part 20

1.1K 93 17
                                    

Lo terlalu fokus sama yang ada di seberang sana sampai lo tidak sadar kalau gue ada dihadapan lo sendiri.
-Adira Azzahra

🐠🐠🐠

Dira terbangun saat sinar matahari membelai wajahnya dengan hangat. Repleks tangannya terangkat untuk melindungi pandangannya dari sinar matahari. Dengan malas Dira bangkit dari tidurnya dengan badan terasa remuk. Bagaimana tidak sakit kalau semalaman dia tertidur dalam keadaan duduk. Meskipun ayunan rotan itu berbentuk setengah bola tetap saja tidak bisa menjamin seenak tidur diatas kasur.

Dira masuk ke dalam kamar untuk berkemas karena sebentar lagi bel sekolah akan berbunyi. Selesai dengan acara mandi tujuh rupa Dira mengambil seragam bermotif batik warna merah maron. Menuruni tangga lalu berpamitan dengan Mommy yang lagi duduk santai di ruang makan.

"Mom, Dira pamit ya." Ucap Dira sambil mencium telapak tangan Mommy membuat Mommy menoleh kearahnya.

"Iya. Hati-hati ya, kamu diantar Mang Mamangkan?" tanya Mommy kepada anak semata wayangnya lalu mencium keningnya.

"Iya diantar. Kenapa Mom?" tanya Dira bingung. Tidak biasanya Mommy menanyakan hal tersebut kepadanya.

"Enggak papa cuman nanya. Sudah sana berangkat!" usir Mommy sambil mengibaskan tangannya seolah mengusir kucing yang ingin merampas ikan diatas meja makan.

"Owalah kirain apa. Bye Mommy jangan kangen ya," seru Dira yang melambaikan tangan kepada Mommy dan dibalas lambaian juga darinya. Mommy geleng-geleng kepala ketika mendengar kata terakhir yang diucapkan anaknya tersebut.

Dira berjalan menuju mobil yang dibelikan Mommynya satu bulan yang lalu. Diapun masuk ke dalam mobil yang disebelah pintunya berdiri Mang Mamang dengan kunci yang berada ditangan kanannya. Melihat Dira yang sudah duduk anteng dikursinya, Mang Mamang jalan memutari mobil kemudian duduk dikursi pengemudi lalu melajukan mobil menuju sekolah. Sesampainya di sekolah Dira disambut dengan ketiga sahabatnya yang menunggu di depan gerbang. Tidak lupa Dira mengucapkan terima kasih kepada Mang Mamang yang sudah mengantarkannya dengan selamat sampai sekolah. Mendengar kata terima kasih dari anak majikannya Mang Mamangpun membalasnya dengan ramah lalu membawa pergi mobil yang tadi dinaiki oleh Dira.

"Halo Dira yang cantik jelita," sapa Vita sambil memeluk sebelah tangannya dengan manja.

"Kesambet apa lo manggil gue cantik jelita?," tanya Dira heran. Tidak biasanya Vita bertingkah seperti itu padanya. Aneh.

"Yasudah sih kalo enggak mau dipanggil cantik," balas Vita lalu jalan duluan meninggalkan Dira, Kira dan Violet yang menyusul dirinya.

"Gue sih dari lahir juga sudah cantik, makanya ibu-ibu pada rebutan ngaku-ngaku kalau gue anaknya," ucap Dira yang disambut wajah jijik dari Vita.

"Iya deh yang cantik dari lahir," sahut Kira kepada Dira yang berdiri tepat disampingnya.

"Sudah. Ayo masuk kelas!" seru Violet dengan keras, merebut paksa perhatian ketiga sahabatnya.

"Santai dong. Jangan ngengas!" ucap Dira sambil mencubit tangan Violet membuat suasana gaduh akibat teriakan Violet yang memenuhi lorong sekolah.

"AWW... SAKIT KAMPRET!"

"Kasar banget sih," ucap Kira greget sambil menoyor kepala Violet.

Belum lama mereka duduk, bel sekolahpun berbunyi menandakan pelajaran akan segera dimulai. Pelajaran berlangsung dengan sangat lama. Ketika bel istirahat berbunyi, semua murid menyambutnya dengan suka cita apalagi murid yang perutnya sudah minta jatah, mereka langsung berlari keluar menuju kantin. Begitu juga dengan Dira dan sahabatnya. Dengan langkah mantap mereka menyusuri lorong menuju kantin. Setelah mengantri akhirnya mereka bisa duduk dengan memakan nasi goreng dan es teh manis di atas meja.

Escape (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang