Katanya dokter bisa membantu mengobati penyakit manusia. Kok sakit hati enggak ada obatnya. Itukan juga termasuk salah satu penyakit.
-Adira Azzahra
***Suara daun yang tertiup angin membuat seseorang yang duduk dibawahnya merasa tenang. Adira Azzahra menatap kosong objek yang ada didepannya seolah objek tersebut tidak berhasil menarik perhatiannya.
"Bengong aja lo. Nanti kesambet hantu pohon ketapang mau?!" ucap Axel yang mengejutkan Dira. Alex langsung duduk disebelah Dira tanpa meminta persetujuan darinya. Dia hanya diam membiarkan Alex duduk tanpa mengusirnya.
"Siapa yang bengong?" tanya Dira heran. Perasaan dia tidak sedang melamun.
"Lo lah siapa lagi. Cerita dong!" bujuk Alex yang penasaran.
"Gue enggak papa. Eh ngapain lo disini? nanti ada yang cemburu lagi," tanya Dira sambil menengok ke kanan dan ke kiri kalau saja ada Kira yang melihat mereka berduaan disini, malah membuat Kira salah paham nanti.
"Salah ya? maaf deh kalau lo merasa terganggu," ucap Alex yang merasa tidak enak lalu berdiri meninggalkan tempat Dira duduk. Dira yang merasa dirinya baru saja mengusir Alex sontak memanggil namanya.
"Alex!"
"Iya?" balas Alex yang membalikkan badannya.
"Gue enggak maksud ngusir lo kok. Maaf ya. Gue takut kalau ada yang lihat terus salah paham," jelas Dira yang dibalas senyum kecil dari Alex.
"Gue paham kok. Lo takut Milo salah pahamkan? tenang aja gue nggak papa," sambung Alex walaupun hatinya tidak rela kalau Dira dan Milo bisa bersatu. Dira yang mendengar ucapan Alex barusan langsung tertawa.
Yang salah paham itu Kira kali bukan Milo. Batin Dira didalam hati.
"Kok jadi nyambung ke Milo sih? bukan dia yang gue maksud," ucap Dira tanpa berhenti tertawa.
"Terus siapa?" tanya Alex bingung.
"Yang cemburu itu saha-" Dira menghentikan ucapan setelah sadar. Hampir saja dia membocorkan perasaan sahabatnya sendiri, kalau sampai Kira tahu bisa tamatlah dia kena cincang. Mampus deh.
"Saha siapa? kalau ngomong itu jangan setengah-setengah. Bikin penasaran aja," ucap Axel kesal.
"Eh anu. Lupakan. Eh bentar lagi bel bunyi nih gue duluan ya!" ucap Dira sambil menatap jam tangannya lalu kabur meninggalkan Alex dengan tanda tanya besar dikepalanya.
"DIRA TUNGGU!" teriak Alex namun diabaikan Dira.
Dengan terburu-buru Dira berlari menuju kelasnya. Saat kakinya hampir menginjak anak tangga, tangannya ditarik membuatnya hampir saja terjatuh. Namun ada seseorang yang menahan badannya sehingga tidak menyentuh kerasnya lantai. Dira melotot lalu berbalik menatap orang yang berhasil membuatnya terkejut.
"Lo lagi lo lagi. Bosan gue lihat lo mulu!" seru Dira kesal.
"Kok bosan sih. Nanti pulang sekolah bareng gue ya!" ajak Milo enteng.
"Gue sudah bilang sama mang Mamang kalau nanti pulangan dia yang jemput. Maaf ya lain kali aja," ucap Dira dengan terburu-buru. Terlalu lama didekat Milo tidak baik untuk kerja jantungnya. Belum sempat Dira memegang pagar pembatas tangga, Milo kembali menarik tangannya membuat Dira kesal bukan kepalang.
"Bisa nggak lo jauhin gue. Jangan dekat-dekat gue lagi!" ucap Dira dengan suara yang lantang. Milo yang mendengar perkataan Dira bingung tidak biasanya Dira berbicara dengan nada tinggi seperti tadi.
"Tapi kenapa? kenapa lo jauhin gue akhir-akhir ini? lo selalu menghindari gue setiap kali kita bertemu? gue ada salah sama lo? bilang Dir jangan malah menjauh!" kata Milo yang memboyong Dira dengan seribu pertanyaan.
"Lo pikir aja sendiri!"
Dira menepis tangan Milo yang masih setia menggenggam tangannya. Disaat Dira berusaha melepas genggaman tangan Milo, ada orang lain yang membantunya melepaskan diri dari Milo. Milo menatap orang tersebut dengan tajam begitupun sebaliknya.
"Kalau dia nggak mau jangan dipaksa!" ucap Alex sambil mendorong dada Milo keras.
"Kalau nggak tau masalahnya jangan ikut campur. Lo bukan emak bekonde yang sukanya kepo dan merecokin urusan orangkan. Jauh-jauh deh lo!" balas Milo yang membalas dorongan Alex dengan jari telunjuknya.
"Urusan Dira sekarang urusan gue juga!" ucap Alex sengit.
"SUDAH. JANGAN RIBUT! GUE MALU!" teriak Dira menatap tajam keduanya. Dira menatap murid lain yang mengelilingi mereka seolah sedang menonton pertunjukan kuda lumping. "Lo Milo, jauhin gue! dan lo Alex, jangan ikut campur!" teriak Dira menatap tajam mereka bergantian lalu lari menaiki tangga meninggalkan keduanya yang sedang beradu tatap.
"Sialan!" teriak Milo lalu menendang bak sampah yang tidak bersalah.
"Lo. Awas masih deketin Dira!" ancam Alex yang menarik kerah baju Milo lalu berlalu pergi. Milo langsung mengusap kerah bajunya seolah tangan Alex meninggalkan debu yang wajib dibersihkan olehnya. Dengan kesal dia kembali ke kelasnya karena bel sudah berbunyi sejak tadi.
****
Love💙
28/12/2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape (Completed)
Teen FictionSakit ... Sakit itu kalau kita di sia-siakan oleh orang terdekat kita yang paling kita sayangi padahal kita sudah terlalu percaya dengan mereka tapi mereka malah menjadikan kita sebuah pelarian.