26. Luka

628 44 0
                                    

Langit bergemuruh dan awan hitam mendominasinya, menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Morin melihat ke arah jendela, menunggu bel pulang berbunyi.

Kringgg

Akhirnya bel yang ditunggu-tunggu berbunyi. Guru mengakhiri pelajarannya dan semua murid berhamburan keluar kelas menuju gerbang sekolah untuk pulang.

Morin menghela nafas karena pelajaran hari ini telah berakhir.

"Morin! Kamu dipanggil kepala sekolah."
Tiba-tiba saja seorang murid yang sekelas dengannya menghadang Morin ketika ia akan keluar kelas.

"Oke." Singkat Morin. Kemudian ia segera menemui kepala sekolah di kantornya.

"Morin! Kita tunggu di halte ya?!" Ucap Kelvin sebelum Morin pergi.

"Kalian pulang aja dulu."

"Tidak bisa. Kita harus pulang bareng. Kalau tidak nanti Umma akan marah." Sela Sonya datar.

"Terserah." Balas Morin yang tak kalah datarnya dengan Sonya. Morin pun meninggalkan ketiganya dan menuju kantor.

*****
Semua mata beberapa guru yang masih ada disana menatap Morin dengan tatapan iba.
Morin mengerutkan dahinya, penasaran apa maksud tatapan mereka. Ia segera menemui kepala sekolah, berharap mendapat jawaban.

"Assalamualaikum, Pak?" Ucap Morin setelah mengetuk pintu dan masuk kedalam ruangan.

"Waalaikumsalam." Jawab kepala sekolah itu dengan nada tidak biasa, lebih tepatnya iba.

"Ada apa anda memanggil saya, Pak?"

"Morin kamu yang sabar ya..."

"Maksudnya? Kenapa?" Tanya Morin yang sekarang lebih penasaran dari sebelumnya.

Kepala sekolah itu mengelus janggutnya seakan-akan ia berat untuk mengatakan sesuatu kepada Morin.

"Morin. Orangtuamu mengalami kecelakaan."

Telinga Morin seketika itu tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Matanya berkaca-kaca.

"Tidak mungkin!!!" Teriak Morin keras dan langsung berlari meninggalkan kantor tersebut.Ia berlari menuju gerbang bersamaan dengan turunnya hujan.

Buk

Karena tidak memperhatikan jalan, Morin terjatuh, tangannya tergores batu kerikil hingga membuatnya berdarah.

"Morin tunggu!! Nanti Umma akan menjemputmu! Jangan pergi dulu!"
Teriak kepala sekolah itu dari arah kantor. Ia berniat untuk menyusul Morin dengan payung.

Morin melepas sepatunya dan segera kembali berlari walaupun tak sekencang sebelumnya. Ia susah payah berlari menuju halte.

Disana ada Alif, Sonya, dan Kelvin yang sejak tadi menunggunya.

"Morin kau kenapa?!" Tanya Sonya dan Kelvin saat melihat penampilan Morin yang kacau ditengah hujan.

"Morin tunggu! Kamu mau kemana?" Teriak kepala sekolah yang datang dari arah belakang.

Tanpa memperdulikan pertanyaan keduanya serta karena kepala sekolah akan menghentikannya. Morin segera melangkahkan kakinya kedalam bus yang kebetulan berhenti didepannya. Alif tau bahwa bus itu akan menuju Jakarta. Ia langsung menggandeng tangan Kelvin, lalu mengikuti Morin kedalam bus.

****
Saat sampai didalam bus dan memberitahu tujuannya kepada pak sopir. Morin mengambil tempat duduk diujung paling belakang.

Morin menaruh sepatunya di bawah, lalu memeluk dirinya sendiri.

To be Better [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang