Sesuai saran Kira saat Milo mendatangi kelas Dira tadi, di sinilah dia berdiri dengan tangan membawa sekotak kue brownies. Saat dijalan tadi, dia tidak sengaja melihat toko kue yang ramai dikunjungi orang membuatnya penasaran untuk mencoba lezatnya kue yang ditawarkan.
Tok... tok...
Milo mengetuk pintu rumah Dira. Rumah yang dulunya ia kira rumah majikan ibunya Dira. Ternyata Diralah anak dari pemilik rumah megah ini. Sudah hampir lima menit dia mengetuk pintu, membuat jari tangannya terasa bengkak. Di dalam hati Milo mempertanyakan apa fungsinya bel kalau tidak ada gunanya saat seperti ini. Setelah tangannya terasa bengkak, ia melihat ada bel rumah lalu dipencetnya berulang kali. Namun sampai sekarang tidak ada yang membukakan pintu.
Kesal. Milo mencoba menelpon Dira yang sampai sekarang tidak pernah diangkat. Sempat terbesit diotaknya untuk menyelusup saja ke dalam rumah Dira. Tapi segera ditepisnya ide tersebut. Dengan rasa sabar yang sudah mencapai angka maksimal, Milo memencet bel untuk terakhir kalinya dengan harapan dibukakan pintu.
Apa tidak ada orang ya? Batin Milo.
Dengan lesu Milo menaiki mobilnya lalu menaruh kue brownies tadi disamping kursi pengemudi. Ketika tangannya menyalakan mobil, gerbang rumah Dira didorong oleh ibu paruh baya dengan tangan membawa keranjang sayuran. Lalu menatap mobil Milo dengan heran. Milo segera keluar dari mobil mendekati ibu tadi.
"Sore, bu. Diranya ada?" tanya Milo sopan.
"Non Dira lagi pergi sama nyonya. Ade siapa ya?" balas ibu yang diprediksi Milo pembantu dirumah ini.
"Saya Milo, bu. Teman sekolahnya Dira. Kalau Diranya datang nanti bilangin aja Milo nyariin ya, bu. Oiya bentar ya bu," ucap Milo lalu berlari menuju mobil mengambil kotak kue yang tadi dibelinya. "Ini bu buat Dira sama mommynya," lanjut Milo yang menyerahkan kotak kue tadi membuat bi Dini tersenyum menggoda.
"De Milo suka ya sama non Dira? emang sih ya kalau cewek cantik pasti dapatnya yang ganteng juga. Ih cocok deh," goda bi Dini yang mencolek tangan Milo membuat Milo kikuk.
"Eh. Yasudah Milo balik dulu bu-"
"Panggil aja bi Dini!"
"Ya, bi Dini. Jangan lupa sampaikan salam saya buat mommynya Dira."
"Iya pasti bibi sampaiin. Apalagi salam buat camer ya de Milo haha. Hati-hati ya de, nanti kalau kenapa-napa kasian non Dira," ucap bi Dini sambil tertawa.
"Ah bibi bisa aja. Makasih ya, bi."
"Iya. Woles aja de Milo."
Lalu Milo menaiki mobilnya dan melaju meninggalkan rumah megah kediaman Dira dan keluarganya. Dalam hati, Milo berharap semoga Dira mau mengangkat nelponnya dan mau bertemu lagi dengannya. Ya semoga saja.
Langit sore yang memancarkan sinar orange perlahan menghilang digantikan langit malam yang dihiasi bintang. Milo menghembuskan napasnya pelan kemudian melepas bajunya dan menyisakan celana kolor berwarna gelap. Dengan sedikit berlari, Milo kemudian meloncat dengan kedua tangan lurus kedepan.
Byur...
Cipratan air kolam menciprat kemana-mana. Meskipun hawa malam menusuk sampai ketulang, Milo tetap melanjutkan berenang. Pikirannya mumet membuatnya gerah sehingga berakhir didalam kolam renang berukuran 6×4 meter ini. Suara air yang terdengar keras saat Milo menghentakkan kakinya membuat rasa penasaran Vero mencuat.
"Ngapain lo berenang tengah malam gini?" semprot Vero ketika melihat kakak kandungnya berubah menjadi siluman dugong.
"Masih jam delapan kali belum tengah malam. Napa pengen juga?"
"Ogah. Entar kalau gue masuk angin terus sakit kasian Tiara nanti khawatir."
"Mentang-mentang sudah punya pacar sok-sokan lo. Gimana hubungan lo sama Tiara? masih marahan?"
"Emang ya netizen suka iri. Baik. Terus hubungan lo bang sama Dira gimana?" tanya Vero yang duduk dipinggir kolam disebelah Milo yang menyandarkan badannya pada tembok kolam.
"Ya gitu. Sampai sekarang dia enggak mau gue temuin terus telpon gue juga nggak pernah diangkatnya dan semua chat gue enggak pernah dibales. Jangankan dibales dibaca aja enggak," curhat Milo lesu sambil menatap bintang yang berkelap-kelip.
"Ululu kasian banget sih nasib abang gue. Karma gangguin hubungan adeknya kali ya," canda Vero yang dibalas kekehan dari Milo.
"Mungkin. Sana lo entar masuk angin terus sakit lagi kasian entar Tiara khawatir," ejek Milo yang menirukan perkataaan Vero beberapa menit yang lalu.
"Bacot lo!" ucap Vero sambil menoyor kepala Milo.
"Awas lo!" teriak Milo yang dibalas uluran lidah dari Vero.
***
Suara decitan kasur terdengar saat Dira menghempaskan badannya dengan keras. Merentangkan tangannya lalu menghela napas pelan. Rasa lelah menyelusup badannya setelah seharian membantu pekerjaan mommynya. Dengan bujukan yang diluncurkan dari kemarin, akhirnya sang mommy mengizinkan ia tidak mengikuti pelajaran sekolah dan ikut membantu mommynya bekerja. Ya walaupun realitanya dia lebih banyak bersantai di sofa sambil mengotak-atik ponselnya. Mengikuti gosip selebriti tanah air yang tidak pernah dingin alias selalu hot."Capek juga ya bekerja."
Dira mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kamar yang selalu rapi. Senyum kecut menghiasi wajahnya ketika teringat kejadian dikantin sekolah. Benar seperti kata-kata anak alay yang viral di sosial media kalau cinta tidak selamanya bisa memiliki. Seperti dirinya sekarang, Milo bukan miliknya.
Dira menggapai kalender yang ada diatas meja. Menatap tanggal yang diberi garis membentuk lingkaran. Waktu berlalu begitu cepat. Sisa waktunya disini tinggal dua hari lagi. Besok dia masuk sekolah untuk terakhir kalinya karena besoknya lagi dia bakal pindah. Rasanya semua bagai mimpi. Memori dari awal pertemuan dia dengan Milo berputar bagai kaset rusak. Awal yang tidak bisa dikatakan baik justru mengantarnya mengenal kata cinta. Entahlah ini cinta yang memang benar cinta atau hanya sekedar cinta monyet. Tapi yang ia yakin kalau dia begitu menginginkan Milo.
Dira menggapai ponselnya kemudian membuka aplikasi instagram. Mengupload gambar dengan caption 'cinta memang tidak selamanya memiliki🙈.' Seperti unggahan sebelumnya selang beberapa menit ada beberapa netizen yang mengomentari unggahannya apalagi ketiga sahabatnya yang masih saja menggoda. Tidak didunia nyata, didunia mayapun masih bisa menggodanya.
Kemarin dia jujur tentang perasaannya kepada Milo. Kejujurannya tersebut malah membuatnya menjadi bahan ejekan ketiga sahabatnya itu. Susah ya, jujur salah bohong tambah salah. Sambil terkikik geli, Dira membalas ejekan mereka kemudian tertawa lagi ketika melihat balasan dari komentarnya.
"Gue bakal kangen banget sama kalian guys. Kalian itu nyebelin tapi ngangenin," ucap Dira pelan lalu melanjutkan untuk tidur.
***
❤ 02/03/2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape (Completed)
Teen FictionSakit ... Sakit itu kalau kita di sia-siakan oleh orang terdekat kita yang paling kita sayangi padahal kita sudah terlalu percaya dengan mereka tapi mereka malah menjadikan kita sebuah pelarian.