"Slowdown, babe. I'll get you from the darkness." - Seo.
.
.
Dove membuka kelopak matanya secara perlahan. Rasa sakit mendera hebat di bagian leher belakangnya hingga menembus sampai kepalanya. Dove tidak bisa menangkap bayangan apapun selain kegelapanang mengelilinginya.
Dove mencoba bangkit seraya memegangi kepalanya. Namun tak lama, ia merasa beban berat dan dingin yang mengitari kedua pergelangan kakinya. Dove segera menatap kakinya dan betapa terkejutnya sebuah borgol besi yang ukurannya cukup besar memasung kedua kakinya hingga kulit kaki Dove tergores hingga ada yang darah di sela-sela borgol tersebut.
Seketika perutnya terasa melilit dan rasa terbakar tak kasat mata. Dove berusaha semaksimalnya membali menelan cairan tubuhnya yang terasa akan tumpah ruah bila Dove tidak segera menutup mulutnya.
"Kau tidur sangat lelap, sweety."
Dove menggigil ketakutan mendengar suara itu. Mendapati sosok yang selama ini ia takuti kini duduk dengan gaya kuasanya tak terbantahkan.
Paul tersenyum selembut sutera seraya menatap Dove yang meringkuk ketakutan, "Aku sangat merindukanmu, isteriku."
Secepatnya, sebisa Dove melihat keadaan sekitarnya walau pikirannya kalut tak terkendalikan. Kakinya dalam kondisi terborgol. Semakin Dove mempertajam pandangannya, rantai borgolnya menyatu dengan besi tanam yang terlihat di ujung ruangan. Tidak ada celah untuk Dove dapat membebaskan kedua kakinya selama kuasa kebebasan itu dipegang kendali oleh Paul. Sekelilingnya hanya terlihat pemandangan langit Texas yang dinginnya sangat mencekam hingga kedua jemari Dove membiru. Nampaknya ia berada di bangunan yang terbengkalai, tapi Dove tidak dapat menerka dimana sebenarnya ia berada.
DEG!
Dove merasakan adanya sebuah tangan yang menekan kuat dagunya untuk melihat kemana arah satu pihak suara dingin itu. Dove tidak bisa mengendalikan raut wajah kesakitannya, saat kuku tajam Paul menancap di kulit wajah Dove.
"Apa kau mencari Polisi Asia sialan itu? Kau membuatku terluka, eh, sweety."
Wajah Paul sungguh dekat. Bahkan Dove sendiri dapat merasakan hembusan napas teratur Paul di wajahnya.
"Tidak, Paul... tolong, jangan begini... kumohon..." isak tangis Dove akhirnya tak dapat ia tahan. Ia terus menangis tak berdaya karena demi apapun, pria yang ada di depan matanya sendiri ini melukai Seo tanpa pandang bulu dan tidak manusiawi.
Paul tidak dapat menahan rasa senangnya yang berlebih. Dibanding raut wajahnya yang dingin tadi, tergantikan oleh senyum cerah yang bahkan tak bisa dibayangkan oleh orang-orang selain Dove.
"Kau bisa bicara kembali, oh sweety, tahukah kau aku sangat merindukan suara kecil tak berdaya milikmu itu, ah..."
"Isteriku... milikku...." tanpa aba-aba, lidah Paul melangsak paksa mulut Dove, mengaduk-aduk, menghisap bahkan menggigit bibir Dove dengan tenaga sepihaknya. Dove terus meronta sebisanya tanpa bisa ia hindari. Kuat, dingin, dan tak berperasaan. Itulah ciuman Paul. Tidak. Ini bukanlah ciuman. Layaknya sebuah hukuman mati yang siap memotong lidahnya tanpa diduga. Itulah yang Dove rasakan.
"Akh!"
Dove merasakan bibirnya perih dan rasa anyir darahnya sendiri menguasai dalam sekejap dalam mulut Dove. Segera saja Dove menutup bibirnya dengan jemarinya tepat Paul melepaskan ciuman kasarnya. Dove merasakan perutnya bergejolak karena darah memenuhi mulutnya. Dove menarik jemarinya yang bergetar tepat di depan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salvager ( END )
RomanceTampan, sukses, dan genius dari Asia, itulah sebutan pemilik nama Hyun In Seo. Pria dengan darah asli negara Korea itu merintis kesuksesannya di dunia kepolisian Texas. Hanya dengan kurun waktu yang singkat, ia dapat menduduki posisi tertinggi di s...