin!!!! Bangun!!" ucap Ketty sambil menggoyangkan badan Morin yang masih tertidur.

"Bangun, Rin. Ayo pulang!" sahut Loli.

"Ohh pulang... APA! Udah pulang!" pekik Morin saat bangun dari tidurnya. Ia terkejut, karena seharusnya sudah pulang daritadi sebelum semuannya pulang. Morin membereskan bukunya yang masih berantakan diatas meja lalu memasukannya kedalam tas.

"Muka lo daritadi kok pucat. Lo sakit?" tanya Loli khawatir.

"Nggak kok. Oh iya kalian pulang dulu aja. Aku mau cuci muka sebentar 'ya."

"Tapi lo pulang ama siapa? Kakak lo kan udah pulang daritadi," sahut Ketty.

"Udahlah gampang!"

"Oke. Kita pulang duluan yah!" pamit Ketty dan Loli. Lalu pergi meninggalkan Morin yang masih membereskan mejanya.

Setelah Ketty dan Loli sudah tak terlihat lagi, Morin beranjak dari bangkunya lalu pergi menuju toilet.

****
Tampak dua orang yang memang dari awal mempunyai niat untuk menunggu Morin keluar dari kelasnya. Keduanya bersandar di pintu toilet sambil menyilangkan tangan.

"Eh lo! Trouble maker sister!" kejut Cessa dengan tiba-tiba saat Morin berada didepannya.

Morin tak menghiraukannya dan terus melangkahkan kaki menuju wastafel.

"Berani-beraninya lo kemarin ngerjain kita!" ketus Mega, sambil menahan tangan Morin yg sedang melangkah.

"Hehehe... Ya itu biar kalian sadar. Bagaimana rasanya dikerjain," balas Morin dingin seraya membalikan badan dan mengayunkan tangan Mega.

"Beraninya ya lo!" Cessa menampar pipi Morin sekeras-kerasnya hingga menimbulkan memar di pipi Morin.

"Aduh!" mata Morin berkaca-kaca menahan sakitnya tamparan Cessa. Morin hanya mengelus pipinya pelan.

"Jadi lo nantang gue? Oke gue ladenin lo! Ayo," sambung Morin.

Kemudian Morin menampar pipi Cessa lebih keras dari tamparan Cessa sebelumnya. Cessa merasa tidak terima. Ia segera menginjak kaki Morin dan mengarahkan pukulanya ke pipi Morin,namun Morin berhasil menangkis serangan Cessa berkali-kali.

Mega yang berada di belakang Morin geram. Ia  langsung menarik keras rambut Morin yang kebetulan terurai.

"Aaaa!" pekik Morin.

Cessa segera memutar kedua tangan Morin kebelakang sehingga Morin tak bisa berbuat apa-apa karena badanya yang juga terasa semakin lemah.

"Mega! Ambil tali di dalam tas gue. Cepet!" suruh Cessa kepada Mega.

To be Better [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang