EPILOGUE - MY SALVAGER

2K 169 74
                                    

Pandangan gelap tanpa dasar itu Dove lalui bahkan ia tak ingin mengakhiri pandangan gelap itu. Seakan ia ingin selamanya saja berada di sebuah tempat yang tidak akan mengingatkannya rasa sakit yang tiada berakhir rasanya. Tidak ada objek yang dengan mudahnya membuat dirinya mengingat segala hal tentang pemilik hatinya.

Asap rokok.

Susu.

Cincin.

Salju.

Segala hal sekecil itu tidak pernah lelah merekap dan menayangkan kenangan manis yang telah dilewatinya bersama sosok yang selama ini selalu menjaganya... dan mencintainya.

Namun saat ini...

Kedua kelopak mata itu terbuka. Sekelebat membutakan sinar berwarna jingga cantik memantulkan bias cahayanya langsung terhadap kedua bola mata emerald greennya. Sapuan angin dari laut yang terpampang nyata di depannya melambaikan ombaknya secara teratur seolah menghiburnya. Air laut yang terlihat seperti sebuah cermin memantulkan bersih dari pandangan langit dengan warna yang menyerupai matahari.

Dove hanya menatap datar ke arah kedua kakinya saat gelombang kecil air laut itu menyapu lembut permukaan kulitnya. Dove tersenyum kecil saat merasakan air laut itu terasa dingin menggelitik.

"dingin sekali... apa sudah mau musim dingin?" Dove kembali menatap laut seraya mengusap kedua tangannya untuk mencari hawa kehangatan yang walau hanya sedikit saja ia dapat rasakan.

Dove tersenyum kecil. Jemarinya bergeliat sekilas, dan jatuhlah menggantung sebuah tali untaian rantai kalung yang terdapat bandul oval bervolume dengan ornamen unik mengitari benda oval itu.

Jemari lentik Dove membuka bandul tersebut dan foto Dove dan Paul menghiasi bandul oval tersebut. Dove mengingatnya, foto itu diambil saat pertama kali dirinya dan Paul bertemu. Dove hanya dapat menyelamatkan barang dari satu-satunya peninggalan Paul di mansionnya. Mansion Paul telah menjadi aset kejahatan Paul. Namun beruntung, Dove dapat menemukan kalung pemberian Paul saat mereka berdua menjalin hubungan kekasih dulu.

Dove tersenyum geli saat mengingat bagaimana penampilan Paul saat pertama kali mereka bertemu. Dengan polesan rambutnya rapi bergaya pompauder, Kemeja kotak-kotak berwarna coklat pucat diadu dengan warna abu-abu. Paul nampak tidak sepantasnya berdandan seperti remaja walau saat itu usianya selisih sembilan tahun dari Dove.

Dan juga, dengan lugunya, Paul tersenyum lembut dan mengatakan. "Aku ingin tampil menyesuaikan dengan seumuranmu."

"Hehe..." kekeh Dove.

Dove menoleh ke arah sampingnya. Seo berdiri tak jauh darinya yang ikut memandang kearahnya. Dove ikut tersenyum mengikuti ekspresi seo yang Dove baca adalah 'kenapa kau tertawa?' itu.

Dove menunduk, "... Tidak, hanya mengingat sesuatu yang menyenangkan saat dulu..." jawab Dove yang hanya disambut oleh angin laut kembali melaluinya.

"... Tidak terasa sudah dua tahun terlewat sejak itu, bukankah begitu?" Dove menoleh arah sampingnya dengan senyum cantiknya.

Dove berusaha sekuatnya untuk mengangkat senyumnya yang walau terasa berat. Kedua tangannya memeluk dirinya sendiri. Terutama bagian perut ratanya. Bahkan sudah dua tahun lewat, kehilangannya seperti rasanya melubangi hati Dove terasa hampa. Dove kehilangan sosok mungil yang bahkan belum Dove sempat memanjakannya. Menyanyanginya. Serta... membagi kasih sayang bersama pria yang menciptakannya bersama Dove.

Dove mengusap lembut perut ratanya, "... Terima kasih telah hadir dalam kehidupan Mommy."

Rambut pirangnya yang silau seolah menyerap sinar jingga matahari tenggelam itu tergerai lembut. Sapuan angin itu membuat Dove mengangkat kepalanya menatap hamparan laut bebas.

Salvager ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang