Seo tetap dengan raut wajahnya yang keras. Otaknya kini berpikir dengan cepat dan menganalisa apa yang sebenarnya terjadi dibalik perilaku Pierrs. "Dia aneh sejak kembali di rumah sakit. Dan pada saat itu juga paul mendatanginya.""Tapi anehnya, Pierrs tidak terluka sama sekali." Sambung John melanjutkan asumsi Seo.
Seo kali ini mengetatkan rahangnya. "Bajingan itu... apa yang dilakukannya?!" Seo mengepalkan tangannya sampai buku-buku jemarinya memutih. Beraninya Paul menyerangnya dari dalam yang merupakan kelemahannya. Seo memang sebelumnya sudah menduganya kalau Paul akan menyerang orang-orangnya. Tapi ini sudah tidak bisa di toleransi lagi.
"Apa anda sudah menemukan jejaknya, Sir?" tanya John.
Seo menggelengkan kepalanya, "Dia terlalu bersih dalam langkahnya. Dia dengan mudah menghindari tempat yang ada CCTV. Seolah dia sangat tahu seluk beluk wilayahku." Geram Seo.
John menghela napasnya kian berat. "Lalu bagaimana dengan langkah anda Sir?"
Seo menatap sepatunya sendiri, seolah menatap Paul. "Untuk saat ini aku akan menunggu aksi selanjutnya. Dan juga, meningkatkan perlindungan kepada kalian."
John mengedipkan kelopak matanya, "Hanya itu?"
Seo mengangguk sekali lagi. "Dia akan mendatangiku sendiri di saat kekuatan dalamku hancur."
Di tempat lain. Dove berjalan dengan santai sembari membawa guci berisi bunga segar yang Dove beli untuk John. Sedari tadi Dove tidak melihat Grace. Sebelumnya, Dove tengah bersantai di rumah Seo, Grace mendatanginya dan memberitahukan perihal John yang terluka oleh Pierrs. Mereka sampai di rumah sakit namun setelah itu Grace berpisah diri dari Dove.
Dove merogoh tas rajut miliknya dan mendapati benda kotak pipih. Dove mengulas di layar ponsel tersebut dan didekatkan ke telinganya. Dove kini menelpon Grace untuk menanyakan dimana wanita berambut merah itu.
Tak lama, ia melihat Grace berjalan ke arahnya. Dove mematikan teleponnya dan berjalan menghampiri Grace. "Darimana saja dirimu?" tanya Dove. Dove sedikit pangling karena Grace mengenakan riasan di wajahnya.
Lama Grace merespon, setelah itu dengan susah payah, ia menarik sebuah senyum. "Sampai sekarang pun aku masih terkagum dengan dirimu bisa bicara."
Dove terkekeh senang, "Berkatmu, Grace."
Grace hanya tersenyum kecil. Keduanya kini berjalan ke ruang John. Dove membuka pintu dan langsung merasakan dirinya menggigil karena aura Seo dan John yang sangat serius.
Dove hanya diam karena Seo langsung mendekatinya. Seo meraih guci yang dipegang Dove dan tangannya membelai pipi Dove lembut. "Bisa kita kembali lebih dulu? Aku ada urusan yang harus ku kerjakan."
Seo nampak bingung dengan pemilihan katanya sendiri, "Aku akan mengantarmu lebih du..."
Dove tersenyum dan menggeleng kecil, "Aku bisa kembali sendiri. Apa kau akan menginap di kantor lagi?"
Seo mencubit pipi Dove yang lebih berisi dari sebelumnya, "Sepertinya. Aku akan menghubungimu."
Interaksi kecil itu tak luput dari penglihatan Grace barang sedetikpun. Pandangan dengan sorot wajah yang ketara sakit itu, hanya bisa dilihat oleh John. John membanting tatapannya ke arah atasannya, "Dove, kau harus segera kembali. Hati-hati dijalan!" seru John tiba-tiba membuat semua orang terkejut.
Dove mengedipkan kelopak matanya bingung. Dove sadar jika dia dan Seo baru saja mengumbar kemesraan, mundur secepat kilat. Seo kali ini lebih bingung karena Dove menjaga jarak, "Ada ap..."
"Sampai jumpa semua!" seru Dove memotong ucapan Seo. Dove mengedipkan kedua matanya ke arah John melayangkan terima kasih. John membalasnya sama mengedipkan kedua matanya juga. Dove menatap Grace sebentar dan menundukkan kepalanya malu. Dove akhirnya meninggalkan suasana canggung membuat John menghela napasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salvager ( END )
RomansaTampan, sukses, dan genius dari Asia, itulah sebutan pemilik nama Hyun In Seo. Pria dengan darah asli negara Korea itu merintis kesuksesannya di dunia kepolisian Texas. Hanya dengan kurun waktu yang singkat, ia dapat menduduki posisi tertinggi di s...