"Emang dasar nggak tau diuntung. Bisanya mempermalukan orangtua doang. Dari dulu ngerepotin mulu, nggak pernah bisa bahagiain orangtua."
"Sudah dong mah, lagian kita nggak perlu jodohin Jasmine kaya gitu. Jasmine selama ini tuh nggak ngerepotin kita. Kita nya aja kurang perhatian sama dia. Kasian dia mah, kalo dia nggak bahagia sama Rendi nanti gimana kehidupannya. Pasti tertekan mah, kita selama ini udah nelantarin Jasmine. Sekarang ini dia cuma butuh kasih sayang dan perhatian ,mah."
"Hiih, belain saja itu anakmu. Dari dulu juga aku nggak sudi punya anak kaya dia. Gara-gara aku hamil dia, bisnisku bangkrut waktu itu. Emang dari dulu anakmu itu nyusahin. Terserah kamu mau nilai aku apa, intinya perjodohan ini tetap berlanjut. Kamu ikutin kata aku, jangan sama seperti anakmu yang keras kepala itu."
Semalam Jasmine sengaja pulang larut malam. Setelah sampai dikamar kedua orangtuanya, ia tak sengaja mendengar percakapan yang cukup keras oleh keduanya. Mungkin mereka marah pada Jasmine karena ia pergi tanpa pamit pada orangtuanya dan juga orangtua Rendi. Namun, kemarahan yang ia dengar dari lisan mamahnya bukan kemarahan atas masalah tadi. Melainkan unek-uneknya tentang Jasmine. Ia tak pernah menyangka bahwa ia seburuk itu bagi mamahnya. Jika memang tuhan berkehendak untuk memanggilnya sekarang juga, ia bersedia untuk tidur dipangkuan tuhan.
Untuk apa berada didunia jika kehadirannya tak pernah diharapkan. Sepertinya dinding kesabarannya sudah hampir retak. Ada seseorang yang selalu menguatkannya, tapi seseorang itu pun mengabaikannya.
"Leo" panggil Jasmine lirih.
Leo menengok kearah Jasmine dan mendapati Jasmine dengan keadaan yang kacau. Raut wajahnya sedih tak seperti kemarin, lingkaran hitam dibawah matanya begitu terlihat jelas. Ingin Leo memeluknya, namun karena egonya yang kuat ia mengurungkan niat itu.
"Kemarin itu sebenarnya---" ucapan Jasmine terpotong karena sapaan dari Pak Komar terdengar menakutkan. Leo pun membenarkan posisi duduk dan pandangannya menjadi fokus ke depan.
Jasmine melirik sekilas Leo dan menghembuskan napasnya kasar. Leo sepertinya masih marah atas kesalahpahaman tadi malam.
***
Masih sama. Diam dan tak menyapa. Bahkan sekarang meninggalkannya. Jam istirahat sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Jasmine diam mematung berharap Leo akan kembali dan mengajaknya. Namun, hanya angin kosong yang berlalu-lalang. Ia menatap sendu tempat duduk Leo, seharusnya Leo ada disitu mendengarkan semua penjelasan darinya. Seharusnya Leo tak semarah itu, Jasmine memang tak bersalah. Leo harus mengetahuinya. Ia tak mau kebekuan diantara mereka terus menebal.
"Eehhmm.... Leo nya kemana Jasmine?" tanya Robby
"Kayanya ke kantin deh" ujar Jasmine memaksakan tersenyum.
"Ko nggak ikut?"
"Mager."
"Mau ikut nggak?"
"Nggak, udah duluan aja!"
Robby menggangguk dan pergi. Setelahnya keadaan kelas begitu sepi. Lebih baik ia keluar dan mencari udara segar. Ia berjalan di koridor menuju wastafel, untuk mencuci mukanya yang begitu kucel. Tepukkan dipundaknya menghentikkan kegiatannya membasuh muka. Ia melihat Liora yang tersenyum.
"Gue mau ngomong sesuatu sama lu, ayo ikut gue." Liora menggandeng tangan Jasmine dan membawanya ke taman.
"Ada apa?" tanya Jasmine setelah duduk dibangku taman.
"Kalian lagi marahan?"
"Nggak kok, emangnya Leo kenapa?"
"Semalam itu kak Leo pulang duluan, terus pas lagi sarapan dia diam aja nggak kaya biasanya. Dan sekarang kalian diem-dieman, biasanya kalian selalu berdua. Kalian berantemkan?" tanya Liora dengan tatapan mengintimidasi.
