22. Dingin

638 37 0
                                        

Di ponpes seluruh santri makan bersama di sebuah ruangan yang sangat lebar dan hanya berbatas satir panjang.

Saat setelah semua santri selesai makan. Datanglah Hjh. Maryam, matanya memandang ke seluruh santri yang duduk disana, seakan-akan matanya tengah mencari seseorang.

"Nisa." panggil Hjh.Maryam saat sisadarinya seseorang yang ia cari tidak disana.

"Iya, Umma."

"Bukankah Morin sekamar dengan kamu?"

"Benar."

"Lalu kenapa dia tidak ikut kesini denganmu?"

"Maafkan saya, Umma. Tadi ada masalah yang membuat Morin marah dan berlari keluar entah kemana."

"Apa? Sekarang kamu tolong cari Morin, setelah itu kamu keruangan saya."

"Baik. Assalamualaikum?"

"Waalaikumsalam."

Dengan buru-buru Nisa keluar mencari Morin yang kini entah sedang berada dimana.

Hjh. Maryam kembali ke ruangannya karena harus mengurus dokumen-dokumen penting.

*****
Setelah semua makananan diatas meja habis oleh para santri.
Semua santri berdiri dari tempat duduknya masing-masing, kecuali bagi santri yang bertugas
membersihkan piring. Dan kebetulan ini adalah tugas Alif, Ilham,dan Kelvin.

"Sonya!"
Panggil Alif mencegah Sonya melangkah keluar dari ruang makan.

Sonya refleks berhenti, ia tahu Alif pasti akan menyalahkannya soal kejadian hari ini. Seperti biasanya saat ia berbuat salah, pasti Alif-lah orang pertama yang menegurnya.

"Iya. Maaf aku salah." Sonya membalikan badan dengan segala pasrah. Ia hanya bisa menundukkan kepala.

"Apa yang kau lakukan padanya?"

"Tidak ada. Dianya aja yang baper-an" Sonya berusaha menutup mulutnya dengan kebohongan.

"Memang tidak ada, sekarang yang ada kamu gantiin aku cuci semua piring. Aku mau cari Morin dulu. Assalamualaikum?"

Alif meninggalkan Sonya yang masih terheran-heran kenapa ia harus mencuci piring. Padahal seharusnya ia sekarang beristirahat diasramanya.

"Hei nenek sihir kau dengar? Kau harus mencuci piring-piring ini." Ledek Kelvin sambil mengangkat tumpukan piring-piring kotor.

"Diam kau!" Bentak Sonya merasa kesal.

"Jika kalian berdua ingin bertengkar sebaiknya sana pergi ke kuburan. Disana tempatnya enak nggak ada yang bakalan nganggu." Semprot Ilham yang merasa risih dengan Sonya dan Kelvin yang saling meledek satu sama lain.

Akhirnya keduannya pun meminta maaf kemudian membantu Ilham mencuci piring-piring kotor.

*****
Alif menyusuri beberapa tempat di sekitar pondok, namun belum menemukan kepala Morin.

Tiba-tiba ia teringat tentang tempat yang tenang,rindang, dan tentunya disana ada makhluk lain yang menjadi pendengar yang baik untuk curhat.
Alif berlari menuju kolam ikan yang berada di belakang kantor.

****
Masih dengan keadaan dan fikiran yang sama. Morin menatap kolam didepannya dengan tatapan kosong.

"Hem!"

Suara seseorang berdehem di belakang Morin membuatnya menoleh ke belakang. Tak disangka itu adalah Alif, yang telah bersandar pada batang pohon dibelakannya.

"Ternyata seorang traublemaker juga bisa merasakan sedih juga ya?" Gurau Alif tersenyum sambil menatap birunya langit.

"Bagaimanapun mereka juga punya hati dan persaan. Mereka juga bisa merasa bahagia dan merasa bersedih saat kehilangan."

To be Better [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang