"Dir!"
Suara teriakan Violet membuat Dira kembali ke dunia nyata. Ternyata sedari tadi dia terlalu fokus melihat permainan basket hingga tidak menyadari ketiga sahabatnya sedang mengelilinginya. Ketiga sahabatnya menatap Dira dengan tatapan yang menurut dia sangat menyebalkan, mereka menatapnya seolah Dira adalah santapan yang sangat lezat. Dira segera tersenyum dan mengambil buku pelajaran karena salah tingkah kepergok memperhatikan seseorang yang bermain basket di lapangan, Milo siapa lagi kalau bukan dia. Seseorang yang mulai masuk secara perlahan ke hatinya.
"Serius banget sih ngelihatinnya," goda Vita yang juga ikut memperhatikan Milo.
"Pantesan fokus banget, Milonya lagi pamer roti sobek!" jerit Kira tanpa malu membuat Dira melotot. Dia terlalu fokus sama permainannya bukan sama baju yang melekat ke badan Milo membuat bentuk badan Milo terlihat.
"Mesum lo! ngapain sih kalian ikutan ngelihatin orang main basket," sahut Dira yang masih salah tingkah.
"Ohh jadi enggak terima nih kita ngelihatin doi main basket," timpal Vita yang menopang dagunya.
"Bukan gitu!"
"Terus!"
"Lupakan."
"Lo ada di undang ke ultah Milo enggak?" tanya Kira yang kembali duduk di bangkunya sambil menunjukkan undangan yang sama dengan undangan yang kemarin Dira terima.
"Sudah. Kemarin malah gue dapatnya," ucap Dira membuat mereka tercengang.
"Wow berarti lo spesial. Undangan ini baru aja kami terima tadi pagi, semua murid malah baru tadi pagi lo aja yang kemarin. Sumpah Dir!"
"Enggak tuh. Tiara juga kemarin," ucap Dira pelan tapi masih dapat didengar sahabatnya membuat mereka tambah terkejut.
"Berarti lo berdua spesial!" ucap Violet tanpa merasa bersalah sedangkan Kira dan Vita menatap Violet tajam, tapi namanya Violet tetap saja tidak peka. Dira kembali teringat kejadian kemarin membuatnya bertambah kesal.
"Bukan gue deh tapi Tiara aja yang spesial soalnya kemarin mereka pulang bareng," tambah Dira dengan muka gusar.
"Masa sih?"
"Iya gue lihat sendiri."
"Jadi teman kita yang satu ini lagi cemburu nih," goda Vita sambil menaik turunkan alisnya.
"Enggak!"
"Iya!"
"Sudah ah. Acaranya nantikan pake dresscode warna hitam lo punya enggak yang warna hitam?"
"Enggak punya. Kalian punya enggak?"
"Enggak."
"Pulang sekolah beli yuk!" usul Kira dan mendapat persetujuan dari yang lainnya.
***
Dira dan ketiga sahabatnya telah sampai di Mall yang cukup megah dan terkenal di Jakarta. Setelah turun dari taxi dan membayarnya mereka masuk ke dalam bangunan tersebut. Di dalam sana banyak sekali orang yang berlalu lalang memasuki setiap toko yang menjual berbagai macam baju, sepatu, tas, kosmetik, aksesoris, makanan bahkan wahana permainan buat anak-anak. Mereka segera memasuki toko yang menjual berbagai baju. Setelah memilih milih mereka langsung mencobanya di kamar ganti.
"Menurut kalian gue bagus pake yang ini atau yang ini?" tanya Dira yang sudah memakai dress hitam panjang dan satu tangannya memegang dress dengan motif berbeda.
"Gue sih suka yang lo pake, tertutup walaupun dressnya tanpa lengan," komen Vita sambil menatap dirinya yang juga sedang memilih dress yang cocok buat dirinya.
"Iya sama. Kalau yang satunya itu lengan panjang tapi cuma sampe lutut agak gimana gitu lihatnya," tambah Kira yang menatap sahabatnya dengan pandangan menilai. Dira kembali masuk ke dalam kamar ganti dan mencoba dress yang satunya. Dira tadi membawa tiga buah dress untuk dicoba.
