30. Bersatu

1.4K 62 6
                                        

Hari semakin sore, dan hujan pun mulai reda. Semua karyawan di butik, kini sedang menunggu waktunya pulang.

"Selamat datang di butik kami. Apa ada yang bisa saya bantu, Nyonya?"

Salah satu karyawan menyambut kedatangan pelanggan yang terlihat seperti sepasang kekasih.

"Santi, biar saya aja yang melayani dia ya? Kamu layani yang lainnya saja."
Pinta Morin kepada karyawan itu.

"Baik, Mbak."

Kali ini, Morin ingin melayani pelanggannya yang satu ini karena ia merasa tak asing dengannya.

"Ada yang bisa saya bantu, Nayonya?" Ucap Morin kepada keduanya.

"Morin!" Panggil pasangan wanita itu kepadanya dengan nada terkejut.

"Titan? Apa ini kamu?"

"Iya. Morin, sekarang jadi pakai jilbab?"

"Iya. Bagaimana kabarmu?"

"Baik. Dan perkenalkan ini calon istriku, namanya Junita."

"Senang bertemu denganmu." Ucap Junita.

"Iya. Kalian mau cari gaun pengantin ya?"

"Benar. Kami akan menikah dua hari lagi. Dan kami harap kamu bisa datang ya." Ucap Junita dengan tersenyum kemudian mengambil undangan pernikahan lalu diberikannya kepada Morin.

Morin hanya menerima undangan tersebut meski sebenarnya hatinya sedikit terluka karena janji yang dulu pernah Titan ucapkan untuk tidak meninggalkan Morin telah diingkari olehnya.

Junita dan Titan memilih gaun pengantin yang dipajang di butik itu.
Setelah beberapa menit memilih, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk membeli gaun putih yang ada didepan Morin.

"Wah! Ini gaun yang bagus. Kita beli yang ini ya, Sayang?"

"Iya, Sayang."

"Ratna!" Panggil Morin kepada salah satu karyawannya.

"Iya, Mbak."

"Kamu tolong bungkus gaun ini untuk mereka berdua ya!"

"Baik, Mbak."

Pelayanan itu menurunkan sepasang gau pengantin untuk dibungkus, Junita terlihat senang dengan pilihannya barusan. Ia mengikuti pelayan itu menuju kasir. Sedangkan Titan masih berdiri didepan Morin karena ia merasa ada hal yang harus ia katakan kepada Morin.

"Morin! Maafkan aku tidak bisa menepati janjiku."

"Ini sudah takdir dari Allah. Sebenarnya aku juga tidak bisa menjaga pintu hatiku tetap tertutup. Ada seseorang yang tanpa kusadari membukanya."

"Kalau begitu, merried with him."

"No. Dia sudah mempunyai calonnya sendiri."

Wajah Morin berubah menjadi suram saat setelah mengatakan hal tersebut.

"Sayang. Ayo kita pulang!"
Datanglah Junita yang ditangannya telah menanting dua bungkusan gaun pengantin mereka.

"Morin, kami pulang dulu ya?" Pamit Titan kepada Morin.

"Dan kami harap kamu bisa datang ke acara pernikahan kami berdua."

"Insyaallah."

"Oke."

"Hati-hati dijalan."

Titan dan Junita kini pergi meninggalkan butik. Sedangkan Morin masih berdiri mematung, kenangannya dulu muncul di dalam pikirannya.

To be Better [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang