Part 17

94 19 4
                                    

  Masalah memang layaknya dianggap teman. Selalu hadir dalam kehidupan semua orang. Tak jarang orang mengeluh atas sebuah masalah yang dideritanya. Dan kini ia tahu bahwa wanitanya mempunyai banyak masalah yang selalu ia torehkan didalam buku diarynya. Sejak membaca isi diary itu, Leo sesaat terpaku atas kehidupan Jasmine sejak kecil. Jasmine kecil tak pernah mendapat asi dari ibunya. Pangkuan dan buaian seorang ibu tak pernah ia rasakan. Hanya saja ia merasa hidup karena kasih sayang yang diberikan oleh sang ayah.

Satu masalah bisa Leo selesaikan saat membaca diary Jasmine yang menceritakan dirinya dan salah satu sahabat dekat Jasmine yang ternyata sepupu Leo. Bahkan sekarang ini sepupunya sudah duduk dihadapannya sambil membaca diary Jasmine yang memang pemberian dari dirinya.

"Jasmine... " tangis wanita itu pun pecah saat membaca satu-persatu tulisan Jasmine.

"Agita, apa dulu Jasmine sikapnya kaya gini?"

Ya, dia Agita Fayruz. Sahabat dekat Jasmine dulu saat mereka masih satu sekolah. Pernah punya konflik dengan Jasmine sehingga ia salah paham dengan Jasmine.

Agita menutup diary tersebut dan menyeka air matanya.
"Dulu, Jasmine nggak kaya gini. Dia itu anaknya periang banget, akrab sama banyak orang apalagi temen sekelas. Jasmine nggak pernah keliatan sedih apalagi cuek sama orang. Kalau ada masalah sama orang, walaupun orang itu yang salah tapi dia minta maaf duluan. Sebelum pindah dari sekolah yang lama, gue sempet punya konflik sama dia. Gue nyalain dia, gue hina dia gue emang bodoh... "

Agita terisak pelan. Memori tentang kelakuan bodohnya berputar didalam otaknya.
"Jasmine nggak salah, gue ketipu sama pacar gue sendiri yang ngejebak dia. Gue terlalu bego karena lebih milih pacar yang baru gue kenal 3 bulan daripada Jasmine yang udah gue kenal dari kelas satu Smp... Hiks, terus waktu ada pentas seni disekolah orangtua semuanya pada dateng kecuali orangtua Jasmine. Disitu gue ngatain dia anak nggak punya orang tua... Gue emang bego kan Leo? Padahal gue tahu kalo orangtuanya pada sibuk. Dan itu semua karena gue nurutin kemauan pacar gue!"

Leo sempat ingin marah pada Agita karena kelakuannya seperti anak yang tidak didik. Leo kenal betul pada kedua orangtua Agita yang begitu tegas dan disiplin dalam mendidik anak. Kepalan ditangan Leo terlepas saat melihat Agita yang ingin melanjutkan ceritanya.

"Waktu itu pas pentas seni selesai Jasmine nyamperin gue yang lagi ngobrol sama pacar gue. Dia minta maaf sama gue, disitu gue sempet tersentak sama ucapan Jasmine. Tapi pacar gue malah ngehasut gue dan gue marah-marah nggak jelas sama Jasmine"

"Agita... Jasmine minta maaf. Jasmine salah, demi apapun Agita Jasmine nggak bakal kaya gitu lagi sama Deno"

"Alah jangan sok melas gitu deh. Elonya aja kegatelan sama gue. Sampah lo" caci Deno--pacar Agita.

"Heh, udah deh jangan tunjukkin muka lo lagi. Gue udah benci. Mana ada sahabat yang godain pacar sahabatnya. Murahan banget" Agita dan Deno beranjak pergi, namun melihat Jasmine yang berteriak ia memberhentikkan langkahnya.

"Gue nggak salah!! Dimana mata hati lu yang lebih milih cowok lu daripada gue, Gi.. Asal lu tahu gue cuma mau ngelindungin lu dari cowok brengsek ini. Gue gak tahu kapan Deno ngambil foto gue sama dia. Waktu itu Deno ketauan selingkuh, gue labrak dia. Tapi dia malah ngancem gue. Gue nggak ngerti lagi jalan pikiran lu, Gi. Kalo memang lu lebih percaya sama dia. Gue nggak masalah. Gue cuma mau pamit, gue mau pergi. Inikan yang lu mau? Dan mungkin ini pertemuan yang terakhir. Gue bakal pergi dari hidup lu. Selamanya... "

Ah, betapa bodohnya Agita melukai hati Jasmine. Sampai sekarang ia sangat merasa bersalah. Sengaja ia pergi dari Bogor ke Jakarta karena ingin bertemu Jasmine, Leo yang menelponnya.

