Setelah beberapa hari memulihkan keadaannya, kini Leo telah sembuh bahkan mulai menjalankan aktivitas seperti biasanya. Seperti janjinya, ia akan mulai mengupas semua masalah selama ia tertidur panjang. Dan yang harus ia mulai pertama adalah Jasmine.
Sekarang ini kakinya sudah berpijak pada halaman rumah Jasmine. Sepi. Sunyi. Perlahan ia memencet bel dan berharap ada seseorang yang meresponnya. Namun nihil, berkali-kali ia pencet tak ada yang menyahuti dari dalam. Ia diam sebentar, lalu melepas masker yang menutupi wajahnya. Leo mencoba mengintip lewat jendela. Bisa dilihat bahwa keadaan dalam rumah rapi, namun tak terlihat penghuni satupun.
"AAAAAAA" teriak seseorang dari dalam. Leo yang tadi mulai melangkah kembali dan mulai mendobrak pintu. Ia kenal suara itu, suara yang ia rindukan selama ini.
"Bi. Lebih baik bibi keluar dulu!" pinta Rio pada Bi Inah.
Bi Inah keluar kamar Jasmine dan melihat Leo yang diam mematung.
"Den Leo, akhirnya." Bi Inah terisak sedih. Ia memegang tangan Leo yang terlihat shock melihat keadaan Jasmine.
"Masuk Den, tolong bantu Neng Jasmine." ujar Bi Inah pada Leo. Leo pun mengangguk dan melangkahkan kakinya memasuki kamar Jasmine.
Disana keadaan Jasmine sangat parah dan memprihatinkan. Rio dan Mang Udin yang sedang memegangi Jasmine tersenyum lega melihat keberadaan Leo.
"Leo, makasih yak kamu udah datang. Om mohon bantu Jasmine yak. Om tahu pasti kamu bertanya-tanya apa yang terjadi pada Jasmine. Om akan kasih tahu kamu, tapi tolong buat Jasmine tenang dulu." jelas Rio.
Setelah itu Rio dan Mang Udin pergi keluar meninggalkan dua insan yang kini diam membisu. Tak sedetikpun Leo mengalihkan pandangannya, matanya terus menatap Jasmine yang bengong sambil memeluk kedua lututnya.
Keadaan kamar Jasmine kini sangat kacau. Semuanya berantakan begitu juga dengan Jasmine. Leo mulai berjalan mendekati Jasmine dan duduk tepat dihadapannya. Tangannya membelai rambut Jasmine, menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajah Jasmine. Kini,ia bisa melihat keadaan wajah Jasmine yang sangat menyedihkan.
"Jasmine." panggil Leo lirih. Jasmine tak mengubris panggilan itu. Tatapannya kosong, bibir pucatnya bergetar. Deru napasnya begitu tak teratur.
Leo yang tak tahan dengan keadaan Jasmine langsung memeluknya dengan erat, meluapkan semua kerinduan yang tak bisa ia bendung.
"LEPASIN GUE, JANGAN COBA NYENTUH GUE LAGI!! HIKS..HIKS. LEPASIN GUEEE!!BRENGSEK LO!" Jasmine meronta-ronta dalam dekapan Leo.
"Hei, ini aku Leo. Aku disini Jasmine. Ini Leo. Tenang tenang, aku nggak bakal ninggalin kamu lagi," Leo mencoba menghentikan Jasmine yang masih meronta-ronta. Ia mengeratkan pelukannya dan mengusap pipi Jasmine yang basah karena air mata yang mulai turun dari mata indah Jasmine.
"Lepasin gue... gue nggak mau lo sentuh lagi... jauh-jauh dari gue Rendi!" lirih Jasmine sebelum ia terlelap dalam pelukan Leo.
Leo menaikkan alisnya ketika mendengar nama lelaki sialan itu dari bibir Jasmine. Apa karena dia semua jadi seperti ini? Ia sudah menduga, pasti Jasmine seperti ini karena lelaki itu.
Leo meletakkan Jasmine dikasurnya. Ia memperhatikan wajah Jasmine yang begitu lesu. Perlahan-lahan ia membelai pucuk kepala Jasmine, membayangkan saat-saat kebersamaan dengan Jasmine. Mulai dari ia menyukai Jasmine, dan saat ia menyatakan cintanya di pantai bersama sunset yang menjadi saksi bisu atas kata demi kata yang Leo rangkai untuk memikat hati Jasmine.
Dan sampai saat ini, dimana semuanya hancur hanya karena lelaki itu. Lelaki brengsek itu.
Leo bangun dari duduknya, menyelimuti seluruh tubuh Jasmine. Lalu ia membereskan semua barang Jasmine yang berserakan di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASMINE✓
Teen Fiction[END] Sendiri. Satu kata yang menemani jasmine saat ini. Dalam kesehariannya tak pernah ada tawa,senyum ataupun bahagia semuanya hanya keajaiban yang tak mungkin terjadi. Hingga suatu hari nanti ia akan menemui seseorang yang akan membimbingnya me...