"Terima kasih atas segalanya, Seo." seorang gadis yang menatapnya dengan binar semangat yang terpancar jelas di mata keemasannya.
Seo hanya terdiam dengan tangan yang menjulur ke depan dengan tatapan pias, karena hanya dapat melihat punggung mungil gadis itu berlari menjauhinya.
Seo dapat merasakan pipinya menghangat dan rasa geli karena anak sungai yang mengalir dari sudut matanya.
Selamanya, gadis dengan mata emas itu tak bisa ia raih.
"Akhh!!" Seo langsung mencapai posisi duduk dari posisi tidurnya di sofanya. Matanya terbelak lebar, guratan nadi di sepanjang leher kokohnya mencuat. Keringat dingin yang tak henti-hentinya mengalir dari dahi mulusnya. Napas yang terasa satu-satu membuat dadanya kembali merasakan sakit yang luar biasa.
Seo hanya tersenyum pias, kedua tangannya yang masih terbalut sapu tangan hitam itu, menyugar rambutnya yang terasa basah. "Kau benar-benar tak bisa absen dari pikiranku." gumamnya.
Mimpi itulah, yang selalu menjadi teman tidur Seo di setiap tiga tahunnya ini. Tak pernah mimpi itu meninggalkannya barang sedetikpun. Bahkan Seo hanya diam tanpa melakukan apapun membuat bayangan itu semakin gencar mengincar otak dan hatinya.
Seolah menghukum Seo dari perbuatannya dari masa lalu.
Seo hanya tertawa rendah. Ia pantas mendapatkan itu semua. Seo meraih oksigen dengan rakus dan dadanya naik turun karena mengatur laju napasnya yang tak selaras. Kini Seo akan menjalankan hari yang kesekian dengan lukanya yang menyertainya.
Seo mengunci pintu rumahnya setelah melaksanakan rutinitasnya di pagi hari. Seo melangkah memasuki sedan miliknya, mobilnya kini berjalan dan membelah jalanan perumahannya yang sepi. Karena ia masih memiliki sekitar satu jam dari kehadirannya di kantor, ia memilih untuk berputar-putar di sekitar perumahannya.
Jika diingat kembali, Seo menginjakkan kakinya di Texas, ia tak pernah melakukan hal santai seperti ini. Ia mencari segala kesibukan dengan merintis karirnya dengan keras hingga membuatnya meraih posisi Kepala Inspektur.
Seo meneliti lingkungan sekitarnya dengan perlahan dan setiap jajaran rumah yang ia lewati. Kian makin ke dalam wilayah perumahannya, semakin elite rumah yang ditinggali.
Seo melihat ujung dari jalan perumahan yang ia lewati kini. Sebuah rumah dengan bergaya victoria era enam puluhan terpampang nyata di depannya. Rumah yang mayoritas berwarna pale yellow itu menghiasi dinding bata yang menjadi pondasi utama rumah tersebut.
Entah kenapa mata Seo tak bisa lepas dari rumah besar tersebut. Seolah ada sesuatu yang menariknya ke dalam dan menjelajahi bagaimana dalamnya dan siapa yang tinggal di rumah tersebut.
Seo menggedikkan bahunya acuh dan menginjak gasnya memutari jalan dan meninggalkan rumah victoria tersebut.
Belum Seo meninggalkan rumah tersebut, Seo mendengar sayup-sayup barang pecah di dalam rumah tersebut. Seo mengembalikkan pandangannya beserta laju mobilnya terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salvager ( END )
RomanceTampan, sukses, dan genius dari Asia, itulah sebutan pemilik nama Hyun In Seo. Pria dengan darah asli negara Korea itu merintis kesuksesannya di dunia kepolisian Texas. Hanya dengan kurun waktu yang singkat, ia dapat menduduki posisi tertinggi di s...