"Setelah Jasmine pergi gue baru sadar sama apa yang Jasmine bilang. Dia sempet ngasi gue beberapa foto pacar gue yang lagi selingkuh. Gue nyesel banget sumpah. Terus gue kerumah lamanya, kata tetangga sebelah Jasmine sama keluarganya pindah Ke Jakarta. Papahnya buka cabang utama kantornya di Jakarta. Jadi Jasmine harus ikut. Kan nggak mungkin Jasmine harus bolak-balik Jakarta Bogor. Gue kecewa sama diri gue sendiri, gue.. gue Argghhh.. Pokoknya gue mau ketemu Jasmine sekarang, Leo"

                        ***
Ada rasa yang aneh pada diri Jasmine. Tidak biasanya ia mau menapakkan kakinya di ruang kerja papahnya. Mungkin ia sedang rindu kasih sayang orangtua. Rio yang baru menyadari keberadaan Jasmine didepan pintu kerjanya yang terbuka lebar segera menghampiri Jasmine.

"Ada apa, nak?" tanya Rio setelah duduk dikursi kerjanya kembali.

Jasmine menggeleng dan mulai mengambil posisi nyaman duduk disofa.
"Pah, Jasmine pinjem laptopnya"

"Iya sayang pake aja" Rio memberikan laptopnya yang tergeletak begitu saja. Lalu kembali fokus pada layar monitor komputer. Jasmine menyalakan laptop tersebut dan mulai menjelajah kedunia maya. Ia menonton film kesukaannya dan sang sahabatnya dulu. Ah, dia rindu tingkah sahabatnya dulu.

Ketokkan dipintu memberhentikkan aktivitas keduanya.
"Permisi tuan, kopinya" ujar bi Inah dari luar.

"Iya bi, masuk aja"

Bi Inah pun masuk dan meletakkan kopi untuk tuannya itu di nakas. Kemudian bi Inah melirik Jasmine yang fokus pada laptopnya.

"Non, ada Den Leo didepan"

Jasmine menengok dan tersenyum.
"Iya bi, bentar dulu"

Setelah bi Inah keluar, Jasmine pun ikut keluar. Ia berjalan perlahan, mata sipitnya melengkung indah karena senyuman yang terus ia sunggingkan. Jasmine sempat muak karena melihat mamahnya dan Kimberly yang asik ngobrol diruang tamu. Ah, dia tak ingin memperdulikan itu. Dibuka pintu utama itu, dan ia melihat Leo yang sedang tersenyum manis. Ia sempat melirik kesamping Leo. Detik pertama ia biasa saja, dan didetik selanjutnya hatinya kaget bukan kepalang. Raut wajahnya berubah sendu, matanya berkaca-kaca. Itu sahabatnya. Sahabat yang sangat ia sayangi. Dia kembali.

"A... Agii.. taa" ucapnya terbata-bata. Jasmine memandang wajah sahabatnya yang kini sedang menangis.

Ia menggeleng kuat, lalu mundur beberapa langkah.
"Gi.. Bukan gue Gi, gue nggak salah. Bener Gi, gue.. gue minta maaf"

Agita meraih tangan Jasmine. Tangisnya semakin menjadi-jadi saat melihat Jasmine seperti orang yang takut padanya.
"Hiks,,, hiks,, Jasmine. Gue yang harusnya minta maaf, gue yang salah. Gue emang sahabat yang nggak tau diri"

Agita berjongkok dan memegang dadanya yang sesak. Jasmine langsung memeluk Agita, membantunya untuk berdiri.

"Iya.. Agita. Jasmine udah maafin kok. Jangan merasa bersalah lagi"

Agita tersenyum senang walau isakan tangisnya masih terdengar. Jasmine merangkul bahu Agita dan melemparkan senyuman manisnya,
"Jadi, temen gila gue kambek? "

TBC....

Hae gaes💐
Spesial part buat anaknya bapak 1D,, yeaahhh😝😝
Dont forget
Vote🌟
Comment📩
Share📢

Kritik dan saran sangat diperlukan!!

JASMINE✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang