part 22

1.1K 83 7
                                    

Kadang takdir tidak sejalan dengan apa yang kita harapkan, karena takdir suka salah jalan.
-Adira Azzahra

👠👠👠

Dira memasuki kelas dengan muka bingung. Dira menaruh tasnya di atas meja lalu duduk dikursinya. Vita, Violet dan Kira yang melihat sahabatnya seperti orang linglung yang habis kemalingan mencoba bertanya.

"Kenapa, Dir?" tanya Kira pertamaan.

"Iya cerita aja," sahut Vita.

"Kita siap kok dengerin cerita lo walaupun cerita lo itu bisa sampai berhari-hari. Sanggup kok kita tuh dengerinnya," sambung Violet sambil terkekeh diakhir.

"Gue enggak papa," jawab Dira lalu menelungkupkan kepalanya diatas meja dengan tangan sebagai pengganti bantal.

"Lo kenapa sih?" tanya Vita sedikit memaksa.

"Gue ngantuk."

"Beneran ngantuk bukan karena Milo?" tanya Violet lagi.

"Bukan."

"Terus kenapa?" tanya Kira kesal kepada Dira. "Cerita dong!"

"Gue ngantuk beneran."

"Yasudah yuk guys. Mungkin Dira sudah nggak nganggap kita sahabatnya lagi makanya dia enggak mau cerita," ucap Vita sarkas yang dibalas iya oleh Kira dan Violet. Dira yang mendengar kalimat sindiran dari Vita langsung mengangkat kepalanya dan menarik tangan Vita karena tangan Vita yang paling dekat dengannya duduk sekarang. Untung saja kelas masih sepi jadi tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Tunggu! gue minta maaf!" seru Dira setelah berhasil menarik tangan Vita. "Gue bakal cerita!" lanjutnya membuat Kira, Violet dan Vita tersenyum lalu menarik kursinya mendekat ke meja Dira.

"Ayo cerita!" ucap Kira semangat.

Bukannya bercerita, Dira malah meneteskan air mata mambuat sahabatnya kelimpungan mencari tisu. Kira langsung memeluk Dira yang dibalas oleh Dira. Setelah puas menangis Dira menatap sahabatnya satu per satu dengan intens.

"Gue kok jadi takut ya, Dir." Ucap Violet yang merasa aneh ditatap seintens itu oleh Dira. Dia merasa ada yang aneh dan pastinya tidak bagus untuk didengar.

"Tadi sebelum gue masuk kedalam kelas, gue ditelpon sama Mommy. Kata Mommy, kita bakal-" ucap Dira yang menjeda ucapannya membuat yang lain penasaran dengan kelanjutannya. Didalam hati mereka berdoa agar tidak ada hal buruk terjadi pada keluarga Dira. "Pindah ke London," sambung Dira dengan suara pelan tapi masih bisa didengar dengan jelas.

"HAH?"

"DEMI APA?"

"DIRA! GUE ENGGAK MAU PISAH SAMA LO!"

Sesuai dugaannya, Dira merasa badannya terdorong kebelakang. Ternyata ulah para sahabatnya yang menerjang dirinya dengan pelukan erat. Sudah seperti di film anak saja, teletabis.

"Jangan pergi, Dir!" Isak Vita yang tidak berhenti meneteskan air matanya.

"Kita enggak bakal lengkap kalau enggak ada lo. Rasanya kurang!" tambah Kira yang juga menangis. "Maaf kalau selama ini sikap gue kadang sinis sama lo, Dir. Gue sebenarnya cemburu melihat lo dekat sama Alex," ucap Kira yang tentunya membuat mereka terkejut.

"Tuhkan benar dugaan gue. Lo tuh suka sama Alex!" seru Violet yang langsung ditutup Kira mulutnya. Terlalu keras takut terdengar yang lain. "Hehe maaf," kata Violet sambil mengangkat tangannya membentuk simbol  peace ketika Kira menatapnya dengan mata melotot tajam.

"Ini beneran, Dir?" tanya Vita tidak yakin dengar pendengarannya.

"Ngapain gue bohong."

"Kapan lo pindahnya?" tanya Violet dengan nada tercekat.

"Dua minggu lagi."

"Memangnya lo enggak bisa menetap disini aja? nanti kalau lo kesepian kita mau kok nginap dirumah lo nemenin lo," ucap Kira dengan nada menyakinkan.

"Tadi gue sudah bilang gitu sama Mommy. Tapi kata Mommy, dia nggak mau ninggalin gue sendiri lagi, dia mau nebus kesalahannya dimasa lalu yang sering ninggalin gue. Mommy juga sudah ngurus masalah kepindahan gue ke kepala sekolah tanpa ada bilang sama gue. Dia juga sudah daftarin gue di salah satu sekolah yang ada disana, tinggal nunggu gue pindahnya aja lagi. Gue juga nggak mau pisah sama kalian tapi gue juga enggak mau pisah sama Mommy lagi. Gue bingung," ucap Dira melampiaskan kegundahan hatinya.

"Kita paham kok. Kalau memang ini yang terbaik, kita enggak papa kok lo pindah walaupun berat. Kita tau betapa besar rasa inginnya lo dapat perhatian lebih dari Mommy lo, sekarang saatnya lo dapatin semua itu." Ucap Kira sambil meremas tangan Dira mencoba menguatkan dia.

"Iya. Berat dan enggak ikhlas sih sebenarnya. Tapi sekarangkan zaman modern jadi apa gunanya ponsel canggih kalau enggak digunakan disaat keadaan kita nanti. Kita masih bisa tetap berhubungan, video call groupkan bisa," sambung Vita menyakinkan Dira. Mencoba menghapus raut sedih diwajah sahabatnya ini.

"Iya. Nanti setiap malam deh kalau lo kangen sama kita, kita video call aja!" tambah Violet.

"Gue senang banget punya sahabat kayak kalian yang selalu dukung keputusan gue. Makasih ya!"

"Iya sama-sama!" Dan akhirnya mereka pun berpelukan.

Escape (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang