Malam ini, langit terlihat begitu sendu. Hanya ada bulan tanpa ditemani sang bintang. Langit juga nampak begitu mendung, tapi tak menghalangi cahaya bulan yang memantul. Angin malam mulai terasa menusuk diri. Perlahan-lahan membelai manja rambut si gadis ini. Setetes bulir air terjatuh dari matanya. Sudut matanya mengartikan bahwa ia lelah, lelah dengan segala yang ada.
Menurutnya, lebih baik hidup dikalangan bawah tapi mendapat kasih sayang yang luar biasa, daripada menjadi orang berada tapi kedua orangtua sibuk mencari harta. Hidup didunia tidak akan komplit kalau tidak mendapat yang namanya cinta kasih orangtua, rasanya hampa. Sebesar apapun kita dicintai orang lain, tapi tidaklah penting jika tak mendapat cinta mamah dan papah.
Jasmine, salah satunya yang merasakan itu. Sekarang ia sedang duduk didekat jendelanya yang terbuka. Memperhatikan sang bulan yang kesepian. Walaupun sendiri tapi ia tetap berusaha untuk bersinar, berusaha untuk tegar. Entahlah Jasmine akan sanggup atau tidak seperti bulan itu.
Drrrtt... Drrrttt
Jasmine mengambil ponselnya yang berbunyi.
08xxxxxxxxx is calling...
"Nomor tak dikenal?" gumamnya saat melihat si penelpon. Akhirnya ia menggeser tanda hijau dan mulai mendekatkan ponselnya ketelinga.
"Hallo?" sapa Jasmine.
Tak ada jawaban, Jasmine mendiamkannya dulu sebentar.
"Hallo ini siapa? Hallo! Ck.. ga jelas!" Jasmine akhirnya memutuskan telponnya.
Baru saja ia ingin letakkan ponselnya, tapi nomor yang tadi menelpon kembali.
"Hallo ini siapa si?!"
"iiya.. Hallo!" ucap sang penelpon diseberang sana.
"Gua Robby" lanjutnya.
"Ooh Robby, Sorry ya gua gak tahu" kata Jasmine santai.
Rasanya sedikit aneh sih berbicara seperti itu, mengingat dulu bagaimana Robby pada Jasmine. Dulu Robby selalu mengacuhkannya bahkan ia tak pernah saling berbicara, Jasmine dikecualikan oleh Robby. Tak pernah tegur sapa, tak pernah saling memanggil. Saat mengembalikkan buku Jasmine pun Robby lebih memilih menitipkan pada teman yang lain untuk diberikan pada Jasmine. Tapi sekarang, Robby seakan-akan sedang berkamuflase pada Jasmine. sikapnya berubah, perlakuan terhadapnya berubah dan Robby sekarang lebih sering bergaul dengan Jasmine dan Leo.
"hhhhmmm.. Enggak pa-pa"
"Rob, tumben nelpon?"
"Gua cuma nanya, Gimana kabar lu?"
"Oh, Alhamdulillah sih gua udah enakkan"
"Oh, bagus deh"
Ada jeda yang cukup lama, keduanya saling terdiam. Entah topik apalagi yang mau dibahas, intinya mencari topik pembicaraan itu susah.
"Hallo Rob! Lu masih disitu?" tanya Jasmine
"ii.. iiiya, Eemmm Jasmine gua tutup dulu ya. Udah malem jangan lupa tidur" Robby salah tingkah dengan memilih kata yang tidak tepat.
"Hah? Eeh, iya iya gua juga tahu kalau malem itu dipake buat tidur, dan enggak mungkin juga gua lupa buat tidur"
"ehehehehe iya juga yak, yaudah deh bye...satu lagi nih!"
"apaan?"
"Good Night Jasmine"
Tuuuut.. Tuuut.... Tuuut
Telpon langsung terputus. Aneh.
Jasmine tak ingin mengambil pusing, ia langsung menutup jendelanya dan bergegas untuk tidur. Sebenarnya kondisinya sedang tidak baik-baik saja, badannya masih sakit karena insiden disekolah. Tapi ia tak mau memikirkannya, bisa bikin tambah lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASMINE✓
Roman pour Adolescents[END] Sendiri. Satu kata yang menemani jasmine saat ini. Dalam kesehariannya tak pernah ada tawa,senyum ataupun bahagia semuanya hanya keajaiban yang tak mungkin terjadi. Hingga suatu hari nanti ia akan menemui seseorang yang akan membimbingnya me...