Hari semakin gelap. Sang matahari sudah beristirahat ke peraduan dan sang bulan bersinar redup-redup remang. Udara dingin menusuk diri Jasmine. Dengan langkah yang gontai Jasmine menyusuri kota Bogor. Berkali-kali ia salah arah dan tak menemukan keberadaan rumah Agita. Ia duduk dibangku panjang dalam sebuah keramaian. Sepertinya sedang ada pasar malam.
"Huufftt.. Dimana rumah Agita?" racaunya sambil menghela napas. Ia memperhatikan sekelilingnya. Jasmine melihat sosok perempuan yang perawakannya mirip sekali dengan Agita. Jasmine berjalan dan meneriaki nama Agita. Harap-harap tidak salah orang namun, saat ia mendekatinya ternyata Jasmine salah orang.
"JASMINE!!!!!" teriakan tersebut membuyarkan lamunannya. Ia berbalik badan dan melihat Agita yang berlari menerobos orang-orang.
"Haduh, Cape!" Agita mengatur napasnya lalu menggandeng Jasmine hingga masuk ke dalam mobilnya.
"Kok bisa ada disini sih? Ngapain??" tanya Agita saat mobil sudah ia lajukan.
"Lu sendiri kenapa bisa tau gue ada disini?" tanya balik Jasmine.
"Tadi sebenarnya gue udah ngeliat lu sih, eh pas gue liat lu kaya mau pergi yaudah gue teriakkin aja. Hitung-hitung belajar menunggu, gimana rasanya? Cape kan menunggu yang nggak pasti!" ujar Agita sok dramatis.
Jasmine memutar bola matanya malas.
"Bucinnya nggak usah keluar dulu kek. Kebiasaan nih!""Iya iya, yaudah kenapa lu ada disini?"
"Entar gue ceritain kalo udah sampe rumah lu" Jasmine melirik Agita yang kini memasang wajah kesal. Sahabatnya ini dari dulu tak pernah berubah tingkahnya. Tingkat kekepoannya terlalu tinggi sampai-sampai ia terlampau kesal bila tidak diberi tahu sesuatu yang ia ingin tahu.
***
Sudah dua hari Leo bolak-balik ke rumah Jasmine. Namun kata Bi Inah --- pembantu Jasmine, Jasmine tidak pulang ke rumahnya itu. Leo dengar mamah Jasmine tidak peduli Jasmine menghilang kemana. Sedangkan papahnya Jasmine kini sedang bertugas ke luar kota jadi tidak tahu akan hal ini. Rendi yang juga ikut khawatir sempat adu cekcok dengan Leo. Ia menyalahkan Leo atas kepergian Jasmine. Padahal tanpa ia sadari Jasmine pergi karena dirinya, merusak segala kehidupannya.
Seharusnya hari ini Leo dan Jasmine ikut Camping yang diadakan oleh sekolahnya. Tapi, karena Jasmine pergi, Leo memutuskan untuk mencarinya. Robby yang seharusnya juga ikut Camping tapi ia lebih memilih ikut dengan Leo.
"Kita mau kemana ini?" tanya Robby saat Leo memasuki jalur tol.
"Bogor" ucapnya sambil memperhatikan antrian tol yang cukup panjang.
"Yakin Jasmine ada disana? Lagipun kalo dia ke Bogor dia ketempat siapa?" tanya Robby ketus. Ia juga sempat memarahi Leo karena tak mau mendengar perkataan Jasmine. Akibatnya jadi kaya begini. Leo seperti orang linglung dan merasa bersalah.
"Sepupu gue kayanya" jawabnya singkat. Selanjutnya, perjalanan terasa hening dan sepi. Robby tak ingin bertanya lagi. Leo hanya diam sambil fokus menyetir. Pikirannya melayang jauh mengingat tentang Jasmine. Karena termakan api cemburu ia mendiamkan Jasmine yang saat itu membutuhkan dia.
Memang benar. Hal yang terlihat buruk dimata kita. Belum tentu benar jika kita lihat dari satu sisi.
***"Ish, nggak mau Agita!!!!" rengek Jasmine yang kesekian kalinya.
"Sini biar cantik!" Agita memegang peralatan make up nya. Ia berusaha untuk menghibur Jasmine yang dari kemarin terlihat lesu. Setelah mendengar segala masalah Jasmine, ia ikut bersedih. Ternyata dari dulu batin Jasmine tersiksa. Ia kira setelah pisah dengannya, kehidupan Jasmine berubah total. Namun, keadaanya malah semakin memburuk. Masalahnya ini terlalu rumit jika bersangkutan dengan orangtua.
KAMU SEDANG MEMBACA
JASMINE✓
Teen Fiction[END] Sendiri. Satu kata yang menemani jasmine saat ini. Dalam kesehariannya tak pernah ada tawa,senyum ataupun bahagia semuanya hanya keajaiban yang tak mungkin terjadi. Hingga suatu hari nanti ia akan menemui seseorang yang akan membimbingnya me...