Setelah minumanya selesai dibuat, kemudian segera disajikan kepada para tamu.
"Kalo nggak salah Pak Diman ini kepala sekolah yang baru kan?" Tebak Inar yang duduk dikursi depan Diman.
"Benar, Bu." Balas Diman.
"Lalu ada perlu apa anda datang kesini?" Tanya Aldo.
"Jadi begini. Saya mendapat keluhan dari beberapa pengawas yang mengawasi kelas Lando dan Morin." Kata Diman.
"Ada apa dengan mereka berdua, Pak?" Tanya Inar setelah mendengar nama kedua anaknya disebut.
"Biar wali kelas mereka berdua yang menjelaskannya. Silakan Bu Siska dan Pak Ritman." Kata Diman.
"Begini, Bu. Lando selalu browsing di internet saat ujian berlangsung dan saat pelajaran ia selalu membuat kegaduhan. Setiap saya menghukumnya, dia tidak mengerjakannya tapi malah membolos." Jelas Siska selaku wali kelas Lando.
"Morin juga begitu. Ia membawa contekan di lacinya saat ujian berlangsung. Dia juga sering membolos dengan bermacam-macam ijin agar ia bisa keluar dari dalam kelas." Jelas Ritman.
"Bagaimana bisa? Setiap malam mereka belajar dikamar. Dan membolos? Saya tidak tahu karena saya masih bekerja di butik." Kata Inar.
"Sabar, Nar." Ucap Sara yang berada disampingnya. Inar hanya mengangguk pelan.
"Tapi kenapa sekarang baru ada keluhan?" Tanya Aldo.
"Kami takut kalo mereka berdua akan membuat perhitungan seperti yang dilakukanya kepada Bu Ratna, Pak." Jelas Diman.
"Bu Ratna? Kepala sekolah yang dulu pernah saya pecat gara-gara mencemarkan nama baik sekolah?"
"Benar, Pak. Sebenarnya Morin dan Lando yang membuat issue seperti itu, Pak."
"Nggak mungkin! Itu semua pasti nggak bener. Anak saya nggak mungkin berani berbuat seperti itu, Pak." Sahut Inar mulai tidak terima.
"Kalo ibu tidak percaya saya ada buktinya." Kata Diman sambil membuka gajednya dan mencari sebuah rekaman.
"Ini adalah rekaman pengakuan mereka berdua. Saya dan guru-guru lainya tak tahu lagi bagaimana cara membuat keduanya berhenti menjadi troublemaker. Jadi waktu itu kami mengundang mereka ke kantor karena mereka berkelahi. Dan kami berniat untuk merekam pengakuan dari mereka sendiri." Sambung Diman.
Lalu rekaman itu dimulai...
"SETOP!! Hentikan. Kalian bertiga bapak skors.!"
"Oh ya. Silakan kalo bapak mau jadi tukang kebun."
"Kakak apaan sih! Jangan lakukan itu lagi, Kak!"
"Lakukan apa?"
"Nggak usah sok polos deh, Pak"
"Apa Bapak udah pikun. Kalo yg membuat Bu Ratna dipecat itu kita."
"Ranu juga?"
"Nggaklah, Pak. Orang dia anak polos mana berani berbuat begituan."Rekaman itu selesai. Inar yang mendengar hal tersebut memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sesak dan langsung pingsan.
"Inar!"
"Ibu!"Semua yang ada disana seketika itu berdiri, kaget saat Inar tiba-tiba pingsan.
"Ayo kita segera bawa ke rumah sakit." Kata Sara.
Lalu Aldo dan Sara segera membawa Inar menuju rumah sakit. Sedangkan Diman, Ritman dan Siska mengikuti mobil mereka dari belakang.
****
Setelah sampai di rumah sakit, Inar langsung ditangani dokter. Dan Aldo pun segera menelfon Andi.
"Assalamualaikum, Andi." Ucap Aldo saat Andi menerima telfon darinya.
"Waalaikumsalam, Mas Aldo?!" Ucap Andi.
"Kamu ada dimana sekarang?"
"Aku ada di perempatan jalan mau pulang ke rumah. Ada apa ya?"
"Inar ada di rumah sakit sekarang. Kamu segera kesini ya."
"Iya iya. Saya putar balik sekarang."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."

KAMU SEDANG MEMBACA
To be Better [END]
RomancePada awalnya Morin tak ingin melakukan hal yang sejatinya dibenci oleh semua orang namun, mau bagaimana lagi. Sesuatu telah membuatnya tertekan sehingga pilihan satu-satunya untuk bersenang-senang adalah dengan mengikuti jejak Lando, sang kakak yang...