Jasmine menarik napas perlahan. Mungkin bila Jasmine menceritakan tentang kejadian semalam, Liora akan menceritakan pada Leo dan semoga Leo akan mengerti.
"Kita nggak berantem, cuman Leo yang marah sama gua. Semalam itu Leo liat gua sama cowok lain dan disitu dia salah paham. Padahal gua jalan sama orangtua gua dan kayanya Leo nggak sampai liat kedatangan orangtua gua. Dia marah dan pergi begitu aja."
"Emangnya cowok itu siapa?"
Jasmine memejamkan matanya bila mengingat hal itu.
"Dia yang dijodohin sama gua!""HAH? Gila!!"
"Please Liora, tolong bantu gua biar Leo nggak salah paham. Gua juga nggak mau dijodohin kaya gitu. Leo harus ngerti, Liora!"
Liora sempat terkejut dan hampir kesal dengan Jasmine. Namun kalo dipikir-pikir, Jasmine tidak salah. Ini semua karena orangtuanya yang tak mengerti Jasmine.
"Yaudah, ntar gua ngomong baik-baik sama kak Leo biar dia paham." ujarnya sambil mengusap punggung Jasmine.
***
Leo berjalan santai kearahnya
Sepertinya Leo sudah tak marah. Tunggu, kenapa dia berhenti? Jasmine mengikuti arah pandang Leo. Ia melihat Lamborghini putih memasuki kawasan sekolah. Dan tentu saja itu menyita perhatian warga sekolah. Seseorang berkacamata hitam yang keluar dari mobil tersebut pun menghampirinya. Bisik-bisik tak enak sudah terdengar jelas ditelinga Jasmine. Seseorang menggandeng tangannya dan memberikan senyuman manis yang membuat kaum hawa yang melihatnya berjerit histeris."Rendi?" Jasmine melotot sempurna dan langsung melihat kearah Leo yang kini sedang tersenyum sinis. Ah, makin rumit kalau keadaannya seperti ini. Ia berusaha melepaskan genggaman Rendi dan ingin mengejar Leo yang sudah pergi dengan motor ninjanya.
"AAAA... " Jasmine menghempaskan tangan Rendi kasar.
"Ngapain lu ada disini?" tanyanya dengan nada yang meninggi.
Rendi hanya tersenyum dan berusaha bersabar atas sikap Jasmine.
"Kamu harus pulang sama saya, saya calon suami kamu""Denger yak, gua nggak menerima perjodohan itu. Jadi lu pulang aja!" Nada suaranya kini dingin dan menekan setiap katanya.
"Sekarang kamu harus pulang, ayo!" Rendi mencengkram lengan Jasmine kencang. Lalu membawanya ke dalam mobil dan menghempaskannya begitu saja.
Jasmine sudah paham dengan sifat Rendi. Rendi itu memang anak yang penurut, baik dan ramah. Namun, segala keinginannya harus terwujud kalo tidak ia seperti orang yang tak punya akal.
"Aw.. " Jasmine mengelus lengannya yang kesakitan.
"Maaf, maaf. Sa.. saaya nggak sengaja. Sini biar saya obatin" Rendi berusaha meraih tangan Jasmine tapi Jasmine tepis.
"Nggak usah!!" tolak Jasmine.
Kalo sikap Rendi begini, ia malah terlihat seperti orang yang memiliki kepribadian ganda.
"Terus gimana? Itu luka kamu kayanya perih. Maafin saya yak, sini biar saya obatin"
"Nggak usah, biar gua obatin di Uks. Lu tunggu sini aja!" kata Jasmine sambil membuka pintu mobil.
"Kamu balik lagi kan?"
Jasmine hanya mengangguk dan ia mempercepat langkahnya keluar dari sekolah.
"Gua nggak akan balik lagi, selamanya!" batin Jasmine.TBC....
HAI GAES💐
I'm kambekkkPart kali ini lumayan dikit tapi boleh lah kasih
Vote🌟
Comment📩
Share📢
Biar tambah cemangat!!Nah loh, ada pelakor noh bang Rendi. Hajar nggak nih😏
![](https://img.wattpad.com/cover/138354145-288-k862163.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JASMINE✓
أدب المراهقين[END] Sendiri. Satu kata yang menemani jasmine saat ini. Dalam kesehariannya tak pernah ada tawa,senyum ataupun bahagia semuanya hanya keajaiban yang tak mungkin terjadi. Hingga suatu hari nanti ia akan menemui seseorang yang akan membimbingnya me...