PART 40 - TOO LATE

2.6K 193 30
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Seo melangkah mendekati Dove yang terduduk lemah di lantai berkapet ruangan Seo tanpa menutup pintu kacanya. Seo seolah menyaksikan kilas balik. Pertemuan Seo dengan Dove untuk pertama kalinya menyeruak kembali. Lalu setelah itu, bayangan usaha untuk mendapatkan perhatian Dove. Dove yang dahulu layaknya mayat hidup dan tidak adanya api kehidupan yang menyala. Setelah waktu yang panjang, masalah yang berdatangan, dan juga perasaan yang menghiasi mereka berdua, tapi itu semua tidak membuat Dove sepenuhnya bahagia.

Seo mengangkat tubuh Dove dengan mudah. Seo memutar tubuh kokohnya dan keduanya berakhir di kursi kebesaran Seo dan Dove berada di pangkuannya. Dove hanya bisa terdiam karena masih terkejut dengan semua yang terjadi. Seo menatap Dove dalam dan semakin membiarkan dirinya jatuh semakin dalam.

"Kenapa kau meyembunyikannya dariku...?" akhirnya Dove menyuara. Sejauh jarum jam mengitari tiap detiknya, Seo belum mengatakan apapun. Jemarinya tak tinggal diam dan bermain dengan helai rambut pirang Dove.

"Kenapa kau... tidak mengatakannya kepadaku?" isak Dove.

"Kenapa...?"

"Dengan melenyapkan senyummu yang dengan susah payah kau perjuangankan?" Seo mencengkeram tangannya yang berada di ujung rambut Dove tanpa menyakiti sang pemilik rambut.

"Aku tidak sampai hati untuk kesana!" lanjut Seo cukup tajam.

Dove menatap Seo dengan kedua matanya yang berair.

"Akhirnya kau bisa tersenyum. Akhirnya kau bisa melakukan hal yang kau inginkan. Tapi kau mengatakan kenapa aku menyembunyikan fakta bahwa bajingan itu masih berkeliaran diluar sana?" Seo nampak gelisah, gusar, dan tak tenang. "sial, Dove... aku tidak bisa!"

Kedua tangan Dove terangkat dan membingkai garis wajah Seo. Dibelainya lembut bekas luka di sisi wajah Seo. "... Bukan, bukan itu. Maafkan aku, Seo." permintaan maaf dari Dove membuat Seo terkejut.

"Maaf... aku membiarkanmu berjuang sendiri. Aku tidak menyadari perlindungan samar yang kau lakukan kepadaku."

"Maaf, aku... kau... selalu melindungiku." Tangisan Dove semakin deras.

Seo hanya mengambil napasnya dan menghelanya secara berkala. Wajah Seo mendekat dan bibirnya menyatu dengan kulit kelopak mata Dove. Dove memejamkan kedua matanya merasakan sentuhan panas namun menghantarkannya aman dan nyaman. Seo terus mengecup kedua mata Dove yang terpejam secara bergantian.

Seo mengatur napasnya yang kian memburu, "Masih bisa kau mengatakan itu?" tangan Seo satunya menyugar rambut coklat kegelapan miliknya ke belakang.

"Dove, kau bagian dari jiwaku."

"Melindungimu adalah kesempatan terbaik yang diberikan Tuhan untuk menebus penyesalanku yang lalu." Seo mencium punggung tangan Dove dengan perasaan membuncah, mendamba.

Salvager ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang