Milo dengan langkah panjangnya berjalan menyelusuri lorong kelas dua belas. Dengan kesal Milo duduk bergabung dengan Alva, Lardo dan Elvin yang duduk santai di kantin sekolah. Milo menarik gelas milik Lardo lalu meminumnya hingga habis. Teriakan tidak terima Lardo dihiraukannya. Suara bisingpun berubah sunyi ditelinganya.
"Kampret lo! minum gue lo embat," umpat Lardo tidak terima jus melonnya habis tidak tersisa barang satu titik pun.
"Kenapa lo? galau?" tanya Elvin heran ketika melihat Milo datang dengan wajah kusutnya.
Tidak ada balasan sama sekali dari Milo membuat Alva kesal. Disentilnya jidat Milo dengan keras membuat Milo menatapnya tajam. "Kalau ditanya tuh dijawab bukan diam aja. Lo lagi meranin peran jadi patung hah?!" ucap Alva sambil menatap Milo heran.
"Gue bingung," sahut Milo. "Beberapa hari ini Dira ngehindari gue. Salah gue apa?" sambung Milo frustasi sambil mengacak rambutnya.
"Lo suka sama Dira?" tanya Lardo serius.
"Gue nggak tau."
"Mending lo tinggalin Dira kalau lo masih bingung sama perasaan lo sendiri. Jangan buat dia tambah sakit hati," ucap Lardo menasehati sahabatnya.
"Sakit hati kenapa? gue enggak pernah nyakitin dia."
"Bego! lo buta atau apa sih. Dira itu suka sama lo. Lo malah nyakitin dia dengan dekat sama Tiara. Malah lo gigih dekatin Tiara yang sudah jadi pacar adek lo sendiri. ADEK KANDUNG LO SENDIRI! Gila lo," umpat Alva diakhir kalimatnya.
"Lo harus milih salah satu dari mereka. Tiara pacar adek lo sendiri atau Dira yang suka sama lo," tambah Elvin memberi pilihan.
"Gue bingung," ucap Milo yang meremas rambutnya. Lardo menepuk pundak Milo memberi tahu ada Tiara yang jalan memasuki kantin.
"Tuh ada Tiara. Kalau lo milih Tiara, sekarang lo dekatin Tiara walaupun salah. Tapi kalau lo milih Dira, lo tetap duduk disini bareng kita. Silahkan memilih bro!" ucap Lardo yang dibalas anggukan dari Elvin dan Alva. Ini saatnya sahabatnya itu tegas dengan perasaannya sendiri. Jangan sampai dia menyesal karena tidak bisa tegas dengan perasaannya sendiri.
"Gue sih lebih suka lo sama Dira," ucap Alva memanasi Milo. Namun Milo hanya diam sambil menatap setiap pergerakan Tiara.
Setelah kurang lebih lima menit perang batin, Milo berdiri dari duduknya membuat perhatian sahabatnya tersedot. Mereka menatap Milo dengan senyum simpul. Milo sudah memantapkan hatinya dan dia memilih ini. Milo berjalan menuju meja dimana Tiara makan. Tiara yang melihat Milo mendekat pun tersenyum tipis, ada rasa canggung dihatinya saat melihat Milo.
"Tiara. Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ucap Milo yang berdiri dihadapan Tiara.
"Ngomong soal apa, Kak?" tanya Tiara bingung.
"Soal kejadian dirumah gue. Gue mau minta maaf sama lo. Karena gue hubungan lo sama Vero jadi renggang. Gue tau selama ini gue salah," ucap Milo dengan nada menyesal.
"Iya gue maafin, Kak. Jadi sekarang Kakak sudah ikhlaskan kalau aku sama Vero?" tanya Tiara harap cemas.
"Iya. Jaga adek gue ya. Getok aja kepalanya kalau dia bandel," ucap Milo sambil tersenyum sedangkan Tiara tertawa. Akhirnya masalah ini selesai juga. Tidak ada lagi perang dingin antara pacarnya dengan kakak kelasnya ini.
"Kak, gue minta tolong jangan sakitin Kak Dira lagi."
"Kenapa?"
"Kayaknya dia suka deh sama kakak, kakak sadarkan selama ini sikap kakak ke dia itu nyakitin hati dia. Kakak seolah memberi dia harapan tapi kakak malah dekatin aku," ucap Tiara pelan mengeluarkan kekesalan dihatinya kemudian tersenyum tipis. Akhirnya Milo bisa menerima kenyataan kalau dia tidak suka sama Milo. Ketika Tiara menatap kebelakang Milo, disana berdiri Dira dengan tatapan sulit diartikan. "KAK DIRA TUNGGU!" teriak Tiara membuat Milo menoleh kebelakang lalu berlari menyusul Dira yang sudah lebih dahulu berlari. "KEJAR KAK! JANGAN KASIH KENDOR!"
Dira berlari secepat yang dia bisa. Ada perasaan kesal didalam dirinya. Mengapa perasaannya semakin lama semakin tumbuh, membuat dadanya terasa sesak. Ketika ingin membeli pesanan Vita, Dira tidak sengaja mendengar pembicaraan Lardo yang menyuruh Milo memilih. Dan dengan matanya sendiri dia melihat Milo menghampiri Tiara yang artinya Milo memilih Tiara dibanding dirinya. Dira merasa dirinya tidak tahu malu, dia bukan orang yang penting dihidup Milo jadi untuk apa dia menangisi Milo, membuang air mata saja. Diusapnya kasar air mata yang terus menetes.
"DIRA!" teriakan Milo membuat Dira panik. Dia tidak ingin bertemu Milo lagi mulai detik ini. Dia bertekat untuk melupakan Milo. Toh sebentar lagi dia bakal pindah ke London bersama Mommynya. Untung saja dia nyetujuin keputusan Mommy tersebut, hitung-hitung untuk mengobati luka hatinya.
Dira terus berlari tanpa melihat kedepan. Ketika belok kearah laboratorium kimia, Dira malah menabrak seseorang membuat dirinya terjungkal ke belakang dan terduduk mengenaskan di lantai. Dengan mengumpat pelan, Dira bangkit lalu membersihkan rok bagian belakangnya.
"Lo nangis?" tanya Alex kaget. Iya orang tadi adalah Alex. Tidak cukupkah dirinya bertemu Alex dikelas kenapa dia harus selalu bertemu Alex dimanapun dia pergi.
"Gue enggak papa. Minggir!" ucap Dira lalu mendorong badan Alex yang menghalangi jalannya. Dira menatap kebelakang kemudian berlari saat melihat Milo berlari mengejarnya.
Ngapain ngejar gue sih. Kalau milih Tiara ya jangan kasih gue harapan bodoh! umpat Dira didalam hati.
"DIRA!" tepat saat mendengar teriakan Milo, tangan Dira ditahan seseorang yang sudah dia tahu siapa dalangnya. "Kenapa lo lari dari gue?"
"LO BODOH ATAU PURA-PURA BODOH! JANGAN KASIH GUE HARAPAN!" teriak Dira yang sudah mulai terisak. Milo mengusap air mata yang keluar dari mata Dira. Perasaan bersalah langsung menyergapnya ketika Dira menangis didepan matanya sendiri.
"Lo salah paham, Dir! gue suka sama lo bukan sama Tiara," jelas Milo yang mencoba menyakinkan Dira.
"Pasti lo lagi merasa bersalahkan makanya lo bilang gitu sama gue. Sudahlah lagian habis ini kita tidak bakal bertemu lagi. Jadi stop nemuin gue lagi!" ucap Dira yang terus meneteskan air matanya.
"Maksud lo apa? lo mau pergi? jawab Dir!" desak Milo sambil mengguncangkan badan Dira. Dira menatap Milo tepat dimatanya seolah mentransfer rasa sakitnya kepada Milo. Dira menatap Milo sambil tersenyum manis sangat manis menurut Milo. Bukannya senang, Milo malah merasa akan terjadi sesuatu setelah ini.
"Dir jawab!"
"Sampai jumpa, Milo!" ucap Dira membuat air matanya kembali menetes. Dira langsung berlari secepat yang dia bisa. Melupakan ungkapan perasaan yang tadi dilontarkan Milo.
Itupun kalau dia beneran suka sama gue. Bisa sajakan dia cuman kasian makanya dia bilang gitu. Batin Dira yang membentengi hatinya mulai saat ini.
Milo menatap tangannya yang masih tersisa bekas air mata Dira. Sekarang dia menyesal sudah menjadi penyebab orang yang disayanginya menangis. Didalam hati Milo berdoa semoga penyesalannya kali ini belum terlambat. Dan semoga masih ada kata maaf untuknya. Semoga saja.
****
Horee... akhirnya cerita 'ESCAPE' sebentar lagi TAMAT. Sedih atau senang nih?😳😳😳
Makasih yang sampai sekarang masih mau baca cerita aku dan setia nunggu cerita ini update. Cinta banget aku sama kalian tuh😙
Love❤
09/01/2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape (Completed)
Teen FictionSakit ... Sakit itu kalau kita di sia-siakan oleh orang terdekat kita yang paling kita sayangi padahal kita sudah terlalu percaya dengan mereka tapi mereka malah menjadikan kita sebuah pelarian.