.
.
.
"Se... sedikit lagi."
Rambut berwarna pie apel itu tergerai indah saat tubuh mungilnya menunduk untuk menggapai sebuah benda di kolong meja dengan tangan kecilnya. Jemari pendeknya menjulur dengan sekuat yang bisa ia raih. Raut wajah senang dan mata berbinar-binar itu langsung muncul setelah ia meraih benda yang ia perjuangkan.
"Aku mendapatkannya!" ucapnya dengan nada riang.
"Ivy?"
Suara lembut itu muncul dari dapur dan menampakkan sosoknya yang anggun yang baru saja menyelesaikan membuat camilan untuk musim panas yang sebentar lagi menyambut. Aroma jagung dan karamel memenuhi seluruh ruangan. Bahkan ada jejak karamel yang menempel di rambut pirang Dove. Dove tidak sabar akan menyantap beaver nuggets yang baru saja ia buat. Sepertinya ia sudah benar-benar menjadi orang Texas sejati, bahkan perutnya.
Sosoknya yang sangat mirip dengan gadis mungil yang tengah menggenggam benda melengkung dengan pita berwarna coklat tua itu tersenyum dengan lebarnya.
"Apa yang kau lakukan?" Dove mendekat ke putrinya yang kini duduk bersimpuh di tempat yang sama.
"Aku mengambil ini!" balas Ivy, gadis berambut warna pie pucat itu dengan wajah berseri-seri.
Dove terkekeh lembut. Dengan gerakan tanpa suara, Dove meraih bandana milik Ivy dan memasangkannya dengan lembut di kepala Ivy.
Hyun Hievy Hawkins. Gadis periang dan parasnya yang seperti boneka. Ivy memiliki warna rambut sama seperti Dove namun lebih tua seperti pie apel. Bila dipikir kembali, Dove mengingat kata yang pernah suaminya ucapkan. Suaminya mengatakan bahwa setiap manusia dapat dibaratkan sebuah buah. Baik itu aura, aroma alami tubuh dan bahkan penampilan. Dan Dove bisa langsung mengibaratkan sebuah apel seketika melihat putrinya lahir bahkan hingga di usianya saat ini.
"Kan, bisa, minta tolong mama. Apa tanganmu tidak sakit?" Dove meraba lembut kedua lengan Ivy yang seputih susu dan selembut kapas.
Ivy menggeleng penuh energi hingga rambutnya terkibas, "Aku ingin mengambilnya sendiri, karena bandana dari papa sangat Ivy sukai!"
Dan hampir lupa, Ivy sangat mengagumi sosok ayahnya. Ketika suaminya pulang dari bertugasnya, Ivy menempel bahkan sampai satu hari penuh tanpa ingin terpisah.
Dove hanya menggeleng gemas. Tak lama Dove merasakan hentakan sepatu ringan walau posisi pencipta hentakan itu masih berada di luar pintu. Tapi Ivy langsung merespon hadirnya aura dan juga kehadiran sosok yang ia cintainya itu dengan berdiri dan berlari.
"Papa!"
Ivy menerjang tubuh kokoh di depannya dengan kuat dan hampir meratakan hidungnya yang kecil di dada pria matang tersebut. Namun pemilik tubuh itu langsung mengangkat tubuh ringan Ivy dengan mudah dan dipeluknya sayang.
"Hello, my little sweetie pie." Suara bass dan serak Seo membuat Ivy tertawa. Seo masih terbalut oleh seragam resmi khas petinggi kepolisian Texas, lencana kebanggan terhias di sepanjang mata memandang dan atribut topi yang Dove tadi pagi buta siapkan untuk Seo sudah terhempas tepat di sofa tunggal tak jauh darinya berdiri.
"Oh, kau memakainya selalu?" Seo terkekeh hingga kedua matanya menyipit. Kedua mata Seo tertuju pada bandana Ivy yang sedikit miring karena pergerakan Ivy yang energik.
"Hu'um! Karena brownie dari papa." Ivy selalu menamai semua benda yang ia sukai dengan nama unik. Brownie adalah sebutan bandana yang Seo berikan kepada ivy saat gadis kecil itu menginjak usia empat tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salvager ( END )
RomanceTampan, sukses, dan genius dari Asia, itulah sebutan pemilik nama Hyun In Seo. Pria dengan darah asli negara Korea itu merintis kesuksesannya di dunia kepolisian Texas. Hanya dengan kurun waktu yang singkat, ia dapat menduduki posisi tertinggi di s...