"Ini cocok enggak sama gue?" tanya Violet yang memakai gaun yang cukup unik menurut mereka karena gaun tersebut salah satu lengannya panjang dan lengan satunya pendek.
"Cocok kok buat lo. Kalau yang ini sama yang tadi bagus yang mana?" komentar Dira lalu meminta pendapat.
"Yang tadi lah," jawab mereka serempak tanpa pikir panjang.
"Kalau lo mau pamer body sih yang itu aja!" ucap Vita acuh.
"Yeee... yasudah gue beli yang tadi aja," ucap Dira tanpa pikir dua kali. Dress yang dia pake kali ini tertutup, lengan panjang, panjang dress sampai mata kaki namun dress ini sangat ketat sehingga membuat siapa saja dapat melihat lekuk tubuh yang memakainya.
Setelah selesai dengan belanjanya mereka, mereka berhenti di restoran yang menjual seafood. Mereka memilih duduk di samping kaca yang memperlihatkan jalan raya yang tidak pernah sepi. Kendaraan berlalu lalang mengeluarkan asap disana sini. Setelah memesan makanan, mereka mulai mengobrol yang lagi hangat untuk dibicarakan bisa dibilang mereka sedang bergosip dan sesekali bersenda gurau. Suara tawa tidak mereka hiraukan walaupun cukup mengganggu pembeli yang lain mereka tetap saja tertawa.
"Beneran. Guekan sedang mandi nih eh tau tau di plafon kamar mandi gue ada kecoak yang gantung diri! mungkin dia frustasi karena pacarnya habis gue injek, soalnya gue enggak sengaja nginjek kecoak sebelum masuk kamar mandi," curhat Violet membuat tawa sahabatnya tidak kunjung reda.
"Harusnya lo foto waktu kecoak itu bunuh diri."
"Iya! jadi kita masukkan koran dengan judul lantaran ditinggal kekasih seekor kecoak ditemukan gantung diri disebuah kamar mandi!" tambah Kira yang tertawa setelah melontarkan kalimatnya.
"Sumpah gue ngakak!" ucap Vita tertawa sambil memegang perutnya.
"Gue juga punya pengalaman. Waktu itu kan liburan sekolah nih. Nah gue kan nginep di rumah nene gue. Waktu itu sudah tengah malam, semua orang sudah pada tidur nah tinggal gue aja yang belum. Pas gue mau tidur gue dengar ada orang balapan liar lewat rumah nene gue," cerita Dira dengan serius.
"Terus!"
"Terus gue enggak bisa tidur. Kalau motornya keren kayak di film film sih gue bakal keluar dan nonton, ini sudah motor butut terus suaranya kayak kentut lagi!" ucap Dira membuat tawa mereka pecah lagi.
"Haduh perut gue sakit haha..." celetuk Vita yang tidak bisa berhenti tertawa.
"Kenapa lo enggak ikut balapan juga! kali aja lo menang," ucap Kira sambil mengelap air mata yang keluar dari matanya.
"Gue sebenarnya mau ikut. Tapi yang ada di rumah nene gue cuman becak. Masa gue ikut balapan pake becak."
"Ya ampun Dir, harusnya lo ikut!" sahut Vita sambil tertawa.
"Harusnya kan. Padahal gue bisa menang tuh walaupun pake becak."
"Hahaha... baru kali ini gue dengar ada balapan pake becak terus menang lagi melawan motor ya meski motor butut," sambung Violet tertawa.
"Lain kali kalau lo ke rumah nene lo lagi lo wajib pap terus kirim ke kita, foto balapan pake becak!"
"Sipp nanti ya kalau gue ingat."
Candaan mereka terhenti setelah pramusaji datang membawakan makanan mereka. Mereka segera makan dan ketika sudah selesai mereka pulang menggunakan taxi ke rumah masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape (Completed)
Teen FictionSakit ... Sakit itu kalau kita di sia-siakan oleh orang terdekat kita yang paling kita sayangi padahal kita sudah terlalu percaya dengan mereka tapi mereka malah menjadikan kita sebuah pelarian.